Cuaca Ekstrem, Ribuan Gardu Listrik di Jawa Barat Padam
Sejumlah 7.155 gardu listrik di Jawa Barat padam akibat cuaca ekstrem, Selasa (8/12/2020) malam. Hingga Rabu sore, Perusahaan Listrik Negara (PLN) telah memulihkan jaringan pada 5.843 gardu.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS – Sejumlah 7.155 gardu listrik di Jawa Barat padam akibat cuaca ekstrem, Selasa (8/12/2020) malam. Hingga Rabu pukul 15.00, Perusahaan Listrik Negara (PLN) telah memulihkan jaringan 5.843 gardu sehingga menyisakan 1.312 gardu yang belum menyala.
Kerusakan terjadi akibat hujan lebat dan angin kencang sehingga menyebabkan pohon tumbang dan menimpa jaringan listrik. Pemulihan jaringan masih terus dilakukan. Hujan lebat serta sulitnya medan pegunungan dan lembah menjadi kendala petugas menjangkau lokasi gardu.
“Berdasarkan prakiraan cuaca BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika), potensi cuaca ekstrem akan melanda beberapa daerah, termasuk Jabar. Kami tetap waspada dan berkoordinasi dengn BPBD serta pemerintah daerah setempat,” ujar General Manager PLN Unit Induk Distribusi Jabar Agung Nugraha, Rabu sore.
Agung mengatakan, pihaknya menyiagakan 72 posko pemulihan jaringan listrik untuk mengantisipasi dampak cuaca ekstrem. Sejumlah peralatan, seperti 103 genset, 20 suplai daya bebas gangguan (UPS), 99 unit gardu bergerak, dan 700 unit kendaraan operasional juga disiapkan.
Lokasi gardu yang padam terletak di beberapa daerah, di antaranya Kabupaten Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Purwakarta, Bandung Barat, dan Kota Cimahi. “Khusus di Purwakarta, sudah normal semuanya,” ucapnya.
Dari 2.130 gardu yang terdampak di Cianjur, 1.884 gardu sudah menyala. Sementara di Sukabumi, masih terdapat 800 gardu yang belum dioperasikan kembali.
Kerusakan terjadi akibat hujan lebat dan angin kencang sehingga menyebabkan pohon tumbang dan menimpa jaringan listrik
Cuaca ekstrem juga menyebabkan longsor di sejumlah lokasi. Selain itu beberapa pohon tumbang dan sejumlah bangunan rusak.
Hujan lebat disertai angin kencang masih berpotensi melanda Jabar dalam beberapa hari ke depan. Hal ini disebabkan adanya dua bibit siklon tropis di Samudra Hindia.
”Saat ini terpantau dua bibit siklon di Samudra Hindia, yaitu 96S di sebelah selatan Jawa Barat, lainnya 99S yang berada di dekat Australia,” kata Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachri Radjab (Kompas, 9/12/2020).
Bibit siklon 96S mengakibatkan pertumbuhan awan hujan yang signifikan di sekitar Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jabar, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. Warga diimbau mewaspadai hujan lebat dan angin kencang di wilayah tersebut.
Siklon tropis juga berpotensi menyebabkan gelombang tinggi di perairan Indonesia. Gelombang setinggi 2,5 – 4 meter berpeluang terjadi di antaranya di Laut Jawa bagian tengah dan timur serta perairan selatan Banten hingga Jabar.
Sementara gelombang setinggi 4-6 meter berpotensi terjadi di Samudra Hindia di selatan Jabar hingga Jatim. Perahu kecil diimbau tidak berlayar di perairan tersebut untuk sementara waktu.
Bencana hidrometeorologi telah melanda Jabar sejak Oktober. Ketika, sejumlah wilayah di Jabar selatan, seperti Kabupaten Sukabumi, Garut, dan Tasikmalaya diterjang banjir bandang dan tanah longsor.
Beberapa kejadian banjir juga melanda kawasan Bandung Raya, seperti Kabupaten Bandung, Kota Bandung, dan Kota Cimahi, pertengahan Oktober. Bencana lebih besar berpotensi terjadi karena puncak musim hujan diprediksi pada Januari-Februari 2021.
Fenomena La Nina membuat ancaman bencana semakin besar. ”La Nina meningkatkan curah hujan hingga 40 persen sehingga berpotensi menghadirkan bencana hidrometeorologis,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Jabar Dani Ramdan.