Cuaca Buruk Kembali Picu Kematian Ikan di Waduk Jatiluhur
Angin kencang dan hujan deras yang mengguyur daerah Waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat, memicu naiknya bahan di dasar waduk ke permukaan. Hal ini memicu kematian ikan pada keramba jaring apung.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
PURWAKARTA, KOMPAS — Angin kencang dan hujan deras yang mengguyur daerah Waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat, memicu naiknya sisa pakan dan material lain dari dasar waduk ke permukaan. Hal itu kembali memicu kematian ikan pada keramba jaring apung di sana.
Sekretaris Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Purwakarta Ade M Amin mengatakan, angin kencang dan hujan deras terjadi sejak Senin (7/12/2020) hingga Selasa (8/12/2020). Akibatnya, puluhan ton mas dan nila yang dipelihara pembudidaya ikan keramba jaring apung (KJA) mati.
Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Purwakarta mencatat, 25 ton ikan mati di Waduk Jatiluhur dan 32 ton ikan di Waduk Cirata dalam dua hari terakhir ini. Lokasi kematian ikan ada di daerah masuknya air dari Waduk Cirata ke Waduk Jatiluhur. Daerah yang terdampak adalah Desa Sukasari, Ciririp, dan Desa Tegalwaru.
Ketua Paguyuban Pembudidaya Ikan di Waduk Jatiluhur Yana Setiawan menambahkan, tidak setiap tahun terjadi kematian ikan di KJA wilayah Jatiluhur. Kejadian pada Desember 2020 merupakan yang pertama kali, terhitung sejak lima tahun terakhir.
Jika ikan terdampak, harga jualnya hanya Rp 1.000 per kilogram. Untuk mencegah hal ini terjadi, pembudidaya sebaiknya segera memanen dini ikan-ikan yang ada di keramba agar harga jual tak jatuh.
Yana mengatakan selalu mengingatkan pembudidaya agar mengurangi jumlah benih ikan yang ditanam atau opsi menahan diri tidak menebar bibit. Hal ini untuk mencegah kerugian karena kematian ikan pada musim hujan.
Kapasitas ikan yang ditanam sekitar 100 kilogram benih ikan per petak KJA. Namun, saat musim hujan, sebaiknya hanya diisi 30 kg-60 kg benih. ”Bisa tetap menanam benih, tetapi jumlahnya sedikit saja sehingga waktu panen menjadi lebih cepat,” ucapnya.
Akan tetapi, sebagian pembudidaya kerap memanfaatkan peluang meraup untung menjelang akhir tahun. Biasanya, permintaan ikan menjelang akhir tahun cukup tinggi, tetapi stok yang tersedia terbatas. Harga jualnya juga lebih tinggi dibandingkan dengan hari biasa mencapai Rp 20.500 per kg.
Sebagian pembudidaya kerap memanfaatkan peluang meraup untung menjelang akhir tahun. Biasanya, permintaan ikan menjelang akhir tahun cukup tinggi, tetapi stok yang tersedia terbatas.
Ketua Kelompok Peneliti Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan Profesor Krismono menjelaskan, meski angka kematian ikan tersebut tergolong kecil, semua pihak harus tetap waspada. Cuaca buruk yang masih berlanjut berpotensi memicu kematian lebih besar.
Kematian ikan berpotensi terjadi saat musim hujan pada November 2020 hingga Maret 2021. Kondisi tersebut membuat endapan yang terdapat di bawah KJA naik ke permukaan. Ikan mati yang tidak segera diambil dan dibiarkan membusuk menimbulkan bakteri pembusukan atau bahan busuk terlarut di perairan.
Ke depan, ia merekomendasikan pembudidaya menghentikan sementara kegiatan budidaya, mengurangi padat tebar, serta memanen ikan. Jenis benih yang disarankan adalah patin dan nila. Keduanya memiliki daya tahan tubuh lebih baik dibandingkan dengan mas.