Merawat Keberagaman di Kalsel lewat Pameran Religi Virtual
Pameran religi secara virtual digelar di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, selama dua hari. Kegiatan itu untuk mempromosikan berbagai upaya yang dilakukan agama dan etnis di Kalsel dalam merawat toleransi dan keberagaman.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Untuk keenam kali, pameran religi digelar di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kegiatan tersebut untuk mempromosikan berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemeluk agama dan etnis di Kalimantan Selatan dalam merawat toleransi dan keberagaman.
Acara bertajuk Religi Expo 6 ini diselenggarakan Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3) Banjarmasin selama dua hari, 4-5 Desember 2020. Pameran digelar secara virtual dan disiarkan secara langsung dari Balairung Sari, Taman Budaya Kalimantan Selatan (Kalsel), di Banjarmasin.
Direktur LK3 Banjarmasin Rafiqah mengatakan, pameran religi merupakan acara tahunan yang diselenggarakan sejak 2015. Kegiatan ini melibatkan majelis agama, pendidikan berbasis agama, pemuda lintas agama, budayawan, dan beragam komunitas.
”Penyelenggaraan Religi Expo 6 ini berbeda daripada biasanya karena masih dalam suasana pandemi Covid-19. Acara kali ini digelar secara online (daring) dan offline (luring) karena harus bertoleransi dengan Covid-19 dan adaptasi kebiasaan baru demi menjaga kesehatan kita bersama,” ujarnya di Banjarmasin, Jumat (4/12/2020) sore.
Menurut Rafiqah, pameran religi merupakan bentuk solidaritas dan sinergisitas antarkelompok agama dan etnis untuk memberikan peran-peran positif di masyarakat dalam menghadapi berbagai persoalan kemanusiaan, terutama di masa pandemi ini. Selain itu, juga mempromosikan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh agama dan etnis dalam merawat toleransi dan keberagaman.
”Kegiatan ini terselenggara terus setiap tahun sebagai bentuk penghargaan, apresiasi, dan bukti kepada kita semua bahwa sampai hari ini keberagaman di Kalsel masih terus terawat dan terjaga dengan baik,” katanya.
Religi Expo 6 mengusung tema ”Merawat Bumi, Merawat Kehidupan, Merawat Kemanusiaan”. Ini sebagai ungkapan perasaan semua orang saat ini terhadap apa yang terjadi pada Bumi, kehidupan, dan kemanusiaan.
Rafiqah mengatakan, ada hikmah dari pandemi Covid-19. Tanpa memandang ras, suku, dan agama, semua orang bahu-membahu meringankan beban saudaranya. Di mana-mana muncul aksi sosial dan praktik-praktik baik kemanusiaan sebagai implementasi keimanan dan cinta kemanusiaan.
”Kita tentu tidak ingin apa yang sudah baik dirusak kepentingan-kepentingan yang ingin memecah belah kita lewat cara apa pun. Untuk itu, edukasi kebinekaan kepada masyarakat perlu terus dilakukan,” ujarnya.
Pelaksana Tugas Gubernur Kalsel Rudy Resnawan dalam sambutan tertulis yang disampaikan Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia Sekretariat Daerah Provinsi Kalsel Fathurrahman mengatakan, pameran religi ini memberi pesan dan kesan mendalam bahwa keharmonisan kehidupan beragama di Kalsel terus terpelihara dengan baik.
”Kami menyambut baik dan sangat mendukung penyelenggaraan pameran religi ini. Di sinilah tempat dan momentum bagi semua pemeluk agama untuk lebih memperkenalkan kegiatan keagamaannya. Di ruang pameran ini juga kita terus memantapkan kebersamaan untuk membangun kehidupan yang lebih berkualitas tanpa membedakan agama, ras, suku, dan lainnya,” tutur Fathurrahman saat membuka kegiatan pameran secara resmi.
Di ruang pameran ini juga kita terus memantapkan kebersamaan untuk membangun kehidupan yang lebih berkualitas tanpa membedakan agama, ras, suku, dan lainnya.
Jadikan fondasi
Menurut Fathurrahman, membangun negeri ini pada dasarnya adalah membangun umat manusia agar hidup dalam kondisi sejahtera lahir dan batin. Ruang pembangunan itu bukan hanya dalam bentuk fisik, melainkan juga dalam bentuk ruang-ruang rohani.
”Karena itu, membangun kehidupan umat beragama yang harmonis jangan sampai dipandang sebelah mata. Membangun kehidupan beragama yang saling menghormati dan menghargai sudah sejatinya dijadikan fondasi memperkuat hubungan antarumat beragama,” katanya.
Fathurrahman juga mengingatkan agar agama jangan sampai dijadikan narasi politik yang bisa memecah belah kerukunan antarumat beragama, terutama dalam perhelatan pemilihan kepala daerah di Kalsel saat ini. ”Meskipun berbeda pilihan, rasa persatuan, persaudaraan, dan kebersamaan tetap diutamakan,” ujarnya.
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Kota Banjarmasin Maskur mengatakan, Negara Kesatan Republik Indonesia (NKRI) akan tetap terjaga selama umat beragama hidup rukun. ”Kami bersyukur karena selama ini tidak pernah ada konflik agama di Banjarmasin. Kondisi itu harus terus kita jaga,” katanya.