Penasaran Menggelayuti Hasil Pilkada Seram Bagian Timur
Dari empat kabupaten yang menggelar pilkada di Provinsi Maluku, hasil pilkada di Seram Bagian Timur membuat penasaran publik.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·4 menit baca
Pemilihan kepala daerah serentak pada empat kabupaten di Maluku, 9 Desember 2020, berjalan lancar. Hingga Jumat (11/12/2020), proses penghitungan di 988 tempat pemungutan suara (TPS) sudah selesai, bahkan sebagian sudah dibawa ke tingkat kecamatan. Dari empat kabupaten itu, hasil pilkada di Seram Bagian Timur membuat penasaran publik.
Hingga Jumat pukul 11.00 WIT, pada laman resmi KPU pilkada2020.kpu.go.id, belum ada satu data pun yang masuk untuk Seram Bagian Timur. Pengecekan kembali pada pukul 17.00 WIT, tercantum hasil dari satu TPS dari 337 TPS di kabupaten itu.
Proses memasukkan data itu menggunakan Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) oleh penyelenggara di tempat pemungutan suara. Sementara tiga kabupaten yang lain, yakni Kepulauan Aru, Buru Selatan, dan Maluku Barat Daya, perolehan suara sudah mengalir sejak 9 Desember petang.
Untuk Kepulauan Aru, data yang sudah masuk baru 7 dari 251 TPS. Pasangan Johan Gonga-Muin Sogalrey meraih 52 persen suara. Untuk Buru Selatan, data yang masuk baru 20 dari 201 TPS. Safitri Malik Soulisa-Gerson Eliazer Selsily meraih 41,6 persen. Sementara untuk Maluku Barat Daya, data yang masuk baru 14 dari 199 TPS. Benjamin Thomas Noach-Agustinus Kilikily meraih 45,2 persen.
Tersendatnya data hasil Pilkada Seram Bagian Timur di laman KPU membuat publik penasaran. Ada tiga pasangan yang bertarung, yakni Mukti Keliobas-Idris Rumalatur, Fachri Alkatiri-Arobi Kelian, dan Rohani Vanath-Muhamad Ramli Mahu.
Pilkada Seram Bagian Timur paling menarik perhatian. Di sana ada figur Mukti dan Fachri yang kini menjabat Bupati dan Wakil Bupati Seram Bagian Timur. Mukti dan Fachri pecah kongsi. Mukti diusung gabungan partai politik yang dipimpin Golkar, sedangkan Fachri didukung koalisi besar pimpinan PDI-P.
Pertarungan di Seram Bagian Timur memaksa sejumlah petinggi partai di Maluku turun arena. Gubernur Maluku Murad Ismail yang juga Ketua DPD PDI-P Provinsi Maluku turun ke sana. Pilkada di Seram Bagian Timur semacam pertaruhan gengsi. Manuver elite pun membuat publik terbelah.
Lambatnya hasil Pilkada Seram Bagian Timur di laman KPU membuat publik penasaran dan makin dibuat bingung lantaran baik kubu Mukti maupun Fachri menyatakan unggul menurut perhitungan internal masing-masing. Tak ada hitung cepat yang menjadi sumber pembanding.
Sementara itu, pasangan Rohani-Muhamad sudah mengakui kekalahan mereka dalam pilkada tersebut. Di laman Facebook milik suaminya dengan nama akun Abdullah Vanath, Rohani menyampaikan ucapan selamat kepada Mukti. Ia mengajak pendukungnya untuk menerima hasil pilkada. Ucapan selamat disampaikan pada 9 Desember malam.
Tersendatnya data hasil Pilkada Seram Bagian Timur di laman KPU menjadi perbincangan di media sosial. Di grup percakapan juga ramai akan hal itu, termasuk dugaan ada yang tidak beres. ”Kenapa SBT (Seram Bagian Timur) tidak ada satu pun data yang masuk. Ada apa ini?” tulis seseorang pada salah satu grup yang diikuti Kompas. Komentar itu muncul pada Jumat pagi.
Masalah jaringan
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Maluku Syamsul R Kubangun mengatakan, tidak masuknya data Pilkada SBT ke laman KPU disebabkan masalah jaringan internet. Menurut dia, proses memasukkan data menggunakan aplikasi Sirekap. Aplikasi itu dipasang pada telepon genggam dengan dukungan sistem internet yang kuat dan stabil.
Petugas di TPS terlebih dahulu menginstal aplikasi Sirekap di telepon genggam. Setelah proses penghitungan suara selesai, petugas membuka apikasi Sirekap, lalu mengambil gambar hasil penghitungan pada formulir C Hasil KWK. ”Lancar tidaknya proses itu bergantung pada jaringan internet,” ujarnya.
Menurut data KPU Maluku, dari 988 TPS pada empat kabupaten itu, hanya 282 yang masuk kategori jaringan internet kuat, sedangkan 341 jaringan internet lemah, dan 365 tidak ada internet sama sekali. Jaringan internet yang kuat biasanya di ibu kota kabupaten.
Syamsul menegaskan, persoalan Sirekap Seram Bagian Timur tidak ada kaitannya dengan upaya untuk melakukan kecurangan terhadap proses pilkada. ”Sirekap itu bersifat informatif saja. Kan, ada hasil pemilu yang dipegang oleh setiap saksi. Ikuti proses rekapitulasi berjenjang,” ujarnya. Ia juga memastikan bahwa tidak ada peretasan pada situs KPU.
Minimnya data hasil Pilkada Seram Bagian Timur dalam Sirekap di tengah saling klaim para kontestan sungguh membuat bingung publik. Jalan terbaik adalah bersama-sama mengawal proses rekapitulasi hingga penetapan hasil pemilu, paling lambat 17 Desember mendatang.