Jabar Prioritaskan Vaksin untuk Tenaga Kesehatan, Anggota TNI, Polri, dan Warga di Zona Merah
Pemerintah Provinsi Jawa Barat memprioritaskan vaksin Covid-19 yang baru tiba di Tanah Air untuk tenaga kesehatan, anggota TNI, Polri, dan warga di zona merah. Namun, belum ada kepastian kuota vaksin untuk warga Jabar.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Barat memprioritaskan pemberian vaksin Covid-19 yang baru tiba di Tanah Air kepada tenaga kesehatan, anggota TNI, Polri, dan warga yang bermukim di zona merah. Namun, belum ada kepastian dari pemerintah pusat terkait kuota vaksin untuk Jabar.
Sebanyak 1,2 juta dosis vaksin Covid-19 produksi Sinovac Biotech, China, telah tiba di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Kota Tangerang, Banten, Minggu (6/12/2020) malam. Vaksin kemudian dibawa ke PT Bio Farma di Kota Bandung, Jabar.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengaku belum mendapat informasi terkait jatah vaksin yang diberikan pemerintah pusat untuk provinsi tersebut. ”Jika diminta, kami memprioritaskan vaksin untuk 350.000 tenaga kesehatan dan 150.000 untuk personel TNI dan Polri,” ujarnya di Markas Kodam III/Siliwangi, Bandung, Senin (7/12/2020).
Prioritas selanjutnya adalah warga di daerah zona merah Covid-19. Namun, penyuntikan vaksin masih menunggu pemberian izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) untuk menjamin efektivitas vaksin.
Saat ini terdapat enam daerah di Jabar dengan kategori zona merah Covid-19. Keenam daerah itu adalah Kota Depok, Bandung, Tasikmalaya, serta Kabupaten Karawang, Garut, dan Majalengka. Perkembangan status zona merah sangat dinamis dan diumumkan setiap dua pekan.
Sesuai simulasi penyuntikan vaksin Covid-19 di Puskesmas Tapos, Kota Depok, Oktober lalu, sasaran vaksinasi di Jabar adalah 36 juta warga rentang usia 18-59 tahun dari total penduduk hampir 50 juta jiwa. Rentang usia 18-59 tahun sama dengan usia sukarelawan uji klinis vaksin.
Penyuntikan vaksin masih menunggu pemberian izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan untuk menjamin efektivitas vaksin.
Berdasarkan data Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar (Pikobar), Senin pukul 18.30, kasus Covid-19 di Jabar sebanyak 60.444 orang. Jumlah itu tertinggi keempat di Indonesia setelah DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
Sebanyak 49.656 orang sembuh, 9.817 orang masih dalam perawatan atau isolasi, dan 971 orang meninggal. Mayoritas kasus Covid-19 di Jabar tersebar di kawasan Bodebek (Bogor, Depok, Bekasi) dan Kota Bandung.
Keterisian rumah sakit rujukan Covid-19 di Jabar telah mencapai 75 persen. Kamil mengatakan, pihaknya sedang menyiapkan 11 gedung pemerintah dan empat hotel sebagai tempat isolasi.
Vaksin produksi Sinovac diuji klinis di Bandung sejak Agustus. Hingga akhir November, sejumlah 1.620 sukarelawan uji klinis telah mendapatkan suntikan vaksin atau plasebo dosis pertama. Sebanyak 1.603 sukarelawan sudah disuntik dosis kedua dan 1.600 sukarelawan memasuki masa pemantauan imunitas, efikasi, dan keamanan.
Hasil pemantauan terhadap 540 sukarelawan telah rampung dan dilaporkan ke Badan POM. Analisis terhadap uji klinis akan menjadi pertimbangan untuk melakukan vaksinasi.
Manajer Lapangan Uji Klinis Vaksin Covid-19 Universitas Padjadjaran Eddy Fadlyana mengatakan, pihaknya tidak dapat menginformasikan hasil pemantauan terhadap sukarelawan. ”Nanti disampaikan oleh Badan POM,” ujarnya melalui aplikasi pesan.