Wabah Covid-19 di Pamekasan, Jawa Timur, memburuk yang terlihat dari perubahan status risiko penularan dari rendah bertanda kuning ke sedang bertanda jingga.
Oleh
AMBROSIUS HARTO, AGNES SWETTA PANDIA
·5 menit baca
PAMEKASAN, KOMPAS — Wabah Covid-19 (Coronavirus Disease 2019) akibat virus korona jenis baru (SARS-CoV-2) di Pamekasan, Jawa Timur, memburuk yang terlihat dari perubahan status risiko penularan dari rendah bertanda kuning ke sedang bertanda jingga.
Situasi itu diperparah dengan kenyataan pahit bahwa Pamekasan kehilangan dokter senior ahli radiologi, yakni Sardjono yang berpulang di RSU Mohammad Noer, Rabu (2/12/2020) dini hari. Sardjono, mantan Direktur RSUD Dr H Slamet Martodirdjo meninggal dalam status sebagai pasien Covid-19. Pada sore, sang istri, yakni Martini meninggal sebagai pasien Covid-19.
”Situasi wabah memburuk sehingga setelah evaluasi perlu langkah strategis,” kata Bupati Pamekasan Baddrut Tamam saat dihubungi dari Surabaya, Jumat (4/12) petang.
Langkah strategis dimaksud ialah memperluas cakupan tes cepat dan tes usap, sosialisasi protokol kesehatan, dan operasi yustisi dengan lebih masif dan ketat. Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Pamekasan segera mengadakan tes cepat untuk seluruh aparatur sipil, Polri, dan TNI hingga tingkat desa/kelurahan.
”Yang reaktif akan diperiksa. Yang tidak perlu tes usap harus isolasi mandiri sedangkan yang memperlihatkan gejala akan menjalani tes usap,” kata Baddrut.
Bupati Pamekasan juga telah memerintahkan penghentian kegiatan pembelajaran tatap muka jenjang SD-SMA di desa/kelurahan dengan kenaikan risiko penularan (kuning ke jingga). Di zona jingga, persekolahan harus kembali ke cara sebelumnya, yakni dengan pembelajaran dalam jaringan internet. Di zona kuning, persekolahan masih diperbolehkan tatap muka, tetapi akan diawasi lebih ketat.
”Operasi dan razia akan lebih ditingkatkan sekaligus penyemprotan disinfektan ke lokasi-lokasi rawan penularan,” ujar Baddrut.
Gugus tugas akan lebih aktif menegur kalangan masyarakat yang tidak bermasker sekaligus menyediakan alat pelindung diri ini. Yang bermasker akan diberi minuman pokak atau jamu dengan harapan mampu meningkatkan kekebalan tubuh dari serangan virus korona.
Situasi wabah memburuk sehingga setelah evaluasi perlu langkah strategis. (Baddrut Tamam)
Menurut laman resmi http://infocovid19.jatimprov.go.id/, pagebluk di Pamekasan telah menjangkiti 450 warga dengan kematian 44 jiwa di antaranya dan kesembuhan 350 pasien. Sebanyak 56 pasien masih memerlukan perawatan. Persentase kesembuhan 77,8 persen, sedangkan kematian 9,8 persen.
Paling malas
Yang menjadi catatan, pemeriksaan tes cepat serologi di Pamekasan selama ini hanya mencapai 7.343 sampel. Untuk tes usap hanya 779 sampel yang datanya bertambah 1 setidaknya sepekan terakhir. Situasi ini memperlihatkan Pamekasan termasuk daerah ”paling malas” mengadakan perluasan tes sehingga Baddrut berjanji memperbaiki dengan memperluas cakupan tes.
Di tingkat provinsi, pemeriksaan sampel tes usap sudah mencapai 591.137 sampel, sedangkan sampel tes cepat serologi 1.029.031 sampel. Sebanyak 288.243 sampel tes usap dari 591.137 sampel tadi atau 48,7 persen merupakan pelaksanan tes usap oleh gugus tugas Surabaya. Jumlah 288.243 sampel itu bertambah 4.390 sampel dari kemarin. Adapun untuk tes cepat serologi, sampel di Surabaya sebanyak 182.964 sampel atau 17,8 persen dari sampel provinsi. Jumlah sampel serologi bertambah satu dari kemarin.
Surabaya lebih menekankan pada perluasan cakupan tes usap dibandingkan dengan tes cepat karena lebih akurat. Dengan keakuratan tinggi, gugus tugas dapat dengan cepat menentukan langkah strategis penanganan wabah. Surabaya juga sejauh ini tidak ingin mengendurkan operasi, razia, dan sosialisasi untuk mencegah potensi gelombang kedua ledakan kasus baru.
Epidemiolog Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo mengingatkan, perluasan cakupan tes usap merupakan upaya untuk menemukan kasus-kasus di bawah permukaan atau tidak terdeteksi. Tanpa tes, situasi wabah di daerah tidak bisa dikatakan menggambarkan kondisi sesungguhnya alias semu. Kalau suatu daerah ”malas” melaksanakan tes, boleh jadi karena tidak didukung kelengkapan atau ada kepentingan pencitraan.
”Nanti akan kelabakan ketika kasus meledak,” kata Windhu.
Razia dan tes usap
Sementara Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita mengatakan hingga hari ini Pemkot Surabaya sudah melakukan tes usap terhadap 288.243 orang. Tiga pekan terakhir memang ada peningkatkan kasus positif terutama orang tanpa gejala, Pemkot Surabaya terus menggencarkan razia protokol kesehatan, terutama di tempat kerumunan.
Tiga pekan terakhir hampir semua rumah sakit di Kota Surabaya penuh dengan pasien Covid-19 berasal dari luar Surabaya. Saat ini, di seluruh rumah sakit tersebut tersedia 195 ventilator, dan pada Jumat (4/11), Pemkot Surabaya kembali mendapat bantuan tiga unit ventilator.
Bersamaan dengan gencarnya razia protokol kesehatan di tempat kerumunan, seperti pasar, kedai kopi dan kafe, tes usap juga semakin masif. Hal itu dilakukan, menurut Wakil Sekretaris IV Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya Irvan Widyanto, karena ada kecenderungan kesadaran warga untuk mematuhi protokol kesehatan mulai mengendur.
”Akhir-akhir ini warga mulai bersosialisasi dan kumpul-kumpul disertai acara makan yang kemudian melepas masker,” ujarnya.
Apalagi belakangan mulai banyak kegiatan yang digelar warga sehingga sekarang didorong kehadiran Satgas mandiri di lingkungan kerja, tempat usaha maupun rumah ibadah agar diaktifkan kembali. ”Cara ini sebagai bagian dari upaya meningkatkan kembali pencegahan penyebaran Covid-19,” kata Irvan.
Satgas mandiri di tempat kerja, tempat usaha dan tempat ibadah bisa lebih diaktifkan lagi dalam penegakan dan penerapan protokol kesehatan sehingga saya mengajak kepada semua warga untuk terus mengaktifkan satgas.
Perlu diingat, bilamana tidak sesuai dengan rekomendasi satgas, akan ada konsekuensi hukum yang akan diberlakukan. Ini penting demi keselamatan bersama. (Irvan Widyanto)
Selain itu, ia juga mengingatkan kepada pihak penyelenggara kegiatan hajatan untuk selalu konsisten dengan apa yang sudah diusulkan dan direkomendasikan oleh satgas, terutama terkait dengan pelaksanaan protokol kesehatannya pada saat acara berlangsung.
”Perlu diingat, bilamana tidak sesuai dengan rekomendasi satgas, akan ada konsekuensi hukum yang akan diberlakukan. Ini penting demi keselamatan bersama,” tegasnya.
Mantan Kasatpol PP Kota Surabaya ini juga mendorong masyarakat agar mengaktifkan dan mengoptimalkan kembali Kampung Tangguh Wani Jogo Suroboyo. Ini semata-mata untuk mencegah dan mengantisipasi terjadinya gelombang kedua penyebaran Covid-19.
”Kampung Tangguh Wani Jogo Suroboyo diharapkan perannya lebih optimal, terutama terkait memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Bahkan, jika ada yang positif di wilayahnya, diharapkan melakukan langkah-langkah seperti yang sudah dilakukan sebelumnya, yaitu blocking dan karantina di skala RT dan RW,” ujarnya.