Ribuan Pesantren di Jabar Dibekali Kemandirian Wirausaha
Pesantren Jabar bisa memberikan dampak pemerataan ekonomi. Hal tersebut bisa dilakukan jika setiap pesantren memiliki produk unggulan dengan nilai jual tinggi.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Pesantren di Jawa Barat membutuhkan kemampuan wirausaha untuk meningkatkan pemerataan ekonomi. Penguatan di bidang itu diharapkan bisa mencetak produk unggulan sehingga pesantren bisa mandiri dan ikut memberdayakan masyarakat di sekitarnya.
Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum dalam pembukaan pameran virtual One Pesantren One Product (OPOP) Jabar 2020, Sabtu (5/12/2020), menyatakan, pesantren di Jabar berpotensi menyumbang pemerataan ekonomi masyarakat. Hal tersebut bisa dilakukan jika setiap pesantren memiliki produk unggulan dengan nilai jual tinggi.
Jabar memiliki lebih dari 9.000 pesantren. Selama ini, ujar Uu, sebagian besar pesantren hanya mengandalkan zakat, sedekah, hingga donasi masyarakat dan santri. Semua bantuan itu pun melekat kepada tokoh yang mendirikan pesantren tersebut.
”Kalau tokohnya wafat, kebanyakan aktivitas pesantren pun surut. Sedekah, zakat, ataupun donasi pun berkurang. Ini bisa berdampak pada operasional pesantren,” ujarnya dalam pembukaan yang disaksikan di Bandung.
Uu mengatakan, kondisi ini menjadi landasan untuk mengajak pesantren di Jabar mandiri secara ekonomi. Dia mengklaim, program OPOP yang digulirkan di Jabar mampu membantu pesantren mencapai kemandirian itu.
Tidak hanya kemandirian ekonomi di lingkungan internal, Uu mengatakan, pesantren idealnya jadi pengungkit ekonomi warga sekitar. Dengan kemampuan wirausaha yang mumpuni, pesantren mampu meningkatkan perputaran ekonomi di sekitar pesantren.
”Kami mengajak pesantren di Jabar memikirkan tarbiah (pendidikan) sembari mandiri secara ekonomi. Tidak hanya dari segi pesantren yang memiliki banyak santri, tetapi juga warga sekitar. Karena itu, bantuan untuk pesantren ini menurut kami merupakan hal yang tepat,” ujarnya.
Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Jabar Kusmana Hartadji menambahkan, ada sekitar 5.000 pesantren yang akan mendapat penguatan modal dan kemampuan wirausaha melalui OPOP. Hingga tahun 2020, sebanyak 1.527 pesantren telah mendapatkan kemampuan itu.
Kusmana menambahkan, pesantren di Jabar memiliki potensi besar dan perlu dikembangkan dengan profesional. Santri yang ada juga bisa diberdayakan sehingga mereka bisa lulus, tidak hanya berilmu agama tinggi, tetapi memiliki kemampuan wirausaha mumpuni.
”Pesantren di perdesaan biasanya memiliki lahan besar sehingga bisa dimanfaatkan. Para santri juga dibekali ilmu wirausaha. Jadi, semuanya bisa mandiri secara ekonomi. Walaupun tinggal di desa, rezeki di kota. Produknya mendunia, mati masuk surga. Slogannya itu,” ujarnya.
Budi Syihabuddin, perwakilan Pesantren Riyadlul Ulum Kota Tasikmalaya, menyatakan, pesantren membutuhkan pendampingan dalam mengembangkan wirausaha. Dia berujar, dengan mengembangkan usaha olahan nabati, mereka bahkan bisa memberdayakan warga sekitar.
”Kami membutuhkan kail pendampingan agar bisa mandiri. Kalau dari donasi saja, itu langsung habis. Apalagi, dengan ilmu yang ada, kami bisa mengajak warga untuk ikut dalam usaha ini. Semuanya bisa mendapatkan manfaatnya,” ujar Budi.