Layanan Umum RSUD Sam Ratulangi Tondano Ditutup Sementara
Pelayanan umum di rumah sakit rujukan utama Covid-19 di Minahasa lumpuh setelah 24 tenaga kesehatan terinfeksi virus SARS-CoV-2. Selama 10 hari ke depan, pasien akan dirujuk ke RS lainnya.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·3 menit baca
MANADO, KOMPAS — Pelayanan umum di rumah sakit rujukan utama Covid-19 di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, lumpuh setelah 24 tenaga kesehatan terinfeksi virus SARS-CoV-2. Selama 10 hari ke depan, pasien non-Covid-19 baru akan dirujuk ke rumah sakit-rumah sakit terdekat lainnya.
Dihubungi dari Manado, Selasa (15/12/2020), Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sam Ratulangi Tondano, dr Mariani Suronoto, mengatakan, 24 tenaga kesehatan (nakes) tersebut termasuk empat dokter. Sisanya adalah perawat, petugas analis, dan petugas administrasi. Semuanya tidak bertugas di ruang isolasi Covid-19.
Tiga orang yang terkonfirmasi positif dirawat inap, sedangkan lainnya isolasi mandiri. Mariani tidak dapat menjelaskan mengapa mereka tertular Covid-19. ”Belum tentu mereka tertular di RS. Bisa saja dari luar karena mereka juga bersosialisasi,” katanya.
Pada saat yang sama, puluhan nakes lain menjadi kontak erat risiko tinggi (KERT). Mereka juga diwajibkan isolasi mandiri selama tujuh hari sebelum mengikuti pengambilan sampel usap untuk uji reaksi rantai polimerase (PCR).
Akibatnya, pelayanan instalasi gawat darurat (IGD), rawat inap, laboratorium, dan radiologi harus ditutup selama 15-24 Desember 2020. Para pasien umum baru pun akan dirujuk ke beberapa RS terdekat, seperti RSUD Noongan, RS Siloam Sonder, dan RS Budi Setia.
”Setelah kami hitung, tidak ada lagi nakes yang bisa ditempatkan di ruangan kalau kami terima pasien baru. Jadi, kami tutup untuk merawat pasien yang sudah ada. Setelah KERT menjalani swab, baru kami bisa menentukan untuk buka lagi,” kata Mariani.
Sebaliknya, pelayanan Covid-19 masih berjalan seperti biasa seiring dengan poliklinik untuk rawat jalan. Ada 30 perawat di ruang isolasi yang semuanya sehat. Kendati demikian, kapasitas ruang isolasi Covid-19, yaitu 28 tempat tidur, penuh. ”Tapi, kalau ada kedaruratan, kami masih ada IGD khusus Covid-19,” kata Mariani.
Menurut Mariani, kebutuhan alat pelindung diri (APD) nakes di RS-nya telah terpenuhi. Nakes di ruang isolasi juga rutin mengikuti uji PCR, begitu pula mereka yang menjadi KERT dan menunjukkan gejala. Adapun nakes lain rutin mengikuti tes cepat.
Satuan Tugas Percepatan Penanganan (Satgas) Covid-19 Sulut hingga kini tidak menyediakan data jumlah nakes yang sudah atau sedang terinfeksi virus korona. Data Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyebutkan, tiga dokter di Sulut telah wafat karena Covid-19.
Per Minggu (13/12/2020), sebanyak 575 dari total 1.188 tempat tidur di ruang isolasi khusus Covid-19 di Sulut telah terisi. RS Bhayangkara Manado, salah satu RS rujukan utama, misalnya, hanya memiliki 11 tempat tidur ruang isolasi yang kosong dari total 58.
RS Umum Pusat Kandou di Manado masih memiliki 70 dari 173 tempat tidur khusus ruang isolasi Covid-19. Namun, hanya ada 10 tempat tidur yang dilengkapi ventilator di ruang bertekanan negatif. Direktur utama RS itu, dr Jimmy Panelewen, telah meminta dinas kesehatan mengatur alur rujukan agar RS-nya tak penuh.
RS rujukan pelengkap, seperti RS JH Awaloei di Minahasa, bahkan tak lagi dapat menampung pasien Covid-19 karena ke-35 tempat tidur khusus Covid-19 telah terpakai. Mereka bahkan harus menambah satu tempat tidur darurat untuk menampung total 36 pasien.
Sebelumnya, juru bicara Satgas Covid-19 Sulut, dr Steaven Dandel, mengatakan, masyarakat harus lebih taat terhadap protokol kesehatan. Sebab, sistem kesehatan di Sulut bisa runtuh karena terlalu banyak pasien Covid-19.
Ia juga meminta masyarakat untuk tidak hanya patuh jika ada aparat keamanan atau Satgas Covid-19. ”Protokol kesehatan sekarang harus mendarah daging dalam kehidupan kita sehari-hari,” kata Steaven.
Satgas Covid-19 Sulut dan Polda Sulut telah bersepakat untuk membatasi jam operasional pusat-pusat keramaian di Sulut. Restoran, kafe, dan tempat hiburan hanya boleh buka sampai pukul 22.00 Wita.
Terkait hal ini, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) sekaligus Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sulut Nicholas Lieke menyatakan dukungan pengusaha pada kebijakan pemerintah. ”Pemerintah tahu bagaimana menyeimbangkan kesehatan masyarakat dengan keuangan. Saya mengimbau semua perusahaan mengikuti arahan dan aturan pemerintah,” kata Nicholas.