Berkah Ikan Menari dari Saluran Irigasi di Jantung Yogyakarta
Sejumlah saluran irigasi kumuh di perkampungan Kota Yogyakarta belakangan dipercantik. Lingkungan ditata hingga muncul berkah ekonomi dan wisata. Keriaan warga bersemi seiring ikan-ikan yang menari.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·5 menit baca
Sejumlah saluran irigasi kumuh di perkampungan Kota Yogyakarta belakangan dipercantik. Lingkungan ditata hingga muncul berkah ekonomi dan wisata. Keriaan warga bersemi seiring ikan-ikan yang menari.
Cahyo Firmansyah (28) berjalan santai sambil menggendong anaknya di tepi saluran irigasi Bendhung Lepen, Kampung Mrican, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa (24/11/2020). Sesekali, ia taburkan pakan yang langsung disambut lahap ratusan ikan berwarna oranye yang tengah berenang lincah.
”Akhirnya, saya bisa mengajak anak-anak ke sini. Ini sudah ketiga kalinya saya ke sini. Dua kesempatan sebelumnya, saya bersama teman-teman rombongan gowes,” ucap Firman, warga Pakualaman.
Firman senang dengan kehadiran destinasi wisata murah seperti Bendhung Lepen yang berlokasi di Kelurahan Giwangan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, DIY, tersebut. Ia hanya dibanderol biaya parkir seikhlasnya setiap datang. Makanan-makanan yang dijajakan pun murah. Di sisi lain, ia bisa mengenalkan anaknya tentang macam-macam ikan air tawar.
Sebenarnya Bendhung Lepen bukan destinasi wisata. Obyek itu merupakan saluran irigasi yang melintasi Kampung Mrican untuk mengalirkan air bagi sawah-sawah di Kabupaten Bantul. Aliran airnya berasal dari Sungai Gajahwong.
Suradianto (32), warga Kampung Mrican, menceritakan, dua tahun lalu, saluran irigasi itu masih sangat kumuh. Endapan lumpurnya setebal 50 sentimeter. Sampah rumah tangga tertimbun di antara sedimen lumpur. Bau busuk menusuk setiap hari. ”Paling menyengat baunya kalau musim hujan. Sekarang sudah tidak bau lagi sejak saluran dibersihkan,” kata Suradianto.
Butuh waktu tiga bulan untuk membuat saluran irigasi itu benar-benar bersih dari lumpur dan sampah.
Suradianto adalah salah satu ”provokator” yang sejak awal mengajak warga membersihkan aliran irigasi itu. Keprihatinan muncul dari obrolan ngalor-ngidul bersama teman-teman sesama anggota karang taruna yang saat itu dipimpinnya. Keinginan itu pun segera disampaikan kepada sejumlah warga lain. ”Kami merasa saluran irigasi, kok, kian hari kian kotor. Semakin penuh dengan limbah. Pemuda usul agar lumpur dibersihkan,” ucapnya.
Akhirnya, para pemuda Kampung Mrican mulai membersihkan saluran irigasi tersebut pada Januari 2019. Lambat laun, muncul dukungan warga lain. Panjang saluran irigasi yang dibersihkan awalnya hanya 50 meter. Butuh waktu tiga bulan untuk membuat saluran irigasi itu benar-benar bersih dari lumpur dan sampah.
Saat ini, sudah 80 meter saluran irigasi dibersihkan. Adapun panjang saluran irigasi yang melintasi Kampung Mrican mencapai sekitar 1 kilometer. Diharapkan kelak seluruh saluran irigasi bisa bersih.
Setelah bersih, ada usul agar dibudidayakan ikan untuk mempercantik saluran air. Warga pun mengumpulkan uang untuk membeli benih ikan. Pada Maret 2019, lebih dari 1 kuintal benih ikan nila ditabur di kali tersebut. Dari benih itu, pada panen pertama didapat 6 kuintal ikan.
Ada sebagian warga yang mengunggah foto saluran irigasi itu ke medsos. Unggahan itu pun viral dan mengundang kedatangan warga dari lain kampung.
”Setiap kali panen hasilnya terus bertambah. Sebagian hasil panen selalu dibelikan benih baru. Bahkan, sekarang kami bisa panen ikan hingga 2 ton sekali waktu. Panen dilakukan empat bulan sekali,” kata Suradianto.
Setelah dibersihkan dan diisi ikan, warga setempat mulai banyak yang menghabiskan waktu di tepi saluran irigasi. Ada sebagian warga yang mengunggah foto saluran irigasi itu ke medsos. Unggahan itu pun viral dan mengundang kedatangan warga dari lain kampung.
Akhirnya, Bendhung Lepen menjadi salah satu tujuan wisata lokal. Pengunjungnya beragam, dari kalangan keluarga hingga para pesepeda. ”Tak ada niat menjadikan tempat ini destinasi wisata. Banyaknya orang yang berkunjung ini bonus. Niat kami sejak awal hanya ingin membersihkan lingkungan,” kata Suradianto.
Seperti pepatah, ada gula ada semut, imbas sebagai tempat wisata, penjual makanan bermunculan. Sedikitnya ada 20 penjual makanan dari warga setempat ataupun dari luar daerah.
Purwanti (45), salah seorang penjual makanan, mengaku sangat bersyukur mendapat berkah dari kehadiran Bendhung Lepen. Biasanya, ia berjualan di sekolah-sekolah. Namun, sejak pandemi Covid-19, ia tak bisa lagi berjualan karena kegiatan di sekolah ditiadakan. ”Sangat lumayan jualan di sini. Jika sedang ramai, bisa dapat Rp 50.000,” kata Purwanti.
Inspirasi selokan Jepang
Sekitar 6 kilometer sebelah barat Bendhung Lepen, saluran irigasi juga menjadi destinasi wisata di Kampung Dukuh, Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron. Hal itu diinisasi sekelompok warga RT 069 RW 014 yang awalnya merasa terganggu kotornya saluran irigasi di lingkungannya. Mereka pun membentuk kelompok Mina Julantoro Asri untuk memfungsikan lagi saluran irigasi tak terawat itu menjadi tempat budidaya ikan.
”Terjadi pendangkalan di saluran irigasi ini. Baunya juga sangat mengganggu. Banyak warga sering membuang sampah di saluran ini. Kami ingin membersihkan lalu menjadikannya tempat budidaya ikan agar warga merasa pakewuh (sungkan) membuang sampah sembarangan karena tempatnya sudah dibersihkan,” kata Bendahara Mina Julantoro Asri, Sinta Dewi (32).
Saluran irigasi mulai dibersihkan dan diisi benih ikan pada 2018. Sebanyak 15.000 benih didapat dari Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta. Sejak benih ditabur, sudah dilakukan lima kali panen. Sekali panen diperoleh hingga 1 ton ikan.
Sinta menyampaikan, inspirasi mengisi saluran irigasi dengan ikan diperolehnya dari kanal Youtube. Ia sempat menonton selokan di kawasan perkampungan di Jepang yang bersih dan cantik dengan banyak ikan. Terpikir di benaknya, hal itu bisa direplikasi pada saluran irigasi di kampungnya.
Untuk itu, Kelompok Mina Julantoro tak hanya mengisi saluran irigasi dengan ikan nila yang bisa dipanen. Terdapat pula ikan koi berwarna cerah yang menambah indah saluran irigasi tersebut. Sebab, sejak awal, pengelola juga ingin tempat tersebut bisa menjadi destinasi wisata alternatif di Kota Yogyakarta. Pagar dan tembok pun dihias warna-warni untuk memberi kesan artistik.
”Kami ingin tempat ini, walaupun kecil, bisa menjadi tempat wisata. Harapannya juga dicontoh kampung-kampung lain,” kata Sinta.
Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengapresiasi tumbuhnya inisiatif warga mengembangkan potensi wisata lewat daya tarik pengelolaan lingkungan. Pemerintah kota berupaya mendukung dengan menggagas program ”Gowes Kampung” guna mengundang wisatawan. Wisatawan diajak bersepeda menyusuri kampung-kampung berdaya tarik wisata di kota tersebut.
”Harapannya, masyarakat di kampung perkotaan bisa menikmati kue pariwisata. Para pengunjung bisa tatap muka dengan perajin, pembuat makanan khas, melihat keasrian dan kedalaman kampung-kampung asli di kota ini,” kata Heroe.
Kisah dua kampung di Kota Yogyakarta memberi inspirasi ikhtiar pengelolaan lingkungan yang berbuah berkah. Kampung tertata, kualitas hidup meningkat, wisata pun menggeliat.