Korban Keracunan di Buton Capai 300 Orang, Polisi Tunggu Hasil Pengujian Makanan
Korban keracunan massal di Buton, Sultra, terus bertambah mencapai lebih dari 300 orang. Satu di antaranya, seorang anak balita, meninggal setelah diare hingga dehidrasi. Aparat masih menunggu pengujian sampel makanan.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Lebih dari 300 warga di Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, diduga kuat mengalami keracunan massal. Satu anak balita di antaranya meninggal dan ratusan warga lain dalam perawatan. Pemeriksaan sampel dilakukan untuk melihat kandungan makanan yang dikonsumsi warga.
Kepala Dinas Kesehatan Buton Djufri menyampaikan, hingga Rabu (2/12/2020) pagi, jumlah korban yang tercatat mencapai 290 orang. Namun, angka ini terus bertambah karena laporan dari sejumlah puskesmas menunjukkan adanya penambahan pasien baru dengan keluhan yang sama.
”Sampai siang sekitar 300 orang, tetapi kami harus validasi dulu datanya. Sejauh ini, semua warga merasakan keluhan yang sama, yaitu pusing, muntah, diare, hingga demam tinggi. Dengan kondisi pasien yang terus bertambah dan telah ada yang meninggal, ini sudah masuk dalam kategori kejadian luar biasa (KLB) sebenarnya,” kata Djufri saat dihubungi dari Kendari, Rabu siang.
Di antara para korban tersebut, lanjutnya, SW (3), seorang anak balita perempuan, meninggal pada Selasa pagi. Korban diketahui mengalami dehidrasi dan terlambat mendapatkan pertolongan.
Hal tersebut terjadi, ujarnya, karena keluarga korban takut memeriksakan anaknya ke layanan kesehatan di tengah situasi Covid-19. Korban baru dibawa ke rumah sakit setelah kondisinya memburuk sehingga tidak bisa tertolong.
Djufri menceritakan, dugaan keracunan yang menimpa ratusan orang ini mulai terjadi sejak Minggu (29/11/2020) malam. Sehari berikutnya, ratusan orang masuk ke Puskesmas Wolowa, juga RSUD Buton, dengan keluhan serupa, yaitu mual, muntah, dan diare.
Tetapi, kami belum bisa nyatakan bahwa ini akibat dari keracunan atau adanya bakteri karena pengujian di laboratorium sedang dilakukan.
Berdasarkan keterangan sejumlah korban, mereka mendatangi persiapan pesta pernikahan seorang warga di Desa Galanti, Kecamatan Wolowa, pada Minggu malam. Puluhan orang berkumpul di rumah salah satu warga dan menyantap makanan yang disajikan.
”Tetapi, kami belum bisa nyatakan bahwa ini akibat dari keracunan atau adanya bakteri karena pengujian di laboratorium sedang dilakukan. Infonya, hari ini sudah keluar hasilnya,” ucap Djufri.
Delapan sampel telah diambil dari rumah pemilik hajatan, mulai dari nasi, sambal, ayam, olahan mi, tahu, tempat sayur, hingga sampel muntahan korban. Sampel ini dibawa ke laboratorium di Kendari untuk diperiksa lebih mendalam.
Bersamaan dengan pengujian itu, menurut Djufri, pihaknya telah menyiagakan tim yang bertugas selama 24 jam, khususnya di lokasi kejadian. Perlengkapan seperti infus dan vitamin juga disediakan agar penanganan bisa segera dilakukan jika ada pasien baru.
Bupati Buton La Bakry menuturkan, peningkatan jumlah korban keracunan massal memang terjadi dalam dua hari terakhir dan diprediksi terus terjadi. Pasalnya, semua warga yang mengalami gejala mual dan pusing diarahkan untuk segera memeriksakan diri di fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
”Semua yang datang ke acara tersebut dan merasakan gejala kami arahkan untuk periksa. Hal itu untuk mengantisipasi adanya keterlambatan penanganan. Seperti pada korban yang meninggal, itu karena terlambat ditangani,” ucap Bakry.
Sejauh ini, ratusan orang tersebut telah tertangani di sejumlah fasilitas kesehatan. Biaya perawatan juga ditanggung oleh pemerintah. Terkait status kejadian ini, lanjutnya, pihaknya belum menetapkan status kejadian luar biasa meski jumlah pasien mencapai ratusan orang. Sebab, diduga kuat kejadian ini berasal dari makanan yang dikonsumsi dari sebuah hajatan warga dan bukan wabah penyakit.
Informasi yang dihimpun, kata Bakry, makanan dari pesta itu bahkan membuat binatang peliharaan mengalami gejala yang sama dengan warga yang menjadi korban. Oleh karena itu, sejumlah sampel makanan yang telah diambil sedang diperiksa.
Terkait aktivitas berkumpul hingga ratusan orang di tengah pandemi Covid-19, Bakry mengatakan, kegiatan tersebut tidak dilaporkan kepada pemerintah setempat ataupun gugus tugas kabupaten. Oleh karena itu, ia berharap semua kegiatan ke depan dilaporkan kepada pemerintah setempat, baik untuk mencegah penyebaran Covid-19 maupun untuk mengantisipasi kejadian yang sama.
”Kami juga arahkan untuk semua kegiatan dalam waktu dekat ini agar makanannya diperiksa oleh tim kesehatan. Kami berharap kejadian ini tidak berulang dan semua warga segera sembuh,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Buton Ajun Komisaris Dedi Hartoyo menyampaikan, pihaknya telah meminta keterangan kepada SD, warga pemilik hajatan. Berdasarkan keterangan warga tersebut, bahan masakan dan cara memasak dilakukan seperti biasanya, dengan bumbu yang tidak aneh-aneh.
”Pemeriksaan intensif belum bisa dilakukan karena SD juga sedang dirawat. Kami juga masih menunggu hasil laboratorium terkait sampel makanan tersebut,” kata Dedi.