Tes PCR di Aceh Rendah, Penelusuran Kasus Belum Maksimal
Dari angka ideal 5.200 tes PCR per pekan, Aceh baru bisa memenuhi rata-rata kurang dari 1.000 spesimen per pekan. Jumlah spesimen ini jauh di bawah kemampuan laboratorium melakukan pengetesan.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
KOMPAS/ZULKARNAINI
Warga menjalani tes swab Covid-19 di Laboratorium Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Aceh, Senin (21/9/2020).
BANDA ACEH, KOMPAS — Jumlah warga di Provinsi Aceh yang menjalani tes usap PCR (tes usap dengan metode reaksi berantai polimerase) untuk penapisan Covid-19 masih rendah. Rendahnya capaian uji PCR karena pemerintah kabupaten/kota belum maksimal melakukan penelusuran penyebaran virus tersebut.
Sejak Maret sampai 25 November 2020, sebanyak 34.806 spesimen tes PCR dari 5,2 juta jumlah penduduk Aceh telah diperiksa. Tes PCR itu dilakukan dalam kurun Maret hingga 25 November atau sekitar 36 minggu. Apabila dirata-rata, sepekan 967 spesimen yang diperiksa. Idealnya, 5.200 spesimen diperiksa dalam seminggu.
Dari jumlah spesimen yang diperiksa itu, sebanyak 8.199 spesimen positif dan sisanya negatif. Adapun sebanyak 6.741 orang telah sembuh, 308 orang meninggal, dan sisanya dalam perawatan.
Jumlah kuota pemeriksaan tes PCR untuk 23 kabupaten dan kota di Aceh adalah 1.015 spesimen dalam sehari. Setiap kabupaten/kota mendapatkan kuota berbeda-beda, antara lain disesuaikan dengan jumlah penduduk. Namun, selama ini tidak ada satu pun kabupaten kota yang mengirimkan sampel spesimen sesuai kuota. Sampel yang dikirim selalu di bawah kuota. Bahkan, ada daerah yang tidak mengirimkan sampel sama sekali.
Juru Bicara Satgas Covid-19 Aceh Saifullah Abdulgani, Kamis (26/11/2020), mengatakan, capaian tes PCR sangat bergantung pada kinerja satgas pemkab/pemkot sebab mereka yang menelusuri orang-orang yang diduga berpotensi terpapar virus korona baru.
Saifullah menambahkan, Pemprov Aceh telah menyediakan berbagai fasilitas pendukung tes PCR, seperti laboratorium, reagen, serta mobil ambulans untuk membawa sampel ke laboratorium. Selain itu, pemda juga mengeluarkan petunjuk teknis terkait waktu pengambilan tes usap hingga waktu yang dibutuhkan hingga hasil tes keluar.
”Kapasitas laboratorium memadai dan reagen tercukupi. Kendalanya aktivitas tracing, testing, dan treatment atau 3T belum maksimal dilakukan,” kata Saifullah.
Aceh memiliki 4 laboratorium PCR dengan kapasitas pemeriksaan per hari sekitar 2.000 spesimen. Sementara syarat yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 1/1.000 jiwa per minggu atau 5.200 spesimen per minggu. ”Jumlah tes PCR di Aceh belum memenuhi standar WHO,” kata Saifullah.
Kepala Laboratorium Balitbangkes Kementerian Kesehatan perwakilan Aceh Fahmi Ichwansyah menuturkan, sampel spesimen yang masuk ke laboratorium di bawah kapasitas yang mampu diperiksa. ”Kami hanya menunggu kiriman sampel. Seharusnya dalam kondisi seperti sekarang, semakin banyak sampel yang masuk,” kata Fahmi.
Testing (pemeriksaan) merupakan satu dari tiga strategi untuk menemukan orang yang terpapar Covid-19. Dua strategi lain adalah tracing (pelacakan) dan treatment (pengobatan). Di Aceh, aktivitas 3T dilakukan oleh satgas kabupaten/kota.
Kepala Dinas Kesehatan Banda Aceh Lukman mengatakan, di Banda Aceh, uji PCR belum memenuhi standar WHO. Dalam kondisi darurat, pihaknya berusaha melakukan tes terhadap orang yang diduga kuat terpapar virus. ”Saat ini target kami bukan penuhi standar WHO, tetapi penelusuran terhadap orang yang terpapar,” ujar Lukman.
Banda Aceh diberikan kuota pemeriksaan 90 spesimen sehari, tetapi yang mampu dipenuhi 9 orang saja. Lukman mengatakan, tidak semua warga mau diambil sampel. ”Bahkan ada warga yang menolak saat kami bilang masuk dalam pelacakan,” kata Lukman.
Pemkot Banda Aceh menyiapkan satu rumah sakit khusus untuk melayani pengambilan sampel tes usap. Selain menunggu warga datang, petugas juga jemput bola dengan mendatangi rumah-rumah warga bagi yang diduga terpapar.
KOMPAS/ZULKARNAINI
Suasana di salah satu warung kopi di Banda Aceh, Provinsi Aceh, Senin (3/8/2020). Meski kasus Covid-19 terus bertambah, aktivitas warga di ruang publik tidak menerapkan protokol kesehatan
Jumlah warga yang positif Covid-19 di Banda Aceh sebanyak 2.340 orang. Ibu Kota Provinsi Aceh ini juga menjadi daerah dengan kasus tertinggi Covid-19 di Aceh. Menurut Lukman, tingkat kesadaran warga mematuhi protokol kesehatan rendah juga turut memicu penyebaran virus.
Gubernur Aceh Nova Iriansyah mengeluarkan Peraturan Gubernur tentang Peningkatan Disiplin di Ruang Publik, tetapi pada faktanya tidak banyak warga yang patuh pada aturan. Banyak warga yang beraktivitas di ruang publik abai terhadap jaga jarak dan menggunakan masker.