Seusai mengeluarkan guguran awan panas pada Sabtu (28/11/2020) dini hari, status Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, akan dievalusi. Hingga saat ini, statusnya Waspada Level II.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
LUMAJANG, KOMPAS — Seusai mengeluarkan guguran awan panas pada Sabtu (28/11/2020) dini hari, status Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, akan dievalusi. Hingga saat ini, statusnya Waspada Level II.
Laporan perkembangan aktivitas Gunung Semeru pada Rabu (2/12/2020) pukul 00.00-06.00 WIB menunjukkan bahwa gunung setinggi 3.676 meter di atas permukaan laut tersebut masih terus mengeluarkan awan panas guguran hingga sejauh 2.500 meter mengarah ke Tenggara.
”Hingga kini statusnya Waspada Level II. Masyarakat tetap diimbau tidak melakukan aktivitas di dalam radius 1 kilometer dan wilayah sejauh 4 km di sektor lereng Selatan-Tenggara kawah aktif Jonggring Saloko, yang merupakan alur luncuran awan panas,” kata Mukdas Sofyan, Pengamat Gunung Semeru di Pos Pemantauan Gunung Semeru di Gunung Sawur, Lumajang, Rabu (2/12/2020).
Aktivitas kegempaan Semeru tercatat sekali terjadi dengan amplitudo 20 milimeter selama 1.445 detik. Selain itu juga terjadi 11 kali guguran dan 2 kali tremor harmonik. Secara visual, kondisi Semeru tertutup kabut.
Pada Rabu (2/12/2020), Sofyan mengatakan, tim dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) akan datang ke Gunung Sawur untuk mengevaluasi status Semeru. ”Nanti akan ada evaluasi kondisi status Semeru, apakah tetap atau akan berubah status. Yang terpenting adalah kewaspadaan masyarakat harus selalu dijaga,” katanya.
Selain mewaspadai guguran awan panas, Sofyan mengatakan bahwa potensi lahar hujan Semeru juga tidak boleh disepelekan. ”Pada musim hujan seperti ini, juga harus diwaspadi lahar dingin Semeru. Meskipun namanya lahar dingin, material vulkanik yang mengalir ke sejumlah jalur aliran lahar Semeru tetaplah panas dan mematikan,” kata Sofyan.
Meskipun namanya lahar dingin, material vulkanik yang mengalir ke sejumlah jalur aliran lahar Semeru tetaplah panas dan mematikan.
Banjir lahar dingin dan letusan Gunung Semeru disebabkan oleh kontur Semeru yang menciptakan semacam cekungan di puncak. Cekungan ini menyebabkan lahar dingin dan panas akan mengarah ke besuk-besuk (sungai-sungai) di Desa Besuk, Pronojiwo Lumajang. Ada empat sungai yang menjadi aliran tetap lahar panas dan dingin Gunung Semeru, yaitu Besuk Bang, Besuk Kembar, Besuk Kobokan, dan Besuk Sat. Di empat sungai itu biasanya masyarakat beraktivitas mencari pasir.
Kepala Bidang Pencegahan, Kesiapsiagaan, dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang Wawan Hadi Siswoyo mengatakan bahwa hingga saat ini posko pengungsian Semeru masih tetap dibuka sesuai prosedur standar operasi (SOP). ”Dalam SOP penanganan bencana, tanggap darurat dibuka selama seminggu. Maka, posko masih akan buka terus hingga 5 hari ke depan,” kata Wawan. Posko pengungsian disiapkan di Lapangan Kamar Kajang Candipuro dan di SDN Oro-oro Ombo 4.
Tipe pengungsi pada guguran awan panas Semeru di Kabupaten Lumajang ini memang bukan tipe pengungsi menetap. Mereka baru akan mengungsi jika terjadi guguran awan panas yang cukup besar, terutama pada malam hari. Sementara pada siang hari, saat situasi landai, mereka akan kembali ke rumah masing-masing.
Gunung Semeru merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Bukan saja mampu memuntahkan material vulkanik dari atas (puncak), melainkan Semeru juga mampu mengeluarkan material vulkanik dari samping (celah), sebagaimana pernah terjadi pada 1941. Potensi terjadinya letusan samping dari gunung di Kabupaten Lumajang itu masih terus ada hingga sekarang.
Pada 1994, Semeru pernah mengalami letusan hebat. Saat itu, Semeru meletus dengan disertai dentuman dan hujan abu serta guguran lava membentuk awan panas dari kubah lava dan lidah lava. Aliran awan panas guguran saat itu masuk ke Besuk Kobokan sejauh 11,5 km, ke Besuk Kembar sejauh 7,5 km, dan ke Besuk Bang sejauh 3,5 km. Volume awan panas saat itu mencapai 6,8 juta meter kubik. Akibat erupsi besar itu, 7 orang meninggal dunia dan 2 orang hanyut oleh lahar.
Semeru berada dalam satu kelurusan yang berarah selatan-utara dengan komplek Gunung Jambangan dan Pegunungan Tengger. Kompleks Gunung Jambangan merupakan yang tertua yang terletak di antara komplek Tengger dan Semeru.