Banjir di Gresik Belum Surut, BPBD Dirikan Tiga Dapur Umum
Sebanyak 23 desa di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, masih terendam banjir hingga Minggu (13/12/2020) akibat meluapnya Kali Lamong beserta anak sungainya. Banjir diprediksi berlangsung hingga beberapa hari ke depan.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI/AGNES SWETTA PANDIA
·5 menit baca
GRESIK, KOMPAS — Sebanyak 23 desa di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, masih terendam banjir hingga Minggu (13/12/2020) akibat meluapnya Kali Lamong beserta anak sungainya. Tidak ada korban jiwa meski sejumlah warga sempat hanyut terseret arus. Banjir diprediksi berlangsung hingga beberapa hari ke depan karena hujan terus mengguyur.
Desa yang dilanda banjir itu berada di wilayah Kecamatan Benjeng sebanyak 10 desa dan Kecamatan Balongpanggang sebanyak 13 desa. Ketinggian air di tiap-tiap desa bervariasi, tetapi rata-rata antara 50 sentimeter (cm) hingga 1 meter. Banjir tersebut melumpuhkan jalan desa dan merendam sejumlah fasilitas umum serta permukiman warga.
Jalan raya Balongpanggang menuju Kecamatan Cerme, misalnya, lumpuh tak bisa dilintasi kendaraan roda empat ataupun sepeda motor. Anggota Polsek Benjeng dan Polsek Cerme telah diturunkan ke jalan untuk mengatur lalu lintas dan mengarahkan pengendara agar putar balik mengambil jalur lain.
Banjir juga melumpuhkan aktivitas masyarakat Desa Sirnoboyo. Air setinggi 70 cm merendam jalan poros desa sepanjang hampir 4.000 meter dan 525 rumah penduduk. Kondisi serupa juga terjadi di Desa Deliksumber, dengan ketinggian air mencapai 75 cm hingga 1 meter menggenangi jalan desa dan rumah warga.
Kepala BPBD Gresik Tarso Sagito mengatakan, banjir yang terjadi saat ini parah dan tak kunjung surut. Banjir yang disebabkan hujan yang mengguyur sejak Sabtu sore hingga malam hari itu diprediksi bertahan hingga beberapa hari ke depan.
Itu karena hujan masih mengguyur dan permukaan sungai anak Kali Lamong masih tinggi. Masyarakat diminta waspada untuk mencegah jatuhnya korban jiwa. Apalagi, sempat terjadi insiden sejumlah warga hanyut terbawa arus air yang deras.
Pemasangan tanggul sekaligus normalisasi akan diteruskan tahun depan karena terkait Sungai Kemuning memang sudah masuk proyek prioritas Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
”Di Desa Deliksumber dilaporkan terdapat lima orang dalam satu keluarga yang hanyut. Sementara itu, di Sedapurklagen ada dua warga, yakni ibu dan anaknya, yang hanyut. Bersyukur semuanya berhasil diselamatkan oleh warga lainnya,” ujar Tarso.
Sampang prioritas
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak kepada Kompas mengatakan, penanganan banjir di Kabupaten Sampang akibat meluapnya Sungai Kemuning menjadi prioritas. Beberapa pompa air rusak sehingga Pemprov Jatim sudah mengirim pompa air cadangan dengan kapasitas 300 liter per detik agar genangan di poros utama Bangkalan-Sampang segera surut.
Untuk mengendalikan meluapnya Sungai Kemuning setiap musim hujan, di beberapa titik akan dipasang sheet pile atau tanggul dengan kedalaman 10 meter. ”Pemasangan tanggul sekaligus normalisasi akan diteruskan tahun depan karena terkait Sungai Kemuning memang sudah masuk proyek prioritas Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,” ujar Emil.
Proyek Sungai Kemuning sudah berjalan empat tahun sejak 2017, dengan anggaran normalisasi dan penguatan tebing sungai sebesar Rp 365,3 miliar. Sumber dana untuk normalisasi Sungai Kemuning dari APBN.
Tarso mengatakan, saat ini pihaknya masih mendata jumlah warga terdampak banjir. Pendataan itu tidak mudah karena jumlahnya banyak dan tersebar luas. Masyarakat korban banjir mayoritas tidak mengungsi dan memilih bertahan di rumah dengan alasan menjaga harta bendanya.
Sebagai gambaran data sementara yang dihimpun dari delapan desa di Benjeng, setidaknya terdapat 3.000 rumah yang terendam banjir. Delapan desa itu adalah Desa Sedapurklagen, Deliksumber, Lundo, Kedungrukem, Munggugianti, Kalipadang, Bulurejo, Sirnoboyo.
Tarso mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan pokok berupa konsumsi masyarakat korban banjir, pihaknya mendirikan tiga dapur umum, yakni di Desa Bulurejo, Desa Munggugianti, dan Desa Pucung. Dapur umum itu akan memasak makanan untuk didistribusikan ke seluruh korban banjir.
BPBD Gresik sudah menurunkan tim relawan yang dilengkapi dengan perahu karet. Para relawan sudah mendatangi lokasi bencana dan mengidentifikasi ancaman bahaya serta kebutuhan logistik masyarakat korban banjir.
Berdasarkan catatan Kompas, Kecamatan Benjeng dan Balongpanggang merupakan daerah langganan banjir. Bencana banjir menghampiri warga di sana setiap tahun setiap musim hujan. Penyebabnya sama, yakni luapan Kali Lamong dan anak-anak sungainya. Selain itu, tanggung Kali Lamong juga kerap jebol.
Bupati Gresik Sambari Halim Radianto mengatakan, pemda telah berupaya mengatasi banjir dengan membuat sodetan-sodetan untuk mengurangi volume air. Setiap tahun jumlah sodetan ditambah. Namun, faktanya hal itu belum mampu mengatasi banjir rutin yang membuat masyarakat menderita.
Selain di Gresik, Kali Lamong di Kabupaten Mojokerto juga meluap dan menyebabkan banjir di beberapa desa, seperti Desa Gunungan, Desa Pulorejo, dan Desa Talunblandong di Kecamatan Dawarblandong. Ketinggian air yang meredam permukiman warga sempat mencapai 1 meter dan hingga Minggu sore masih ada beberapa rumah yang belum bisa ditinggali.
Pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR membantu Pemerintah Kota Surabaya meneruskan pengerjaan proyek betonisasi tanggul Sungai Kali Lamong. Saat ini, tahapan pengerjaan tanggul yang berfungsi untuk menahan luapan Sungai Kali Lamong ini telah memasuki proses lelang.
Sisi Surabaya tanahnya tidak ada masalah. Maka, sudah mulai melakukan pelelangan.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan (DPUBMP) Kota Surabaya Erna Purnawati mengatakan, apabila proses lelang rampung, Kementerian PUPR bisa langsung meneruskan pengerjaan proyek tanggul tersebut.
Alasannya Pemkot Surabaya telah menyelesaikan terkait status tanah di lokasi proyek itu. ”Sisi Surabaya tanahnya tidak ada masalah. Maka, sudah mulai melakukan pelelangan,” ujarnya.
Meski demikian, Erna menyebut, sebelumnya pihaknya telah menyelesaikan pengerjaan tanggul Kali Lamong hingga mencapai sekitar 6 kilometer lebih. Pengerjaan yang dilakukan pemkot ini menggunakan metode konvensional. ”Sudah 6 kilometer lebih Pemkot Surabaya kerjakan dan selanjutnya Kementerian PUPR melanjutkan proyek itu,” ujarnya.
Erna menambahkan, selain status tanah di Sungai Kali Lamong sisi Surabaya sudah beres, akses jalan ke lokasi pembangunan juga tersedia. Tentunya hal ini semakin mendukung Kementerian PUPR dalam proses pengerjaan betonisasi tanggul tersebut.
Sebagai informasi, tanggul Kali Lamong ini masuk dalam salah satu proyek strategis nasional. Hal tersebut berdasarkan pada Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 80 tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Ekonomi di Kawasan Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo-Lamongan, Kawasan Bromo-Tengger-Semeru, serta Kawasan Selingkar Wilis dan Lintas Selatan.