Saling Klaim Kemenangan di Sidoarjo Rawan Picu Konflik Akar Rumput
Dua dari tiga pasangan calon yang berkompetisi di pilkada serentak mengklaim memenangi kontestasi sehingga rawan memicu konflik sosial, terutama di kalangan akar rumput. Semua pihak yang terlibat diminta menahan diri.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Dua dari tiga pasangan calon yang berkompetisi dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Sidoarjo mengklaim memenangi kontestasi. Saling klaim ini rawan memicu konflik sosial, terutama di kalangan akar rumput. Semua pihak yang terlibat dalam pesta demokrasi diimbau menahan diri dan menunggu hasil penghitungan resmi.
Klaim kemenangan pertama disampaikan oleh kubu pasangan calon nomor urut dua, Ahmad Muhdlor dan Subandi. Bertempat di Kantor DPC Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Sidoarjo, Jalan Airlangga, Wakil Ketua DPW PKB Jatim Anik Maslachah mengumumkan kemenangan pasangan calon yang diusung partainya, Rabu (9/12/2020) malam.
Klaim kemenangan itu didasarkan hasil penghitungan yang dilakukan oleh internal tim pemenangan pasangan Gus Muhdlor-Subandi. Pasangan calon nomor urut dua itu unggul dengan perolehan suara 41,57 persen. Sementara lawan mereka, pasangan calon nomor urut satu Bambang Haryo-Taufiqulbar, memperoleh 37,58 persen suara dan pasangan nomor urut tiga, Kelana Aprilianto-Dwi Astutik, mengantongi 20,85 persen suara.
”Hasil tersebut didasarkan dari data perolehan suara yang masuk sebanyak 93 persen. Artinya, ada selisih 3,99 persen dari pasangan calon nomor urut satu terhadap pasangan calon nomor urut dua,” ujar Anik.
Menyikapi hasil penghitungan perolehan suara di internal timnya, Ahmad Muhdlor bersyukur. Namun, dia tetap menunggu hasil penghitungan resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sidoarjo. Selain itu, pihaknya akan terus mengawal hasil pilkada hingga final.
Klaim kemenangan kedua disampaikan selang beberapa jam kemudian oleh calon nomor urut satu, Bambang Haryo Soekartono. Bertempat di posko pemenangan, Bambang mengatakan pihaknya berhasil mengantongi perolehan suara sebesar 41 persen berdasarkan hasil penghitungan internal yang dilakukan timnya.
”Hasil ini merupakan hasil terbaik karena data yang masuk sudah 100 persen. Sumber datanya dari saksi di tiap TPS (tempat pemungutan suara) dan sudah dicek langsung,” katanya.
Meski demikian, Bambang tetap menunggu hasil penghitungan resmi yang dilakukan KPU Sidoarjo. Mantan anggota DPR ini juga tidak mempermasalahkan tim lawan yang mengklaim menang lebih dulu. Namun, menurut dia, penghitungan timnya lebih akurat karena dilakukan oleh lima partai pengusung.
Bambang optimistis hasil penghitungan timnya tidak akan jauh berbeda dengan hasil penghitungan resmi KPU Sidoarjo karena pihaknya memiliki sumber daya manusia yang banyak dan berkompeten dalam menghadapi pilkada. Dia akan mengawal proses penghitungan resmi agar tidak terjadi penyimpangan.
Jangan euforia
Menyikapi klaim kemenangan tersebut, Kepala Polresta Sidoarjo Komisaris Besar Sumardji meminta semua pasangan calon menghormati tahapan pilkada yang tengah berjalan. Menyampaikan klaim kemenangan tanpa dasar data resmi berpotensi memicu kerawanan sosial, terutama di tingkat akar rumput.
”Upaya pendekatan telah dilakukan dan terus dilakukan kepada semua pihak agar mereka mampu menahan diri dari euforia berlebihan. Apabila terjadi perselisihan, sebaiknya gunakan jalur sesuai konstitusi,” ucap Sumardji.
Penjabat Bupati Sidoarjo Hudiyono mengatakan, pelaksanaan pilkada di wilayahnya berjalan lancar, aman, dan kondusif. Tingkat kepatuhan dalam menerapkan protokol kesehatan cukup bagus. Hal itu terlihat dari kedisiplinan penyelenggara maupun pemilih dalam memakai masker, mencuci tangan, dan menghindari kerumunan.
”Pilkada kali ini juga sukses berdasarkan tingkat partisipasi pemilih yang mencapai 71,7 persen. Tingkat partisipasi pemilih ini lebih tinggi dibandingkan pilkada 2015 sekitar 50 persen,” ujar Hudiyono, Kamis (10/12/2020).
Tingkat partisipasi pemilih yang tinggi ini merupakan buah dari kerja keras semua pihak. Apalagi tantangan yang dihadapi kali ini jauh lebih berat. Selain pilkada digelar di tengah pandemi Covid-19 yang belum mereda, cuaca saat pencoblosan juga kurang mendukung karena hampir sepanjang hari diguyur hujan.
Hudiyono berharap kesuksesan pelaksanaan pilkada itu dijaga bersama agar situasi Sidoarjo tetap kondusif. Jangan sampai ada hal-hal yang berpotensi mengganggu kondusivitas karena akan berdampak luas, terutama di sektor ekonomi yang saat ini masih terpuruk akibat dampak pandemi.
Dalam kaitan menjaga situasi yang kondusif tersebut, Hudiyono mengajak seluruh masyarakat, terutama pasangan calon yang berkompetisi di pilkada, menghormati proses yang sedang berjalan. Bersama-sama mengawal proses tersebut dalam koridor peraturan perundang-undangan yang berlaku serta menahan diri melakukan hal-hal yang berpotensi memicu konflik sosial.
Pilkada Sidoarjo diikuti oleh 1.404.887 pemilih yang menyalurkan hak politiknya di 3.528 TPS yang tersebar di 18 kecamatan. Para pemilih ini memilih salah satu dari tiga pasangan calon yang berlaga. Mereka adalah pasangan Bambang Haryo Soekartono dan Taufiqulbar yang diusung lima partai, yakni Gerindra, Golkar, PPP, PKS, dan Demokrat; Achmad Muhdlor dan Subandi yang diusung PKB dan Nasdem, serta Kelana Aprilianto dan Dwi Astutik yang diusung PDI-P dan PAN.