”Serangan” yang Justru Mengunci Kemenangan Danny-Fatma di Makassar
Diserang isu negatif di menit-menit akhir Pilkada Kota Makassar, perolehan suara pasangan Danny-Fatma justru melejit sekitar 7 persen dari survei terakhir.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·5 menit baca
Sepekan sebelum pemilihan, hasil survei kekuatan dua pasangan calon teratas dalam Pilkada Kota Makassar tak terpaut jauh. Pasangan nomor urut 1, Ramdhan Pomanto (Danny)-Fatmawati Rusdi Masse, bersaing ketat dengan pasangan nomor urut 2, Munafri Arifuddin-Abdul Rahman Bando, dengan selisih kisaran 4 persen poin. Namun, dalam hitungan kurang dari sepekan, selisih itu justru melebar.
Berdasarkan hasil hitung cepat Lingkar Survei Indonesia Denny JA, Rabu (9/12/2020) jelang malam, raihan suara pasangan Ramdhan Pomanto-Fatmawati Rusdi Masse 41,42 persen. Angka ini terpaut hampir 7 persen poin dari pesaing terdekatnya, yaitu Munafri Arifuddin (Appi)-Abdul Rahman Bando, yang berada di angka 34,70 persen.
Sementara pasangan Syamsul Rizal-Fadli Ananda berada di posisi ketiga dengan raihan 19,13 persen dan pasangan Irman Yasin Limpo-Andi Zunnun Nurdin Halid di angka 4,7 persen. Suara yang masuk mencapai 99,20 persen saat hitung cepat ini dirilis.
Direktur Eksekutif CPI-LSI Denny Hanggoro Doso Pamungkas menjabarkan, pasangan nomor 1 yang diusung Partai Nasdem dan Gerindra memang memiliki tingkat keterkenalan juga kesukaan yang sangat tinggi di masyarakat. Untuk Danny, panggilan Ramdhan Pomanto, memiliki popularitas 98,4 persen dengan tingkat kesukaan 78,8 persen.
Sementara itu, Fatma, calon wakilnya, berada di angka 70,9 persen. Fatma merupakan anggota DPR dari Partai Nasdem. Ia juga merupakan istri Rusdi Masse, Ketua DPW Nasdem Sulsel.
”Bu Fatma juga merupakan satu-satunya calon wakil wali kota perempuan dari total empat calon. Ini menjadi kelebihan lain dari pasangan ini,” tutur Hanggoro, di Makassar, Sulsel, Kamis (10/12/2020).
Belum lagi, ia menambahkan, tingkat kepuasan warga Kota Makassar terhadap kinerja Danny Pomanto selama menjabat Wali Kota Makassar periode 2014-2019 mencapai 75,9 persen. Angka ini menjadi modal besar selama pemilihan berlangsung dan terus menguatkan karakter Danny di masyarakat.
Hanggoro mengakui, hasil hitung cepat ini berbeda dari survei yang dilakukan sepekan sebelum pemilihan. Berdasarkan survei itu, suara Danny-Fatma berada di kisaran 33,5 persen, bersaing ketat dengan pasangan Appi-Rahman yang mengantongi 29 persen. Di urutan ketiga, pasangan Rizal-Fadli juga menunjukkan peningkatan angka secara berkala.
Salah satu yang menjadi titik balik kemenangan Danny-Fatma, tutur Hanggoro, adalah adanya serangan negatif yang beredar di masyarakat. Empat hari sebelum pilkada, publik Makassar dikejutkan dengan beredarnya sebuah rekaman perbincangan di dunia maya.
Rekaman tersebut berisi suara Danny yang membicarakan nama Jusuf Kalla (JK), Wakil Presiden RI 2004-2009 dan 2014-2019, yang juga tokoh senior politik Sulsel dan Indonesia. Dalam rekaman tersebut, Danny bercerita pengaruh JK dalam perpolitikan nasional, khususnya terkait penangkapan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo.
Rekaman ini menjadi polemik panjang. Danny dilaporkan oleh keluarga JK, sementara Danny melaporkan perekam dan penyebar rekaman tersebut. Bagi masyarakat awam, nama JK tidak bisa dilepaskan dari pasangan Appi-Rahman karena Appi masih kerabat dekat JK. Appi adalah menantu Aksa Mahmud, pemilik perusahaan Bosowa Corp sekaligus ipar JK.
Bukannya melemahkan, isu ini justru menguatkan citra Danny di kalangan pemilih militan yang memang tinggi sejak awal.
Hanggoro menganalisis, isu negatif yang diembuskan di detik-detik terakhir ini justru mengubah peta persaingan. Bukannya melemahkan, isu ini justru menguatkan citra Danny di kalangan pemilih militan yang memang tinggi sejak awal. Pemilih militan Danny berada di angka 25,9 persen, terpaut jauh dari calon lainnya.
Isu negatif ini, tutur Hanggoro, justru menguatkan tekad para pemilih militan untuk menjadi ”juru bicara” Danny-Fatma di tingkat bawah. Mereka yang menjadi aktor kampanye dan mengajak warga lainnya.
”Isu negatif ini membuat kesan Danny-Fatma terlihat menjadi sosok yang terzalimi. Sebab, pilkada kali ini tidak bisa dilepaskan dengan Pilkada 2018, di mana Danny tidak jadi bertarung dan Appi yang saat itu berpasangan dengan Andi Rachmatika Dewi melawan kotak kosong. Temuan kami, pemilih kotak kosong di Pilkada 2018 adalah pemilih Danny saat ini,” ucap Hanggoro.
Menurut Hanggoro, hal ini adalah faktor penentu yang menyebabkan pemilih mengambang mengambil sikap di bilik suara. Berdasarkan survei terakhir sebelum pilkada, angka pemilih mengambang berada di kisaran 18 persen. Selain itu, faktor kepuasan masyarakat terhadap kinerja Danny sebelumnya sangat menolong. ”Kalau serangan negatif ini tidak ada, mungkin hasil akhirnya akan lain,” ucapnya.
Sukri Tamma, pengamat politik Universitas Hasanuddin, menjelaskan, isu negatif yang dilancarkan terhadap Danny memang menjadi bumerang bagi lawan politiknya. Sebab, isu ini bisa dikelola dengan baik oleh tim Danny-Fatma serta menunjukkan betapa sosok Danny selalu teraniaya dan terzalimi.
Secara kultur Bugis-Makassar, terang Sukri, masyarakat memang begitu hormat dengan orangtua, terlebih mereka yang dianggap berjasa bagi wilayah ini. Akan tetapi, di satu sisi, kultur masyarakat juga selalu mendukung mereka yang dianggap teraniaya.
”Serangan ini bisa dikelola dengan baik dan menunjukkan fitnah kepada Danny terus terjadi. Sosok Danny menjadi sosok yang teraniaya. Ini bisa saja membuat pemilih mengambang, atau bahkan yang sudah memiliki pilihan, justru ingin menolong. Ini mungkin yang kurang dianalisis saat serangan isu negatif ini dikeluarkan,” kata Sukri.
Seperti pedang dengan dua sisi, ia melanjutkan, serangan negatif selalu memiliki peluang yang sama, bisa berhasil atau tidak. Akan tetapi, dengan konteks masyarakat di Makassar saat ini serta kemampuan mengelola wacana, isu negatif ini justru terpental. Bahkan, ini dinilai menjadi modal baru bagi pasangan Danny-Fatma memenangi pemilihan.
Pilkada Makassar, ucap Sukri, menjadi studi politik baru bagi kontestan lainnya di waktu mendatang. Masyarakat sudah semakin dewasa dan paham menganalisis wacana yang tumbuh di iklim pemilihan.
Masyarakat sudah semakin dewasa dan paham menganalisis wacana yang tumbuh di iklim pemilihan.
Menanggapi hasil hitung cepat ini, Ramdhan Pomanto pada Rabu sore menyampaikan, pihaknya sangat bersyukur akan hasil yang diperoleh. Hal itu merupakan hasil kerja bersama sukarelawan, partai pengusung, dan para pemilih untuk mewujudkan Makassar yang lebih baik, sesuai dengan apa yang ada dalam visi dan misinya.
”Ini hasil kerja bersama selama beberapa waktu terakhir. Meski tentu ini bukan hasil resmi KPU, patut kita syukuri karena angka yang diperoleh selisih cukup jauh,” tutur Danny dalam pidato di depan ratusan pendukungnya, di Makassar, Rabu sore.
Danny juga mengucapkan terima kasih kepada semua pasangan lainnya. ”Meski kita bersaing dalam pilkada kali ini, setelah selesai, mereka adalah saudara kita semua. Kepada para pendukung, saya ingatkan untuk jangan terlalu bereuforia dan tetap mematuhi protokol kesehatan,” katanya.
Sementara itu, pasangan Appi-Rahman juga telah menyampaikan ucapan selamat atas hasil hitung cepat ini. ”Kami berharap kepemimpinan Ramdhan Pomanto-Fatmawati Rusdi Masse ke depan bisa membawa Makassar jauh lebih baik. Dan, kami siap jikalau dibutuhkan untuk ikut dalam proses pembangunan di kota yang sama-sama kita cintai ini,” kata Appi.