Keberadaan Tempat Penyelamatan Satwa Mendalo di Jambi diapresiasi sebagai bentuk kolaborasi penyelamatan satwa untuk kembali ke habitat aslinya. Namun, kandang dan klinik masih perlu ditingkatkan lagi.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
JAMBI, KOMPAS — Dalam upaya penyelamatan satwa liar korban perburuan dan perdagangan, kolaborasi habituasi perlu diperkuat. Seiring itu, konservasi satwa diprioritaskan pada pemulihan habitat.
Lewat pemulihan habitat, satwa liar bakal hidup dan berkembang biak dengan memadai. Pemerintah kini menginventarisasi luas habitat potensial yang bernilai konservasi tinggi sebagai ruang hidup satwa. Satwa korban perburuan dan perdagangan akan dikembalikan ke habitat aslinya.
”Untuk itu akan terus kami upayakan penambahan tempat-tempat perlindungan, rehabilitasi, dan transit bagi satwa sebelum dilepasliaran,” kata Wiratno, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), seusai meresmikan Tempat Penyelamatan Satwa (TPS) Mendalo di Jambi, Selasa (15/12/2020). Dalam kesempatan itu, Wiratno juga memberikan piagam penghargaan bagi para pejuang konservasi satwa di Jambi.
Selain tempat perlindungan satwa, akan diperbanyak pula tempat-tempat-tempat transit satwa hingga pusat rehabilitasi dan pusat penyelamatan. Salah satunya Pusat Penyelamatan Harimau Sumatera akan dibangun tahun depan di Giam Siak Kecil, Riau.
Wiratno mengecek kondisi kandang-kandang dan klinik di TPS Mendalo. Ia menyebut kandang-kandang itu masih memerlukan perbaikan dan perluasan agar lebih layak dihuni para satwa. ”Standarnya masih perlu ditingkatkan,” katanya.
Ia pun mendorong ada sinergi dalam pengembangan tempat perlindungan satwa. ”Dengan sinergitas, kerjasama kelestarian tumbuhan dan satwa liar akan terwujud,” tambahnya.
Tempat Penyelamatan Satwa Mendalo dibangun tahun 2019 pada areal seluas 3.000 meter persegi. Diperlengkapi kantor administrasi, klinik hewan, ruang radiologi, hingga ruang operasi. Tempat itu juga memiliki 18 kandang satwa.
Menurut Rahmad Saleh, Kepala Balai KSDA Jambi, dari Maret hingga sekarang, terdapat 39 satwa yang direhabilitasi di TPS Mendalo. Dalam kurun waktu kurang dari satu tahun tersebut, 19 di antaranya telah dilepasliarkan ke habitatnya di alam.
Pihaknya masih memerlukan dukungan para pihak agar TPS Mendalo dapat berkontribusi besar dalam upaya pelestarian serta penyelamatan satwa. (Rahmad Saleh)
Satwa yang masih menjalani rehabilitasi sebanyak 20 ekor, terdiri dari 5 beruang, 2 owa ungko, 2 buaya muara, 4 kukang, serta masing-masing 1 rusa timor, julang emas, elang bondol, elang ularbido, kakatua jambul kuning, buaya sinyulong, dan tapir yang dirawat oleh dokter hewan serta paramedis. Adapun sebagian besar satwa liar tersebut diperoleh dari hasil sitaan maupun hasil penyerahan sukarela oleh masyarakat untuk dilakukan proses rehabilitasi.
Rahmad melanjutkan, sebagai TPS yang masih baru dibangun, pihaknya masih memerlukan dukungan para pihak agar TPS Mendalo dapat berkontribusi besar dalam upaya pelestarian serta penyelamatan satwa.
Rahmad mengakui di Jambi hanya tersisa 7.000 hektar areal konservasi yang dikelola BKSDA. Ke depan, pemerintah menargetkan habitat satwa dapat mencapai setidaknya 240.000 hektar. ”Lokasinya masih kami inventarisasi,” katanya.
Koordinator TPS Mendalo, Sahron, mengatakan pada akhir tahun ini, tiga satwa akan dileparliarkan. Salah satunya buaya sinyulong yang akan dilepas ke kawasan Ekosistem Berbak Sembilang.