Ekspor Komoditas dari Lampung Tidak Surut di Tengah Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 tak menghalangi geliat ekspor komoditas perkebunan dari Lampung. Bahkan, ekspor sejumlah komoditas unggulan, seperti kopi dan lada, terus meningkat selama 2020.
Oleh
VINA OKTAVIA
·2 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Pandemi Covid-19 tak menghalangi geliat ekspor komoditas perkebunan dari Lampung. Bahkan, ekspor sejumlah komoditas unggulan, seperti kopi dan lada, terus meningkat sepanjang 2020.
Pekan ini, Balai Karantina Pertanian Lampung melepas ekspor komoditas pertanian hasil perkebunan senilai Rp 33,2 miliar. Komoditas berupa kopi dan lada 1.420 ton itu diekspor langsung ke 10 negara melalui Pelabuhan Panjang, Bandar Lampung.
Kepala Karantina Pertanian Lampung Muhammad Jumadh merinci, volume kopi yang diekspor 1.353 ton senilai Rp 30,7 miliar, sedangkan volume lada yang diekspor 66,5 ton senilai Rp 2,5 miliar.
”Kopi dan lada dikirim ke Malaysia, Rusia, India, Georgia, Italia, Maroko, Singapura, Kanada, India, dan Hong Kong,” kata Jumadh saat dihubungi dari Bandar Lampung, Sabtu (12/12/2020).
Menurut dia, Kementerian Pertanian melalui Balai Karantina Pertanian Lampung terus mendorong ekspor sektor pertanian dan perkebunan asal Lampung. Hal ini sebagai upaya pemulihan ekonomi di tengah pandemi Covid-19 sesuai arahan Presiden Joko Widodo.
Berdasarkan catatan sistem perkarantinaan Badan Karantina Pertanian, IQFAST, perkembangan kinerja ekspor produk pertanian dari Lampung menggembirakan. Sepanjang 2020, nilai ekspor komoditas pertanian asal Lampung mencapai Rp 9,5 triliun. Jumlah itu meningkat dibanding periode yang sama tahun 2019, yakni Rp 8,9 triliun.
Peluang ekspor komoditas pertanian semakin lebar karena Lampung memiliki Pelabuhan Internasional Panjang. Kapal dari sejumlah negara tujuan ekspor langsung mengangkut produk dari Lampung.
Rempah
Selain kopi dan lada, produk pertanian asal Lampung yang ekspornya cukup tinggi, antara lain, sawit, santan, dan serabut kelapa. Selama 2020, tren ekspor komoditas rempah, seperti cengkeh dan cabai jawa, juga meningkat. Peningkatan itu diprediksi karena tingginya permintaan dunia akan kebutuhan bahan obat-obatan herbal selama pandemi Covid-19.
Ketua Dewan Rempah Lampung Untung Sugiatno mengatakan, pemerintah daerah harus responsif terhadap peluang ekspor. Komoditas unggulan, seperti lada dan aneka rempah yang belum menjadi prioritas, harus lebih dikembangkan secara serius.
Selain merehabilitasi kebun petani, pemerintah juga perlu mendampingi petani lada agar terampil merawat kebun. Dengan begitu, dia mengatakan, kualitas lada yang dihasilkan juga bakal membaik.
Selama ini masih ditemui sebagian petani lada tidak memberikan pupuk dan merawat tanaman dengan baik sehingga hasilnya tidak optimal. Selain terbatas modal, harga komoditas itu juga masih fluktuatif.
Tahun ini harga lada hitam di Lampung berkisar Rp 40.000-Rp 50.000 per kg. Harga jual lada di tingkat petani itu lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2016 yang bisa menembus Rp 100.000 per kg. Sementara harga kopi berkisar Rp 18.000-Rp 20.000 per kg dan cengkeh Rp 60.000-Rp 70.000 per kg.