Uji Sirene dan Simulasi Bencana Tsunami Dilakukan di Kawasan Mandalika
BNPB bersama Universitas Mataram menggelar uji coba sirene dan simulasi bencana tsunami di kawasan Mandalika, Lombok Tengah, NTB. Kegiatan itu diharapkan bisa meningkatkan kapasitas masyarakat menghadapi bencana.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
PRAYA, KOMPAS — Berbagai pihak terus mendorong kesiapan masyarakat di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, untuk menghadapi bencana. Badan Nasional Penanggulangan Bencana yang bekerja sama dengan Universitas Mataram, Senin (7/12/2020), menggelar simulasi evakuasi bencana gempa dan tsunami di kawasan tersebut.
Ketua Pusat Kajian Pengelolaan Risiko Bencana (PKPRB) Fakultas Teknik Universitas Mataram yang juga Ketua Panitia Pelaksana Eko Pradjoko mengatakan, kawasan Kuta yang berada di kawasan pesisir selatan Lombok, termasuk Sumbawa, memiliki risiko tinggi terhadap tsunami. Oleh karena itu, peningkatan kesiapan masyarakat menghadapi bencana tersebut sangat diperlukan.
Menurut Eko, simulasi merupakan bagian dari kegiatan pemasangan instrumentasi peringatan dini bencana tsunami wilayah 2, yakni sirene peringatan dini gempa dan tsunami.
Saat ini tengah proses pemasangan di Nias Selatan oleh Universitas Gadjah Mada. Semua daerah tempat pemasangan sirene merupakan daerah tujuan wisata. (Tommy Harianto)
Sebelumnya, pada 1 November 2020, BNBP bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lombok Tengah dan PKPRB Fakultas Teknik Universitas Mataram telah memasang sirene di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika.
Sirene untuk sistem peringatan dini di Kuta Mandalika tersebut merupakan satu dari enam sirene prioritas nasional. Menurut Kepala Seksi Pengolahan Pemantauan Direktorat Peringatan Dini BNPB Tommy Harianto, selain di Kuta, sirene juga dipasang di Semarang (Jawa Tengah) untuk bencana longsor, sirene banjir di Belitung (Kepulauan Bangka Belitung), serta sirene untuk tsunami di Mentawai (Sumatera Barat), Nias Selatan (Sumatera Utara), dan Banyuwangi (Jawa Timur).
”Saat ini tengah proses pemasangan di Nias Selatan oleh Universitas Gadjah Mada. Semua daerah tempat pemasangan sirene merupakan daerah tujuan wisata,” kata Tommy.
Eko menambahkan, sirene di KEK Mandalika berada di atas bukit dengan tinggi 25 meter di sisi timur KEK Mandalika. Sirene tersebut memiliki tinggi 12 meter. ”Kalau ditotal, tingginya 37 meter. Ketinggiannya itu memengaruhi jangkauan kapasitas suara,” kata Eko.
Menurut Eko, sirene itu dinyalakan dengan sejumlah sistem kontrol, yakni menggunakan ponsel pintar berbasis Android, menggunakan radio, dan manual. Ada empat jenis suara sesuai level peringatan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tentang bahaya tsunami.
”Level satu atau Waspada jika tsunami kurang dari 1 meter, level dua atau Siaga jika ketinggian tsunami 1 sampai 3 meter, dan level Awas jika ketinggian tsunami lebih dari 3 meter,” kata Eko.
Tiga bahasa
Sementara level keempat adalah suara untuk pemeliharaan atau uji coba dengan tiga bahasa, yakni Sasak, Indonesia, dan Inggris. Level ini juga digunakan dalam simulasi gempa dan tsunami di sisi timur Plaza Masjid Nurul Bilad di KEK Mandalika.
Pantauan Kompas, simulasi dimulai sekitar pukul 10.00 WITA. Dalam skenario, terjadi gempa yang memicu tsunami. Tidak lama kemudian, terdengar bunyi sirene peringatan adanya tsunami.
Warga yang sedang beraktivitas di kawasan pesisir, begitu mendengar bunyi sirene, mengevakuasi diri ke tempat yang aman. Sementara warga yang terluka dan tidak bisa menyelamatkan diri sendiri dievakuasi oleh tim reaksi cepat.
Di bagian akhir simulasi, Ketua Desa Tangguh Bencana Kuta Mae Suharja Yusuf melaporkan dampak bencana kepada pihak terkait, yakni korban selamat, meninggal, korban luka, dan lainnya.
Sebelum simulasi, kata Eko, sudah ada pelatihan bagi anggota Forum Pengurangan Risiko Bencana, termasuk dari PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (ITDC), pengelola hotel, kantor SAR, kepolisian, dan TNI.
”Harapan kami, pelatihan itu akan bermanfaat termasuk dalam menangani wisatawan,” kata Eko.
Berlanjut
Tommy mengatakan, sirene yang mereka bangun di Kuta dilanjutkan dengan kegiatan simulasi merupakan stimulan. Dia berharap, pihak terkait dalam hal ini pemerintah daerah, baik Kabupaten Lombok Tengah maupun Nusa Tenggara Barat, bisa melanjutkannya.
”Kami sudah menggandeng Universitas Mataram. Siapa tahu kegiatan serupa bisa diadakan lagi dengan melibatkan berbagai pihak terkait lainnya,” kata Tommy.
Kepala BPBD NTB I Gusti Bagus Sugihartha juga menyampaikan hal serupa. Penanganan kebencanaan tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Konsep pentahelix, yakni pemerintah, non-pemerintah, pengusaha, masyarakat, dan akademisi, harus bekerja sama.
”Jadi, bagaimana pihak-pihak itu saling bekerja sama untuk memanfaatkan dan mengelolanya secara efektif dan efisien, terutama tidak terganggu ketika terjadi bencana,” kata Sugihartha.
Kepala BPBD Lombok Tengah Murdi AP mengatakan, KEK Mandalika saat ini mendapat perhatian dunia internasional. Apalagi dengan rencana digelarnya ajang MotoGP.
Menurut Murdi, mereka saat ini tengah berupaya menjadikan KEK Mandalika sebagai kawasan dengan manajemen kebencanaan berkelas internasional dengan menyiapkan peranti atau protokolnya dan masyarakatnya.
”Pelatihan seperti ini akan jadi prioritas kami. Bahkan, menjadi salah satu item dalam rencana induk penanganan kebencanaan kabupaten,” kata Murdi.
Wakil Rektor IV Universitas Mataram Bidang Kerja Sama Yusron Saadi menambahkan, peningkatan kapasitas terkait dengan sistem peringatan dini dan penyiapan masyarakat. Jika itu bisa terwujud, peluang atau potensi risiko bencana bisa berkurang.
”Setelah sirene ini berdiri, maka sebenarnya perjuangan baru dimulai. Selanjutnya, bagaimana bisa berfungsi ketika dibutuhkan. Jadi, ini sebagai langkah awal melakukan kegiatan yang mengarah kepada upaya meningkatkan kesiapsiagaan,” kata Yusron.
Ketua Desa Tangguh Bencana Kuta Mae Suharja Yusuf, sebagai kegiatan lanjutan, sosialisasi terkait sirene akan terus mereka lakukan, terutama bagi masyarakat yang tinggal di zona merah tsunami. Selain itu, mereka juga secara rutin akan menggelar simulasi gempa dan tsunami.