Kasus Covid-19 di Sumsel Meningkat Setelah Pilkada
Kasus positif Covid-19 di Sumatera Selatan melonjak dalam dua minggu terakhir. Peningkatan ini ditengarai karena tingginya mobilitas masyarakat akibat sejumlah kegiatan di momen akhir tahun, terutama pilkada.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Kasus positif Covid-19 di Sumatera Selatan melonjak dalam dua minggu terakhir. Peningkatan ini ditengarai karena tingginya mobilitas masyarakat akibat adanya kegiatan di akhir tahun, terutama pilkada. Masyarakat diimbau tetap menjalankan protokol kesehatan secara ketat agar penularan bisa ditekan.
Ahli epidemiologi dari Universitas Sriwijaya, Iche Andriyani Liberty, Senin (14/12/2020), menuturkan, dalam dua minggu terakhir terjadi lonjakan kasus positif Covid-19 di Sumsel. Jumlah kasus positif Covid-19 di Sumsel pada 1 Desember-13 Desember 2020 mencapai 824 orang, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan periode 17 November-30 November 2020, yakni mencapai 658 orang.
Peningkatan ini juga terlihat dari semakin pendeknya waktu untuk mencapai 1.000 kasus positif Covid-19 di Sumsel. Sebelum Oktober 2020, pencapaian 1.000 kasus positif membutuhkan waktu 32 hari. Namun, setelah Oktober, untuk pencapai 1.000 kasus baru hanya butuh waktu 17 hari, bahkan bisa kurang dari itu.
Data dari satuan tugas percepatan penanganan Covid-19 Sumatera Selatan, jumlah kasus positif di Sumsel saat ini mencapai 10.287 orang dengan jumlah kasus sembuh mencapai 8.579 (84,40 persen), sementara angka kematian mencapai 557 orang (5,41 persen). ”Jumlah kasus positif Covid-19 di Sumsel memang terus meningkat, bahkan Palembang kembali zona merah,” ujar Iche.
Dia menuturkan, fenomena ini terjadi karena mobilitas penduduk yang terus meningkat, termasuk di antaranya aktivitas pilkada, mulai dari sebelum pemungutan suara sampai proses sesudahnya. Kegiatan itu adalah rapat yang dilakukan di ruang tertutup hingga proses kampanye yang mengundang kerumunan, juga proses distribusi logsitik. ”Kegiatan yang seperti ini tentu sangat sulit terpantau,” ucap Iche.
Namun, sulit untuk dilacak apakah peningkatan kasus ini memang sepenuhnya karena aktivitas pilkada atau bukan. ”Karena bisa saja masyarakat terpapar setelah melakukan pemungutan suara,” ucapnya.
Namun, sulit untuk dilacak apakah peningkatan kasus ini memang sepenuhnya karena aktivitas pilkada atau bukan.
Anggota KPU Sumatera Selatan Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat, dan Sumber Daya Manusia, Amrah Muslimin, memastikan, sebelum proses pemungutan suara di TPS, semua petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di tujuh kabupaten yang menyelenggaran pilkada di Sumsel telah menjalani tes cepat dan uji usap. ”Yang terkonfirmasi positif pasti diganti,” ucapnya menegaskan.
Karena itulah, dia memastikan semua petugas aman ketika menjalankan proses pemungutan suara di TPS. Hanya saja, setelah itu, pihaknya tidak lagi melakukan pemeriksaan karena keterbatasan anggaran.
Adapun untuk pemeriksaan pemilihan sepenuhnya adalah kewengangan satuan tugas penanganan Covid-19 di daerah masing-masing. Selain itu, perlu diperhatikan apakah peningkatan kasus itu ada di tujuh kabupaten atau tidak.
Partisipasi tinggi
Dia menambahkan, walau di tengah pandemi,tingkat partisipasi di daerah yang menyelenggarakan pilkada di Sumsel tergolong cukup tinggi. Di Kabupaten Ogan Ilir, tingkat partisipasi mencapai 83,58 persen, Musi Rawas Utara 80,02 persen, Ogan Komering Ulu Timur 80,31 persen, Ogan Komering Ulu 71,13 persen, Ogan Komering Ulu Selatan 85,60 persen, Penukal Abab Lematang Ilir 80,65 persen, dan Musi Rawas 78,71 persen. ”Tingginya partisipasi ini disebabkan oleh kesadaran politik masyarakat yang cukup baik,” ucapnya.
Dia berharap di tengah partisipasi masyarakat tinggi ini tidak terjadi kluster pilkada. ”Kita berharap semua bisa sehat,” ucap Amrah.