Jatim dan Sumsel Berkolaborasi Bangkitkan Ekonomi Daerah
Pemprov Jawa Timur dan Sumatera Selatan berkolaborasi untuk mengembangkan usaha di beberapa sektor. Upaya ini dilakukan untuk membangkitkan perekonomian yang terpuruk akibat pandemi.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Sumatera Selatan berkolaborasi untuk mengembangkan usaha di beberapa sektor seperti pertanian, perternakan, dan industri makanan halal. Upaya ini dilakukan untuk membangkitkan kembali perekonomian kedua wilayah yang sempat terpuruk akibat pandemi.
Hal ini mengemuka dalam acara ”Misi Dagang dan Investasi Meningkatkan Jejaring Konektivitas antara Pemerintah Jawa Timur dan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan”, di Palembang, Rabu (2/12/2020). Hadir dalam acara itu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dan Gubernur Sumsel Herman Deru. Acara tersebut juga diikuti oleh 112 pelaku usaha dari Sumsel dan 46 pelaku usaha dari Jatim.
Dalam kesempatan tersebut, Khofifah mengatakan, pada masa pandemi seperti ini, membangkitkan perekonomian daerah menjadi prioritas pemerintah. Karena itu, pertemuan antarpelaku usaha sangat diperlukan guna mendorong produktivitas ekonomi di kedua daearah. ”Dengan pertemuan ini diharapkan para pengusaha dapat mengembangkan kemampuan manajerial dan pelatihan kejuruan sehingga dapat memicu laju perekonomian,” katanya.
Ada beberapa sektor yang bisa dikembangkan dalam kerja sama antardaerah, yakni pertanian, peternakan, dan pengembangan makanan halal. Kolaborasi itu diharapkan dapat bermuara pada pertukaran program, pemikiran, dan langkah strategis dari para pelaku usaha.
Untuk pertanian, lanjut Khofifah, Sumsel memiliki lahan pertanian yang cukup besar. Namun, tingkat produktivitasnya masih rendah. Saat ini produksi padi di Sumsel masih sekitar 6 ton per hektar, padahal produksi padi di Jatim bisa mencapai 13 ton per hektar. ”Dengan pertemuan ini diharapkan ada solusi seperti penerapan teknologi pertanian yang dapat meningkatkan produksi lahan pertanian di Sumsel,” ujar Khofifah.
Pertemuan antarpelaku usaha sangat diperlukan guna mendorong produktivitas ekonomi di kedua daerah. (Khofifah Indar Parawansa)
Peluang lain adalah peternakan sapi untuk pemenuhan kebutuhan makanan halal. Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia masih mengimpor makanan halal seperti daging dan susu dari beberapa negara. Yang terbesar diimpor dari Brasil dan Australia.
Padahal, dengan mengembangkan peternakan sapi perah yang berlanjut pada pengelolaan susu dan daging, Indonesia dipastikan dapat memenuhi kebutuhan makanan halal tersebut serta mampu mengurangi ketergantungan impor.
Karena itu, lanjut Khofifah, pihaknya mengajak para pelaku usaha di Sumsel untuk bergabung dalam Kawasan Industri Halal di Jatim yang akan mulai dibangun pada Januari 2021.
Kawasan tersebut disediakan tidak hanya untuk pengusaha besar, tetapi juga untuk pelaku usaha kecil menengah. ”Mereka semua diberi peluang yang sama untuk bergabung,” ujarnya. Di sana tersedia lahan untuk peternakan mulai dari ukuran 6 meter x 12 meter hingga dua hektar.
Di Jatim juga ada Balai Besar Inseminasi Buatan yang terus berinovasi untuk mengembangkan laboratorium dan teknologi peternakannya. ”Tidak hanya Sumsel, untuk sektor ini kami juga menggandeng Lampung,” ujar Khofifah.
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru menuturkan, Sumsel merupakan daerah yang sangat kaya. Hampir semua komoditas yang ada di daerah lain sudah pasti ada di Sumsel. Namun, untuk pengelolaanya tentu dibutuhkan kerja sama dari sejumlah pihak termasuk kerja sama dengan pemerintah provinsi Jatim.
Terkait pengembangan sapi, Jatim tentu lebih unggul. Namun, Sumsel memiliki lahan yang sangat luas. Tentu, teknologi peternakan yang ada di Jatim dapat diterapkan di Sumsel.
Tidak hanya itu, ujar Herman, di bidang perkebunan, Sumsel memiliki lahan karet seluas 1,3 juta hektar atau 30 persen dari total lahan karet di Indonesia yang seluas 5 juta hektar, sedangkan Jatim punya banyak pabrik ban. ”Ini tentu bisa menjadi potensi bagi perekonomian kedua daerah,” ucapnya.
Herman berkomitmen akan mempermudah investasi masuk ke Sumsel. Tujuannya tidak lain untuk membangkitkan ekonomi dari keterpurukan akibat pandemi.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur Drajat Irawan menuturkan, misi dagang kali ini bertujuan untuk meningkatkan jejaring ekonomi dan jaringan pasar di kedua wilayah dengan mengedepankan perdagangan antarpulau.
Selain itu, misi dagang kali ini juga untuk melengkapi bahan baku subsitusi impor. ”Misi utama lainnya adalah meningkatkan transaksi perdagangan antarpulau,” kata Drajat. Dengan cara ini diharapkan akan muncul stabilitas barang pokok dan disparitas harga antarkedua daerah bisa ditekan.
Misi ini juga untuk mendorong kedaulatan pasar dalam negeri serta meningkatkan UMKM di Sumsel maupun Jatim. ”Ada tumbuh hubungan timbal balik antar provinsi,” kata Drajat. Dia memaparkan, pada periode 2016-2020 Jatim sudah melakukan misi dagang ke daerah-daerah sebanyak 40 kali.
Dari misi dagang tersebut, jumlah transaksi yang berputar sekitar Rp 14,6 triliun. Khusus untuk tahun 2020, jatim setidaknya sudah melakukan beberapa kali misi dagang. Selain ke Sumsel, pihaknya sudah melakukan misi dagang ke empat daerah, yakni Sumatera Utara, Riau, dan Nusa Tenggara Timur.
Pada misi dagang di Sumsel, lanjut Drajat, perputaran transaksi antarpelaku usaha mencapai Rp 104 miliar. ”Kami berharap kerja sama industri, perdagangan, dan investasi ini dapat terus berlanjut,” katanya.