Belum Ada Hasil Lab, Pemkab dan Polres Buton Sulit Tentukan Penyebab Keracunan Massal
Penyebab keracunan massal yang terjadi di wilayah Buton, Sulawesi Tenggara, belum diketahui. Sebanyak 300 warga sakit dan seorang anak balita meninggal.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Penyebab keracunan massal yang terjadi di wilayah Buton, Sulawesi Tenggara, belum bisa dipastikan. Hingga Kamis (3/12/2020), hasil pengujian laboratorium tidak kunjung keluar sehingga menyulitkan aparat dan pemerintah menyimpulkan penyebab keracunan itu dan mengambil langkah lebih lanjut.
”Kami belum mendapatkan hasil laboratorium, jadi belum bisa pastikan penyebab keracunan itu dari mana. Sampel itu telah kami kirim ke laboratorium di Kendari sejak Senin lalu. Katanya mau pemeriksaan lengkap, jadi pemeriksaannya lama,” kata Kepala Dinas Kesehatan Buton Djufri, dihubungi dari Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), Kamis siang.
Sebanyak delapan sampel, terang Djufri, telah dikirimkan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Kendari. Sampel tersebut berupa nasi, olahan ayam, tempe, tahu, olahan mi, sayur, dan sampel muntah korban.
Sampel ini, terang Djufri, bisa menjadi landasan apakah warga ini benar-benar keracunan makanan, atau ada bakteri lain yang menyerang. Berdasarkan observasi sementara, sebagian warga mengalami pusing, mual, demam tinggi, muntah, dan diare.
”Kalau dari kondisi pasien rata-rata pusing, muntah, dan diare. Tapi, kami tidak bisa memastikan apakah ini kejadian luar biasa karena keracunan, atau karena wabah,” ujarnya.
Sebanyak 300 warga di Buton sejak Minggu malam terus berdatangan ke puskesmas untuk memeriksakan diri. Warga yang sebagian besar dari Kecamatan Wolowa ini berduyun-duyun masuk ke Puskesmas Wolowa, juga RSUD Buton, dengan keluhan serupa, yakni mual, muntah, dan diare.
Seorang anak berusia tiga tahun, SW, meninggal pada Selasa siang. Korban mengalami diare, hingga dehidrasi. Akan tetapi, karena terlambat tertangani, korban tidak bisa diselamatkan meskipun telah dibawa ke RSUD Buton.
Berdasarkan keterangan sejumlah korban, mereka mendatangi persiapan pesta pernikahan salah seorang warga di Desa Galanti, Wolowa, pada Minggu malam. Puluhan orang berkumpul di rumah salah satu warga dan menyantap makanan yang disajikan. Informasi yang dihimpun, makanan dari pesta itu bahkan membuat binatang peliharaan mengalami gejala yang sama dengan warga yang menjadi korban.
Kasatreskrim Polres Buton Ajun Komisaris Dedi Hartoyo menyampaikan, pihaknya juga masih menunggu hasil laboratorium dari sampel yang diperiksa. Pemeriksaan awal telah dilakukan dengan memeriksa rumah warga, sekaligus mengambil keterangan dari pemilik hajatan.
”Tapi, pemilik rumah tersebut juga sedang dirawat, jadi kami tidak bisa memeriksa intensif. Menurut keterangannya, bumbu dan masakan dimasak seperti biasa,” ucap Dedi.
Sementara itu, Kepala Seksi Informasi dan Komunikasi Balai POM Kendari Hasna Nur menjelaskan, pihaknya baru menerima sampel yang dikirimkan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buton pada Rabu siang. Oleh karena itu, pemeriksaan baru dilakukan dalam dua hari terakhir.
Sejumlah sampel makanan, ucap Hasna, sudah dalam kondisi rusak dan tidak bisa diuji secara mikrobiologi. ”Jadi, pengujian akan dilakukan untuk senyawa kimiawi. Hal ini memang butuh waktu untuk pengujian lengkap, mungkin 4-5 hari ke depan,” kata Hasna. Hasil pemeriksaan laboratorium, lanjut Hasna, sebenarnya juga hanya menjadi pendukung dari investigasi yang berlangsung.
Sebelumnya, Bupati Buton La Bakri menuturkan, jumlah kasus yang tinggi memang terjadi dalam dua hari terakhir. Sebab, semua masyarakat yang mengalami gejala mual dan pusing diarahkan untuk segera memeriksakan diri di fasilitas pelayanan terdekat.
”Semua yang datang ke acara tersebut, dan merasakan gejala, kami arahkan untuk periksa. Hal itu untuk mengantisipasi adanya keterlambatan penanganan. Seperti pada korban yang meninggal dunia, itu karena terlambat ditangani,” kata Bakri.
Terkait aktivitas berkumpul hingga ratusan orang di tengah pandemi Covid-19, Bakri menjelaskan, kegiatan tersebut tidak dilaporkan ke pemerintah setempat, ataupun gugus tugas kabupaten. Oleh karena itu, ia berharap semua kegiatan ke depannya dilaporkan ke pemerintah setempat, baik untuk mencegah penyebaran Covid-19 maupun untuk mengantisipasi kejadian yang sama terjadi kembali.
Semua yang datang ke acara tersebut, dan merasakan gejala, kami arahkan untuk periksa. Hal itu untuk mengantisipasi adanya keterlambatan penanganan.
”Kami juga arahkan untuk semua kegiatan dalam waktu dekat ini agar makanannya diperiksa oleh tim kesehatan. Kami berharap kejadian ini tidak berulang, dan semua warga segera sembuh,” ucapnya.