Tak seperti pilkada-pilkada sebelumnya, tidak ada lagi kumpul bareng warga seusai mencoblos. Pandemi mengubah banyak hal.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·5 menit baca
Tidak seperti biasa, setelah menyalurkan hak pilihnya di tempat pemungutan suara atau TPS dalam pilkada kabupaten, Wahidin (43), warga Desa Ibul Besar, Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, bergegas pulang. Situasi ini terasa janggal baginya karena tidak ada lagi senda gurau atau kumpul-kumpul warga sehabis mencoblos.
”Pilkada kali ini tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, biasanya seusai mencoblos kami ngumpul bareng,” ujar Wahidin setelah menyalurkan hak pilihnya di TPS 04 Desa Ibul Besar, Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir, Sumsel, Rabu (9/12/2020).
Selain hari raya, pilkada merupakan momen tepat untuk bertegur sapa dan berdiskusi, terutama membahas soal politik. ”Di hari normal, kami disibukkan dengan aktivitas masing-masing. Dengan pilkada, akan ada waktu untuk ngobrol,” ujar bapak lima anak ini.
Wahidin memahami situasi saat ini memang tak biasa karena diselimuti pandemi Covid-19. Berdasarkan data Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumatera Selatan per Selasa (8/12/2020), jumlah konfirmasi positif di Sumsel mencapai 9.987 orang. Dari jumlah tersebut, 8.317 orang dinyatakan sembuh dan 541 orang atau 5,42 persen meninggal.
Saya hanya ingin jalan di desa saya diperbaiki. (Wahidin)
Ia menyadari hanya dengan menjaga jarak dan mengenakan masker, penularan Covid-19 dapat diminimalkan. ”Dengan protokol kesehatan yang ketat di TPS, kami jadi yakin untuk menyalurkan suara kami,” ujar Wahidin.
Sejak pukul 06.30, petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) TPS 04 telah menyiapkan perlengkapan dan logistik yang diperlukan. Dilengkapi alat pelindung diri (APD) yang memadai, mereka mulai bekerja dan melayani para pemilih. Sarung tangan, pelindung wajah, dan masker tak pernah mereka lepaskan sepanjang menjalankan tugas.
Bahkan, petugas keamanan TPS, Budiman (31), yang berjaga di pintu masuk sudah dilengkapi dengan jubah hazmat. Walau tubuh gerah, ia tak ingin melepaskan.
Bagi Budiman, kesehatan pemilih adalah yang utama. ”Saya bertugas memeriksa warga. Karena itu, sampai tugas ini selesai, saya tidak akan melepaskan baju hazmat,” kata Budiman yang kesehariannya bekerja sebagai pedagang ikan.
Ia cermat memeriksa semua pemilih yang datang ke TPS. Ia juga menganjurkan warga untuk tidak melepaskan masker. Jika warga lupa membawa masker, petugas KPPS sudah menyiapkan tiga kotak masker untuk dikenakan sebelum masuk ruang pemungutan suara.
Setelah memeriksa undangan, Budiman meminta warga mencuci tangan. Selanjutnya, ia arahkan pistol termometer ke dahi warga guna mengukur suhu tubuh mereka.
Jika suhu tubuh pemilih tidak lebih dari 37,5 derajat celsius, mereka diperkenankan menyalurkan hak pilihnya. Namun, jika pemilih demam dengan suhu badan di atas itu, ada bilik khusus di luar area pemilihan.
Wahidin pun mengikuti instruksi yang disampaikan Budiman. Ketika namanya dipanggil, ia langsung mengenakan sarung tangan plastik dan mengambil surat suara, kemudian masuk ke bilik suara untuk menentukan pilihan.
Surat suara itu dimasukkan ke dalam kotak. Kelingkingnya pun dilumuri tinta biru sebagai tanda telah berpartisipasi. Wahidin hanya membutuhkan waktu sekitar tiga menit untuk menentukan pilihan.
Pada pemilihan kali ini, ada dua pasangan calon yang bertarung, yakni pasangan Panca Wijaya Akbar-Ardani dan pasangan petahana Ilyas Panji Alam-Endang Putra Utama Ishak. Wahidin tidak sendiri, ada 307 daftar pemilih tetap (DPT) yang terdaftar di TPS yang sebenarnya merupakan sebuah warung makan di pinggir jalan lintas timur sumatera.
Pemilih pun harus mematuhi protokol kesehatan yang berlaku. Bahkan, setiap dua jam sekali, Budiman selalu menyemprotkan cairan antiseptik agar kondisi TPS bisa terbebas dari risiko terpapar virus Covid-19.
Ketua KPPS TPS 04 Leni Apriani menuturkan, pemungutan dan penghitungan suara memang harus berdasarkan protokol kesehatan yang ketat. Semua ini sudah diingatkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) sejak sebulan lalu dan kembali diingatkan sehari sebelum pemungutan suara.
Demi menekan risiko kerumunan, pihaknya telah membagi proses pemungutan suara dalam enam seksi. ”Jangan sampai ada warga yang tertular ketika memilih. Hal inilah yang selalu diantisipasi,” ucapnya.
Kondisi serupa juga terjadi di TPS 06 Desa Pelabuhan Dalam, Kecamatan Pemulutan, Ogan Ilir. Di TPS ini ada 360 DPT. Pemungutan suara berlangsung sesuai protokol kesehatan yang sangat ketat.
Ketua KPPS TPS 06 Apriansyah menuturkan, kondisi pilkada kali ini memang berbeda dengan tahun lalu. Ketika itu banyak warga yang masih berkumpul untuk menyaksikan penghitungan. ”Sekarang mereka tidak diperkenankan ikut kecuali saksi kedua pasangan calon dan petugas KPPS,” ucapnya.
Beruntung pilkada tahun ini tidak serumit tahun lalu. ”Tahun lalu ada TPS yang melakukan penghitungan surat suara sampai pukul 04.00 WIB dini hari. Sekarang bisa lebih tenang karena penghitungan surat suara akan lebih cepat,” ucapnya.
Pengetatan protokol kesehatan memang menjadi prioritas KPU di tujuh kabupaten di Sumsel. Bahkan, Gubernur Sumsel Herman Deru berkali-kali menegaskan agar pelaksanaan pilkada harus berdasarkan protokol kesehatan. Peringatan ini cukup beralasan karena jumlah kasus konfirmasi positif di Sumsel terus bertambah.
Kondusif
Ketua KPU Sumsel Kelly Mariana menuturkan, secara keseluruhan pelaksanaan pilkada di Sumatera Selatan berlangsung kondusif. Memang masih ada beberapa masalah muncul di lapangan, seperti kekurangan kertas suara. Namun, hal itu bisa diantisipasi dengan mengambil sisa kertas suara dari TPS terdekat.
Adapun untuk APD memang sempat terjadi permasalahan karena tersendatnya pengiriman pistol termometer dan sarung tangan lateks. Namun, akhirnya semua bisa tersalurkan. Selasa (8/12/2020), semua logistik dan APD telah tersalurkan sampai ke semua TPS. Saat ini pihaknya akan lebih fokus untuk rekapitulasi suara dari Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) sampai ke tingkat kabupaten.
Di tujuh kabupaten yang menyelenggarakan pilkada tercatat ada 1.832.660 orang yang terdaftar sebagai DPT dengan jumlah TPS mencapai 5.447 TPS. Satu TPS maksimal diisi 500 pemilih. Tujuannya agar tidak terjadi kerumunan,” ucap Kelly.
Walau diterpa pandemi, sejumlah daerah meyakini tingkat partisipasi masyarakat bisa mencapai 77,9 persen atau sama dengan target partisipasi nasional. ”Bahkan, KPU Ogan Komering Ulu menargetkan angka partisipasi hingga 79 persen,” katanya.
Pesta demokrasi telah berlangsung. Namun, satu harapan rakyat di tengah pandemi, terpilihnya pemimpin yang melayani warga dan benar-benar bisa memajukan daerah, yang kadang-kadang permintaannya sederhana. ”Saya hanya ingin jalan di desa saya diperbaiki,” harap Wahidin.