Trans-Metro Deli, Budaya Baru Transportasi Publik di Medan
Kota Medan kini memiliki angkutan massal yang nyaman dan aman. Warga Medan antusias menyambutnya.
Begitu hadir di Medan, Bus Trans-Metro Deli langsung menyedot perhatian warga. Sebulan terakhir, bus telah mengangkut lebih dari 80.000 penumpang. Bus menghadirkan budaya baru bertransportasi yang nyaman dan aman.
Belum 10 menit Bus Trans-Metro Deli berangkat dari pul Tuntungan menuju Lapangan Merdeka, Medan, Dwikora br Panggabean (56) terkantuk-kantuk. Suasana di dalam bus yang adem dan tenang membuat dia sesaat kemudian terlelap dengan kepala tersandar di kursi. Saat terbangun 15 menit kemudian, ia berujar, ”Tidak bisa aku tertidur seperti ini kalau naik angkot,” katanya, Kamis, (3/12/2020).
Bus ukuran sedang dengan 20 tempat duduk itu memang nyaman. Pendingin udara di bus berfungsi dengan baik. Bus melaju konstan dengan kecepatan maksimal 40 kilometer per jam. Bus hanya berhenti di tempat pemberhentian bus tiap 100 meter.
Di masa pandemi, bus hanya mengangkut separuh kapasitas. Saat Kompas mencoba hari itu, dari pul Tuntungan, bus mengangkut 11 orang. Tempat duduk tanpa tanda silang langsung penuh.
Sopir juga tidak henti-henti mengingatkan para penumpang untuk mengenakan masker dengan benar. Penumpang tanpa masker dilarang naik bus. Tiap beberapa menit sekali juga terdengar anjuran menjaga protokol kesehatan otomatis yang diperdengarkan di dalam bus, selain pengumuman lokasi pemberhentian. Cairan pencuci tangan juga terpasang di samping pintu keluar-masuk bus.
”Bagaimana kalau ada musiknya supaya tidak sepi sekali,” celutuk Dwikora. Maklum, angkutan umum di Medan biasa memperdengarkan musik berdentum-dentum. Sopir bus menjawab dengan sopan bahwa tidak ada musik yang diperdengarkan.
Bus Trans-Metro Deli diluncurkan di Kota Medan, Senin (16/11/2020). Bus melayani tiga koridor, yakni Medan Tuntungan-Lapangan Merdeka, Terminal Amplas-Lapangan Merdeka, dan Tembung-Lapangan Merdeka.
Sebanyak 35 armada dioperasikan setiap hari dengan dua tipe bus, bus sedang berkapasitas 20 tempat duduk dan bus besar berkapasitas 40 tempat duduk. Transportasi massal dalam kota itu belum dikenai tarif hingga akhir Desember ini. Warga Medan pun berduyun-duyun menjajalnya.
”Saya sampai dimaki-maki penumpang karena menolak mengangkut,” kata John Andre Purba (34), salah satu sopir bus Trans-Medan Deli yang sebelumnya adalah sopir angkutan antarprovinsi itu. Meskipun bus terlihat kosong, bus hanya bisa mengangkut 50 persen kapasitas. ”Saat saya lihat sudah penuh, saya tidak mau menaikkan penumpang,” katanya.
Penumpang memang membeludak saat akhir pekan. Kerumunan calon penumpang selalu terlihat di depan pemberhentian Bank Indonesia.
Dwikora hari itu mencoba bus bersama delapan ibu-ibu lain juga dari pemberhentian Bank Indonesia. Mereka adalah anggota grup renang Sejahtera di Perumahan Pondok Surya, Medan Helvetia. Para ibu yang kebanyakan lansia itu sebelumnya janjian bertemu di Lapangan Merdeka, Medan.
Dari Lapangan Merdeka, mereka menyeberang ke Bank Indonesia lalu menjajal bus koridor Lapangan Merdeka-Tuntungan. Berhenti di pul Tuntungan, lalu balik lagi ke Lapangan Merdeka.
Ita br Tobing (66), kawan serombongan Dwikora, mengatakan, bus sangat nyaman dan pelayanannya bagus. Namun, sopir irit sekali bicara sepanjang jalan. Dari Lapangan Merdeka ke Tuntungan, ia bertanya soal bus kepada sopir, tetapi cuma dijawab satu-satu.
Penumpang juga dilarang makan dan minum di dalam bus. ”Kami tahan hauslah tidak minum di bus,” ucap Ratna Juwita br Tobing (65), anggota rombongan lainnya.
Ia juga mengeluhkan halte bus yang belum dibangun. Pul bus juga masih seadanya. ”Mau buang air saja susah,” kaya Ita. Dari Lapangan Merdeka ke pemberhentian bus di depan Bank Indonesia juga tidak tersedia tempat penyeberangan jalan yang memadahi sehingga para lansia itu perlu lebih berhati-hati saat menyeberang jalan.
Namun, ada pula penumpang yang mengelukan bus melaju terlalu lambat karena terbiasa dengan angkutan di Medan yang bergerak cepat dan berhenti cepat pula, sampai jantung penumpang bahkan pengguna jalan lainnya mau copot.
John mengatakan, sambil menyetir, para sopir juga melakukan pendidikan kepada penumpang. Selain dimaki-maki penumpang akibat tidak mau menaikkan penumpang karena kapasitas bus sudah penuh, ia juga diprotes karena tidak mau menurunkan penumpang di tempat yang mereka minta.
Lebih nyaman
Penumpang banyak pula yang mengajak mengobrol, padahal sopir tidak diperkenankan mengobrol karena harus berkonsentrasi menyetir. Sementara kecepatan kendaraan terpantau pengelola. Jika melebihi batas, alarm di bus akan berbunyi.
”Kami dipantau kamera. Kalau ada pelanggaran, langsung terlihat,” kata John. Namun, dengan pelayanan yang ramah, penumpang pun akhirnya memahami dan mengerti.
Baca juga: Kereta Api Layang Jadi Tulang Punggung Kawasan
Ade (27), seorang penumpang, justru memuji pelayanan di dalam bus. ”Nyaman dan terutama aman,” katanya.
Ia mengaku tidak takut dicopet atau diganggu penumpang lain saat naik bus itu. Sopir juga memastikan penumpang naik dan turun bus dengan aman dan tidak kebut-kebutan. Ada tombol darurat yang sewaktu-waktu bisa ditekan sopir kalau terjadi bahaya di bus.
Maria Perangin-Angin, warga Tuntungan, juga mengatakan senang dengan kehadiran bus itu. Ia sudah berkai-kali naik bus itu saat ke kota. Bus juga cepat datangnya. Rata-rata tiap 10 menit ada bus melintas. Namun, ia mengaku harus beradaptasi untuk berjalan kaki karena bus tidak menurunkan penumpang di sembarang tempat.
Hingga Rabu (9/12), Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Wilayah II Sumut Kementerian Perhubungan mencatat ada 82.340 penumpang yang naik Bus Trans-Metro Deli dengan rata-rata kepenuhannya sebesar 23,89 persen. Penumpang ramai, terutama di akhir pekan, karena banyak warga memanfaatkan transportasi itu untuk liburan.
”Animo warga Medan bagus,” kata Kepala BPTD Wilayah II Sumut Putu Sumarjaya. Selain tiga koridor yang sudah aktif, direncanakan ada penambahan koridor baru, yakni koridor Terminal Pinang Baris-Lapangan Merdeka, Belawan-Lapangan Merdeka, Deli Tua-Lapangan Merdeka, Terminal Pinang Baris-Terminal Amplas, dan Terminal Pinang Baris-Jalan Aksara.
Adapun angkutan kota (angkot) yang sudah ada diharapkan bisa menjadi angkutan pengumpan ke koridor-koridor itu. Belum sesuainya jalur itu telah menyebabkan sejumlah sopir angkot mendemo kehadiran Bus Trans-Metro Deli di awal operasi karena merasa tersaingi.
Saat ini, pengoperasian bus masih dilakukan Kementerian Perhubungan. Namun, diharapkan, 3-4 tahun ke depan dapat dikelola oleh pemerintah daerah. Adapun pembayaran tiket bus nantinya akan menggunakan kartu e-money dengan besaran tarif yang belum ditentukan.
Pantauan Kompas, masih banyak terjadi pelanggaran dalam pengoperasian bus. Sering kali sopir masih menaikkan penumpang meskipun seluruh tempat duduk tanpa tanda silang sudah penuh. Sopir juga terlihat menurunkan penumpang tidak ditempat pemberhentian. ”Pelanggaran-pelanggaran itu semua tercatat di sistem dan pengelola bisa didenda karenanya,” kata Putu.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Medan Iswar Lubis mengatakan, tingginya antusiasme warga Kota Medan dalam menggunakan bus Trans-Metro Deli menunjukkan transportasi massal akan menjadi peradaban baru di Medan. ”Masyarakat Kota Medan sangat merindukan transportasi massal yang nyaman dan modern,” kata Iswar.
Iswar mengatakan, setelah hampir sebulan beroperasi, grafik jumlah penumpang terus meningkat dan kini mencapai 4.500 penumpang per hari. Pengoperasian dua koridor lagi, yakni Lapangan Merdeka-Belawan dan Lapangan Merdeka-Pinang Baris pada bulan ini diperkirakan akan menambah jumlah penumpang cukup signifikan.
Iswar mengatakan, pekerjaan rumah yang paling penting adalah membangun budaya transportasi massal yang modern di masyarakat. Trans-Metro Deli membawa budaya transportasi baru, seperti angkutan yang nyaman, tepat waktu, naik dan turun di halte, serta pembayaran dengan uang elektronik.
Angkutan ini juga memanfaatkan teknologi aplikasi telepon pintar untuk mengetahui halte terdekat dan jadwal bus. ”Semua ini adalah budaya transportasi baru di Kota Medan. Kami terus mengedukasi masyarakat agar bisa membangun budaya transportasi massal yang modern,” katanya.
Pembangunan halte yang nyaman dan aman juga menjadi pekerjaan rumah bagi Pemkot Medan. Menurut dia, pembangunan halte belum bisa dilakukan secara maksimal karena banyak mata anggaran yang dipotong untuk penanganan Covid-19. Namun, dalam waktu dekat, halte bus akan segera dibangun.
Iswar mengatakan, Trans-Metro Deli akan menjadi tulang punggung transportasi di Medan. Angkutan umum lainnya, seperti angkot, becak bermotor, taksi, dan ojek berbasis aplikasi, diharapkan menjadi angkutan pengumpan.
Semua moda transportasi pun akan diintegrasikan agar tidak terjadi penolakan dari pengusaha dan sopir angkot yang beberapa waktu lalu sempat unjuk rasa. ”Kami akan selesaikan semua permasalahan satu per satu,” kata Iswar.
Menurut Iswar, kemacetan lalu lintas di Kota Medan sudah mulai berkurang dengan dioperasikannya Trans-Metro Deli. Ia pun berharap masyarakat mau meninggalkan mobil pribadi dan sepeda motor dan beralih ke transportasi massal yang nyaman dan modern.
Baca juga: Angkutan Massa Medan, Binjai, Karo, Mulai Dirancang