Mitigasi Erupsi Semeru Perlu Didetailkan dan Ditata Ulang
Skema mitigasi bencana erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, perlu ditata ulang dan lebih didetilkan lagi. Itu penting agar dampak bahaya letusan gunung api bisa dikelola dengan baik dan diminimalkan.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Skema mitigasi bencana erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, perlu ditata ulang dan lebih didetailkan lagi. Itu penting agar dampak bahaya letusan gunung api bisa dikelola dengan baik dan diminimalkan dari sisi kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, serta terutama jatuhnya korban jiwa.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sudah memetakan jalur-jalur aliran lahar dan juga potensi sebaran awan panas apabila terjadi bencana erupsi Gunung Semeru. Namun, hal itu perlu disebarluaskan kepada masyarakat sebagai bagian dari mitigasi bencana gunung api.
”Dibutuhkan pelibatan lebih banyak pihak untuk menyebarluaskan informasi agar lebih cepat sampai kepada masyarakat. Komunitas radio dan radio komunitas lokal diharapkan turut berperan aktif,” ujar Khofifah di sela-sela kunjungannya ke Lumajang, Kamis (12/3/2020).
Dalam kunjungan kerjanya itu, Khofifah bersama dengan Kepala BNPB Doni Monardo. Mereka didampingi Bupati Lumajang Thoriqul Haq, Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Suharyanto, Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta dan sejumlah pejabat Pemprov Jatim termasuk Sekdaprov Heru Tjahjono.
Selain memperkuat sistem peringatan dini melalui penyebaran informasi yang tepat dan cepat, jalur evakuasi masyarakat terdampak bencana erupsi Gunung Semeru juga perlu dievaluasi, ditata ulang, dan lebih didetailkan lagi.
Rambu-rambu yang menjadi penanda dan penunjuk arah bagi masyarakat penyintas harus dipastikan terpasang di sepanjang jalur evakuasi agar mudah ditemukan.
Aliran lahar
Selain itu jalur aliran material erupsi gunung api juga perlu dimitigasi. Menurut informasi yang diperoleh dari penduduk lokal, jalur-jalur yang menjadi aliran lahar dingin, seperti Besuk Kobokan di Desa Supit Urang, Kecamatan Pronojiwo, mengalami sedimentasi tinggi.
Jika hal itu terjadi, rumah-rumah penduduk akan terendam material lahar yang mayoritas berupa pasir. Hal itu harus dihindari agar dampak bencana tidak semakin besar. (Doni Monardo)
Bahkan, kedalaman materialnya sudah mencapai 15 meter sehingga apabila terdapat tambahan material baru dipastikan jalur aliran ini tidak mampu lagi menampungnya.
Material erupsi berupa lahar dingin yang tidak tertampung di jalur aliran tersebut berpotensi meluber ke lingkungan sekitarnya. Luberan itu berpotensi mengenai kawasan permukiman penduduk termasuk rumah-rumah warga. Apabila hal itu terjadi dapat dipastikan masyarakat mengalami kerugian yang lebih besar.
”Persoalan ini harus diantisipasi dengan mengeruk jalur aliran lahar dan dibuatkan kanal-kanal untuk mengalirkan material,” kata Khofifah.
Pemprov Jatim akan menginventarisasi permasalahan-permasalahan yang ditemukan dan mencarikan rencana aksi sebagai solusinya. Agar penanganan bencana erupsi Semeru bisa berjalan optimal, diperlukan sinergi dari semua pihak seperti BNPB, Pemprov Jatim, Pemkab Lumajang, hingga para sukarelawan.
Sementara itu, Kepala BNPB Doni Monardo mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Kementerian PUPR untuk membangun jalur evakuasi yang memudahkan masyarakat menuju tempat aman pada saat terjadi erupsi. Selain itu pihaknya akan menata dan membangun kembali jalur-jalur aliran lahar agar tidak mengarah ke permukiman penduduk.
Doni mengakui jalur aliran lahar Semeru saat ini kondisinya penuh sehingga harus segera dikurangi volumenya untuk meningkatkan kembali daya tampung. Tanpa pengurangan material dengan segera, apabila terjadi hujan lebat di daerah hulu, lahar akan terbawa aliran air hujan mengalir ke permukiman penduduk di sekitarnya.
”Jika hal itu terjadi, rumah-rumah penduduk akan terendam material lahar yang mayoritas berupa pasir. Hal itu harus dihindari agar dampak bencana tidak semakin besar,” kata Doni Monardo.
Menurut Doni Monardo, keselamatan masyarakat merupakan poin penting saat terjadi bencana. Hal itu ditekankan oleh Presiden Joko Widodo. Oleh karena itu, BNPB hadir untuk memastikan pelayanan dan perlindungan masyarakat terdampak erupsi Semeru ini dilakukan secara maksimal. Apalagi, situasinya berada di tengah pandemi Covid-19.
Gunung Semeru memuntahkan awan panas sejauh 3 kilometer pada Selasa pukul 01.23 disusul luncuran sejauh 11 km pukul 01.45. Saat itu, 500 keluarga warga Dusun Kamar A Desa Oro-Oro Ombo, Dusun Rowo Baung, dan Dusun Supit Urang di sekitar Besuk Kobokan telah diungsikan.
Sesaat sebelum abu vulkanik keluar terdengar suara keras petir. Lampu kantor Pos Pengamatan Gunung Semeru di Gunung Sawur pun mati karena jaringan listrik tersambar petir. Abu vulkanik lalu menghujani sejumlah desa. Awan panas berhenti pukul 06.00.
Beberapa desa di Kabupaten Malang, yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Lumajang, ikut terpapar hujan abu tipis. Desa itu, antara lain, Sidorenggo, Argoyuwono, Tirtomoyo, dan Mulyoasri di Kecamatan Ampelgading di lereng barat daya Semeru.
Laman Magma.esdm menyatakan, berdasarkan pemantauan visual dan instrumental, serta potensi ancaman bahayanya, tingkat aktivitas Gunung Semeru ditetapkan pada level II (Waspada). Masyarakat dan wisatawan direkomendasikan tidak beraktivitas dalam radius 1 km dari kawah atau puncak gunung.
Masyarakat juga dilarang beraktivitas dalam radius 4 km arah bukaan kawah di sektor selatan-tenggara serta mewaspadai awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak. Radius dan jarak rekomendasi tersebut akan dievaluasi terus untuk antisipasi jika terjadi gejala perubahan ancaman bahaya.