Inovasi Dalam Negeri Menjadi Solusi Menanggulangi Pandemi
Penanggulangan Covid-19 di Tanah Air berpotensi terkendala jika terlalu bergantung pada alat kesehatan, bahan baku obat, dan alat deteksi virus produksi impor. Peneliti didorong terus berinovasi menghadirkan solusinya.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Penanggulangan Covid-19 di Indonesia berpotensi terkendala jika terlalu bergantung pada alat kesehatan, bahan baku obat, dan alat deteksi virus korona jenis baru produksi impor. Peneliti didorong terus berinovasi sebagai solusi untuk memenuhi kebutuhan itu.
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang PS Brodjonegoro mengatakan, pandemi Covid-19 menyadarkan semua pihak tentang pentingnya memperkuat inovasi dalam negeri. Sebab, 94 persen alat kesehatan dan 95 persen bahan baku obat kini masih impor.
Oleh karena itu, Bambang mendorong peneliti di perguruan tinggi dan lembaga riset melahirkan inovasi untuk menanggulangi pandemi. ”Bukan buat gagah-gagahan atau terlihat hebat dibandingkan dengan orang lain, tetapi inovasi yang dibutuhkan masyarkat sehingga bisa menjadi solusi,” ujarnya dalam Bakti Inovasi untuk Penanggulangan Covid-19 di Gedung Sate, Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (8/12/2020).
Bambang menuturkan, ketergantungan terhadap produk impor tidak hanya pada alat kesehatan, tetapi juga alat sederhana. Ia menyebutkan, di awal pandemi, flock swab atau alat pengumpul spesimen untuk tes usap pun harus didatangkan dari negara lain.
”Muncul kesadaran, ini alat sederhana, tinggal dibuat di dalam negeri. Namun, kalau kita tidak terbiasa membuat sesuatu karena keenakan impor, ekosistem (inovasi) tidak terbentuk,” ujarnya.
Ketergantungan alat kesehatan dan bahan baku obat impor mesti dikurangi. Sebab, saat kondisi mendesak seperti pandemi, kebutuhan negara lain juga meningkat. Imbasnya, kebutuhan dalam negeri terancam tidak terpenuhi.
Upaya untuk menyediakan bahan baku obat kimia secara mandiri tidak mudah. Apalagi, industri nasional di bidang kimia belum mumpuni. Sementara untuk membangunnya di saat pandemi perlu investasi besar dan waktu tidak sebentar.
Peneliti Tanah Air telah menghasilkan sejumlah inovasi di tengah pandemi. Bentuknya beragam, seperti ventilator, alat tes Covid-19 antigen, pembersih udara untuk mencegah penyebaran virus korona, laboratorium bergerak, serta robot sterilisasi dan disinfeksi ruang isolasi pasien.
Untuk mengatasi persoalan itu, peneliti diharapkan memaksimalkan keanekaragaman hayati di Indonesia sebagai bahan baku obat. Menurut Bambang, dengan inovasi, obat herbal dapat digunakan untuk penyembuhan beragam penyakit, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan ginjal.
”Keanekaragaman hayati daratan Indonesia nomor dua di dunia setelah Brasil. Namun, itu tidak cukup sekadar pengetahuan umum. Harus digali lebih lanjut. Dengan riset, ekstraksi, dan bioinformatika, kita bisa mempunyai kandidat obat berbahan herbal,” tuturnya.
Peneliti dalam negeri dari beberapa institusi telah menghasilkan sejumlah inovasi di tengah pandemi. Bentuknya beragam, seperti ventilator sebagai alat bantu pernapasan, alat tes Covid-19 antigen, pembersih udara untuk mencegah penyebaran virus korona jenis baru, laboratorium bergerak, serta robot sterilisasi dan disinfeksi ruang isolasi pasien.
Bambang menambahkan, penelitian vaksin ”Merah Putih” telah memasuki uji praklinis pada hewan. Bibit vaksin ini diteliti dan dikembangkan menggunakan isolat virus yang bertransmisi di Indonesia.
”Target penyerahan bibit vaksin pada PT Bio Farma di triwulan satu 2021. Setelah itu akan diuji klinis pada manusia untuk tahap satu, dua, dan tiga. Harapannya pada triwulan empat 2021 vaksin sudah bisa diproduksi massal,” tuturnya.
Secara simbolis, dalam Bakti Inovasi untuk Penanggulangan Covid-19 itu, Bambang menyerahkan sejumlah produk inovasi kepada sejumlah pihak, di antaranya Rumah Sakit (RS) Hasan Sadikin Bandung, RSUD Cibabat Kota Cimahi, RSUD Sayang Cianjur, RS Pendidikan Universitas Padjadjaran, dan Pemerintah Kota Bogor.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengapresiasi pemberian produk inovasi teknologi kepada sejumlah fasilitas kesehatan di provinsi tersebut. Dia berharap ketergantungan terhadap produk impor dalam menanggulangi Covid-19 dapat diminimalkan.
”Jika mengandalkan sumber daya dari luar dengan membeli, kita terkendala dan dalam posisi lemah,” ujarnya.
Wakil Ketua Komisi VII DPR Eddy Soeparno yang juga hadir di Gedung Sate berharap peneliti melanjutkan inovasi untuk mencegah dan menyembuhkan Covid-19. Salah satunya dalam menemukan vaksin yang dianggapnya sebagai ukuran kemajuan teknologi sebuah negara saat pandemi.