Ratusan pengungsi pulang dari lokasi pengungsian di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, kembali ke rumah mereka di lereng Gunung Merapi. Hingga saat ini, mereka belum memutuskan kapan kembali ke pengungsian.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Ratusan warga dari tiga desa di Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, memilih meninggalkan lokasi pengungsian sekalipun belum ada penurunan status bahaya dari Gunung Merapi. Hingga saat ini, belum bisa dipastikan kapan warga akan mau bergerak kembali ke pengungsian.
Ratusan warga yang meninggalkan lokasi pengungsian ini tercatat dalam data rekapitulasi pengungsi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang, Kamis (3/12/2020) pukul 06.00. Di Desa Tamanagung di Kecamatan Muntilan, empat lokasi pengungsian bahkan kosong tanpa penghuni, sedangkan jumlah pengungsi di dua lokasi pengungsian lainnya di Desa Ngrajek, Kecamatan Mungkid, dan di Desa Mertoyudan, Kecamatan Mertoyudan, berkurang 79 orang.
Dengan gelombang pulang ke rumah ini, maka jumlah pengungsi yang sebelumnya tercatat lebih dari 800 orang di sembilan lokasi pengungsian berkurang menjadi 628 orang. Pengungsi yang tersisa itu tersebar di lima lokasi pengungsian.
Sejak barak pengungsian dibuka dan dihuni oleh pengungsi pada Jumat (6/12/2020), jumlah pengungsi cenderung fluktuatif. Sejak pertengahan November, selalu ada beberapa warga yang kembali pulang untuk berbagai keperluan.
Pergerakan pengungsi dalam jumlah cukup banyak hingga pengungsian kosong mulai terjadi sepekan lalu. Pergerakan ini kemudian diikuti oleh warga di lima lokasi pengungsian lainnya.
Aktivitas pulang kembali ke rumah ini juga dilakukan oleh warga dari dua dusun di Desa Keningar, Kecamatan Dukun, yang sebelumnya tidak termasuk sebagai warga direkomendasikan mengungsi tetapi mengajukan permintaan mengungsi karena takut dan trauma.
Kepala BPBD Kabupaten Magelang Edy Susanto mengatakan, aktivitas pergerakan pengungsi pulang ke rumah menjadi masalah yang tak terhindarkan karena pergerakan aktivitas vulkanik Gunung Merapi juga belum bisa dipastikan.
”Mengingat potensi bahaya erupsi, kami sebenarnya tidak mengizinkan pengungsi pulang. Namun, di sisi lain, kami pun sadar tidak bisa melarang mereka,” ujarnya. Warga biasanya pulang dengan beragam alasan, mulai dari alasan bertani, memanen hasil pertanian, hingga mengurus ternak.
Mengingat potensi bahaya erupsi, kami sebenarnya tidak mengizinkan pengungsi pulang. Namun, di sisi lain, kami pun sadar tidak bisa melarang mereka.
Saat pulang dan kembali berada di rumah, menurut dia, warga pun diminta tetap meningkatkan kewaspadaan. Saat status Gunung Merapi meningkat menjadi Awas, maka warga akan langsung kembali digerakkan kembali ke pengungsian.
”Saat status Awas, kami tidak lagi menoleransi alasan apa pun. Warga lereng Merapi dalam radius bahaya erupsi harus mengungsi,” ujarnya.
Kepala Desa Keningar Rohmad Sayidin mengatakan, pemerintah desa sebenarnya sama sekali tidak merekomendasikan warga untuk pulang. Namun, mereka tak bisa melarang karena warga mengajukan beragam alasan yang dinilai mendesak untuk dilakukan di tempat tinggalnya.
”Ada warga yang ingin pulang karena harus mengurus ternak, ada anak-anak yang mendesak harus pulang karena harus ujian akhir semester (UAS), ada sebagian lansia yang ingin pulang karena stres akibat terlalu lama di pengungsian,” ujarnya.
Pada Kamis (3/12/2020), jumlah pengungsi asal Desa Keningar terdata sebanyak 8 orang.
Novianto (23), salah seorang warga yang sebelumnya menjadi pendamping pengungsi asal Dusun Ngandong, Desa Ngargomulyo, mengatakan, sekitar 40 warga Dusun Ngandong yang sebelumnya mengungsi di Kecamatan Muntilan mulai bergerak pulang pada Sabtu (28/11/2020).
”Banyak warga yang mulai bosan dan rindu kembali pulang ke rumah,” ujarnya memberikan alasan.
Hingga saat ini, belum bisa dipastikan kapan warga akan kembali ke pengungsian. Namun, Novianto mengatakan, warga pun tetap menyadari bahwa masih ada bahaya erupsi yang masih terus mengancam. Di desa, warga pun terus siaga memantau Gunung Merapi dan siap untuk segera kembali ke pengungsian saat situasi sudah berangsur genting.