Lava Pijar dan Awan Panas Masih Meluncur dari Puncak Semeru
Aktivitas vulkanik Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, masih relatif tinggi. Erupsi masih terjadi meskipun tidak berlangsung terus-menerus. Guguran lava pijar dan luncuran awan panas masih terjadi.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·4 menit baca
MALANG, KOMPAS — Aktivitas vulkanik Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, hingga Minggu (6/12/2020) relatif masih tinggi. Erupsi masih terjadi meskipun tidak berlangsung terus-menerus. Guguran lava pijar dan luncuran awan panas masih terjadi sejauh 1,5 kilometer.
Kepala Subbidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi Nia Haerani, saat dihubungi dari Malang, Minggu (6/12/2020), mengatakan, erupsi masih terjadi meski tidak sebesar satu pekan lalu saat guguran awan panas mencapai jarak luncur 11 kilometer dari kawah.
Erupsi menghasilkan kolom erupsi putih tebal dengan tinggi maksimal 300-500 meter dari kawah. Saat tidak erupsi, teramati embusan gas dari puncak berwarna putih tipis dengan tekanan lemah setinggi 100 meter di atas kawah.
Dalam 24 jam terakhir, secara visual teramati titik api setinggi 50-100 meter dari atas kawah. Guguran lava pijar masih terjadi 17 kali dengan jarak luncur 200-500 meter dari ujung lidah lava ke arah tenggara, yakni Besuk Kobokan.
”Awan panas guguran terjadi satu kali dengan jarak luncur 1.500 meter ke arah Besuk Kobokan. Jarak luncur guguran dan awan panas guguran relatif menurun dibanding hari sebelumnya,” ujar Nia melalui pesan tertulis.
Menurut Nia, aktivitas kegempaan di gunung setinggi 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu pada Minggu ini masih tinggi dengan terekamnya gempa-gempa letusan, guguran, dan embusan dalam jumlah fluktuatif. Meski demikian, aktivitasnya relatif menurun dibanding hari sebelumnya.
Status Semeru masih di Level II (Waspada) dengan rekomendasi agar masyarakat tidak beraktivitas dalam radius 1 km dari kawah dan 4 km dari bukaan kawah di sektor selatan-tenggara. ”Waspadai awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Semeru,” ucap Nia.
Kepala Bidang Pencegahan Kesiapsiagaan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang M Wawan Hadi Siswoyo, dihubungi secara terpisah, mengatakan, pengungsian masih dilakukan meski jumlah warga yang mengungsi tidak sebanyak beberapa hari sebelumnya.
”Pengungsian masih karena masa tanggap darurat baru berakhir 14 Desember nanti. Tadi malam masih ada 50-an warga yang mengungsi, tidak sebanyak hari-hari pertama,” katanya.
Menurut Wawan, kebutuhan logistik bagi pengungsi tercukupi, tidak ada kekurangan. Ada beberapa lokasi pengungsian sementara yang disiapkan, salah satunya di SDN4 Supiturang, Kecamatan Pronojiwo.
Menurut Wawan, aktivitas Semeru masih fluktuatif, misalnya malam bergejolak, siang landai. Oleh karena itu, pihaknya tetap siaga di sejumlah titik, bukan hanya sungai yang menjadi aliran lahar di wilayah Pronojiwo, melainkan juga kecamatan lain di bawahnya, seperti Pasir Jambe dan Pasirian.
Sejarah panjang
Semeru memiliki sejarah panjang erupsi. Mengutip laman vsi.esdm.go.id, letusan Semeru tercatat mulai 1818. Pada 21 September 1941-Februari 1942 terjadi letusan dalam celah radial, leleran lava. Letusan sampai di lereng timur pada ketinggian 1.400 m dan 1.775 m. Titik letusan sebanyak enam tempat. Leleran lava masuk ke Besuk Semut dan menimbulkan pos pengairan Bantengan. Aliran lava saat itu sepanjang 6,5 km.
Adapun pada 1961, terjadi letusan tipe Stromboli dengan tinggi abu 3.000 meter di atas puncak. Bahan letusan dilemparkan sampai ke Arcopodo—melewati hutan di sekitar hulu Besuk Sat dan Besuk Tompe. Aliran lava terjadi di Kali Glidik, Besuk Sat, Besuk Bang, dan Besuk Kobokan.
Begitu pula setelah meletus, aktivitas vulkanik terus berlangsung. Bahkan, pada 1972, pertumbuhan kubah lava menyebabkan tinggi Gunung Semeru mencapai 3.744,5 mdpl (lebih tinggi dari ketinggian Semeru saat ini 3.676 mdpl). Pada akhir 1972, letusan terjadi tiap 5-45 menit dengan tinggi asap maksimum 500 m di atas bibir kawah. Pasir dan debu terlontar sejauh 1 km.
Letusan Semeru umumnya bertipe abu vulkanian dan strombolian yang terjadi tiga-empat kali setiap jam. Letusan vulkanian dicirikan dengan letusan eksplosif yang terkadang menghancurkan kubah lava dan lidah lava yang terbentuk sebelumnya.
Adapun letusan strombolian yang biasanya diikuti dengan pembentukan kubah dan lidah lava baru. Saat letusan eksplosif diikuti aliran awan panas ke lembah sesuai arah bukaan kawah. Arah bukaan kawah Semeru kini mengarah ke tenggara atau hulu Besuk Kembar, Besuk Bang, dan Besuk Kobokan.