Sirekap 100 Persen, Hanindhito-Dewi Mariya Raih 76,5 Persen di Kediri
Hasil Sirekap KPU berdasarkan data yang masuk 100 Persen menyatakan pasangan calon bupati dan wakil bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramono-Dewi Mariya Ulfa, unggul atas lawannya kotak kosong.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
KEDIRI, KOMPAS — Hasil penghitungan sementara Sistem Informasi Rekapitulasi atau Sirekap Komisi Pemilihan Umum menyatakan pasangan calon bupati dan wakil bupati Kediri, Jawa Timur, Hanindhito Himawan Pramono-Dewi Mariya Ulfa unggul atas lawannya kotak kosong.
Hasil Sirekap yang dilansir di halaman pilkada2020.kpu.go.id menunjukkan putra Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Hanindhito, mendapatkan 76,5 persen suara. Sementara kotak kosong mendapatkan 23,5 persen. Data telah masuk 100 persen.
Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Kediri dari Divisi Teknis Penyelenggaraan, Anwar Ansori, saat dihubungi dari Malang, Senin (14/12/2020), mengatakan, pihaknya telah menekankan kepada jajaran agar melakukan sirekap secara benar. Kendala server yang lambat bisa diatasi.
”Alhasil, mereka telah menyelesaikan rekapitulasi kemarin. Kalau itu tidak dilakukan, kita tidak bisa memberi tahu publik terkait informasi (hasil) di 3.311 tempat pemungutan suara (TPS). Makanya, begitu kami instruksikan, teman-teman melaksanakan,” ujarnya.
Untuk selanjutnya, kata Anwar, pihaknya akan melakukan rekapitulasi di tingkat kabupaten, Selasa (15/12/2020). Saat ini tengah dilakukan proses rekapitulasi di tingkat kecamatan. Selama rekapitulasi tidak ada persoalan yang muncul.
Melihat hasil Sirekap, Hanindhito-Dewi Mariya Ulfa mendulang suara di hampir semua kecamatan di Kabupaten Kediri yang berjumlah 26 buah. Memang, ada beberapa kecamatan yang mana angka perolehan suara kotak kosong cukup banyak, seperti Gurah, Pare, Kepung, dan Ngasem (jumlahnya di atas 10.000 suara).
Meski sama-sama menggelar pilkada dengan calon tunggal di Jawa Timur, perolehan suara pasangan calon di Kabupaten Kediri masih di bawah perolehan suara di Kabupaten Ngawi. Pasangan calon bupati dan wakil bupati Ngawi, Ony Anwar Harsono-Dwi Rianto J, meraup 94,3 persen dan kotak kosong hanya 5,7 persen.
Akademisi Universitas Muhammadiyah Malang sekaligus pemerhati demokrasi, Luthfi J Kurniawan, yang ditemui secara terpisah, di Malang, mengatakan, persentase kotak kosong melampaui 5 persen dalam kalkulasi statistik sebenarnya cukup besar.
Luthfi mencontohkan, untuk perolehan suara kotak kosong di Kediri yang mencapai 23,5 persen. Semestinya, angka ini bisa ditekan lebih kecil lagi mengingat sumber daya dan mesin partai yang dipersiapkan untuk memenangkan pasangan calon cukup besar.
Secara internal, Luthfi menilai, ada struktur kepartaian yang kurang berjalan. Padahal, pasangan calon sudah punya nama besar. ”Jadi, lebih mengandalkan ketokohan dan dukungan publik dari pada partai. Organ partai di daerah kemungkinan tidak bekerja,” katanya.
Dari sisi eksternal, lanjut Luthfi angka kotak kosong yang cukup banyak juga menunjukkan adanya disrupsi dari publik terhadap dominasi partai. Partai harus memahami bahwa masyarakat tidak selalu sejalan dengan apa yang mereka lakukan. ”Pengurus partai harus membaca (hasil pilkada) ini sebagai peringatan bahwa ada yang kurang pas saat partai menawarkan program,” ucapnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua Bidang Kehormatan Dewan Pimpinan Daerah PDIP Jawa Timur, Budi Sulistyono—yang juga Ketua Tim Pemenangan pasangan Hanindhito-Dewi Mariya—mengatakan, bupati dan wakil bupati terpilih nantinya harus mencari tahu mengapa ada 23,5 persen suara lebih memilih kotak kosong.
Menurut Budi, apakah ada visi dan misi dari Hanindhito-Dewi Mariya yang belum mengakomodasi aspirasi mereka atau ada masalah lain. ”Ini akan diupayakan agar diselesaikan permasalahannya ke depan,” ujarnya saat jumpa pers hasil Pilkada Kabupaten Kediri, Rabu (9/12/2020) petang, di Kediri.
Sambil menunggu pelatikan, menurut Budi akan dievaluasi apa saja yang telah disampaikan oleh calon terpilih untuk kemudian dilaksanakan saat keduanya memimpin Kediri.