Ekskavasi Petirtaan Kuatkan Gunung Klotok di Kediri sebagai Wanasrama Masa Lalu
BPCB Jawa Timur, Rabu (2/12/2020), mengakhiri proses ekskavasi terhadap petirtaan kuno di lereng Gunung Klotok, Kediri. Hasil eskavasi menguatkan anggapan tentang Gunung Klotok sebagai wanasrama.
Oleh
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
KEDIRI, KOMPAS-Proses ekskavasi di Gunung Klotok menguatkan keberadaannya sebagai wanasrama atau tempat belajar resi muda di masa lalu. Tahun depan, proses ekskavasi akan kembali dilakukan untuk mengungkap potensi temuan benda purbakala yang lebih besar.
Pada Rabu (2/12/2020), Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur mengakhiri proses ekskavasi petirtaan kuno di lereng Gunung Klotok, di Kelurahan Pojok, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri. Digelar sejak 23 November 2020, tim mendapati struktur petirtaan dengan dua bilik.
Bangunan bersejarah itu memiliki hubungan dengan Candi Klotok I-III. Candi itu ada di puncak Klotok pada ketinggian 536 meter di atas permukaan laut.
“Klotok merupakan wanasrama. Ada pertapaan, ada candi, ada petirtaan. Jadi ada kesinambungan, relasi fungsi dalam kaitan religi mereka (orang masa lalu) sebelum mereka beribadat di Candi Klotok,” kata arkeolog sekaligus koordinator tim ekskavasi petirtaan kuno di lereng Klotok, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur Nugroho Harjo Lukito, Rabu.
Nugroho mengatakan, dua bilik yang ditemukan, masing-masing punya dimensi 3,6 meter (m) x 4 m dan 3 m x 1,6 m. Struktur batu bata itu ditemukan di kedalaman 0,3 m sampai 1,2 m (kontur tanah tidak rata). “Secara keseluruhan ini belum selesai dieskavasi. Struktur yang sudah kami tampakkan baru 60 persen dari kondisi lengkap,” ujarnya.
Nugroho menambahkan, dari struktur yang sudah tampak, pihaknya menemukan sistem inlet—saluran air ke bilik-bilik. Namun tim belum mendapati jaladwara yang biasanya ada di setiap petirtaan. Jaladwara merupakan saluran air yang biasanya menempel di dinding candi.
“Jaladwara tidak ada. Namun kami temukan satu tempat jaladwara. Namun, jaladwaranya sudah jatuh,” ucapnya. Ekskavasi tahap berikutnya, menurut Nugroho akan dilakukan tahun depan guna mengungkap potensi temuan benda purbakala yang lebih luas.
Petirtaan kuno, berjarak sekitar 700 m di selatan Goa Selomangleng, ini terkubur endapan vulkanik yang diperkirakan dari Gunung Kelud. Letusan Kelud sering mengarah ke barat dan beberapa di antaranya punya kekuatan besar.
Petirtaan kuno ini terkubur endapan vulkanik yang diperkirakan dari Gunung Kelud. Letusan Kelud sering mengarah ke barat dan beberapa di antaranya punya kekuatan besar
Di Kediri, ditemukan banyak petirtaan kuno. Sebagian diperkirakan dibangun pada masa Kediri di abad ke-12. Namun, ada juga yang dibangun pada masa Majapahit.
Pengamat budaya Kediri Imam Mubarok mengatakan, kawasan Kediri sisi barat (barat Sungai Brantas) dari dulu sampai sekarang menjadi tempat belajar dan pengkaderan (pawiyatan). Kawasan sisi barat Kediri tidak hanya dipakai untuk belajar ilmu fisik tetapi juga olah batin dan olah rasa.
Oleh karena itu wajar jika di kawasan itu banyak ditemukan situs-situs peninggalan masa lalu. “Saat ini, pesantren-pesantren besar juga terdapat di sisi barat Sungai Brantas, seperti Lirboyo,” katanya.
Untuk jejak masa lalu, menurut Mubarok, bisa dilihat di Klotok yang menjadi bagian gugusan Pegunungan Wilis. Memang belum banyak yang terungkap. Di kawasan ini ada sejumlah situs, seperti Goa Selomangleng yang menjadi lokasi bertapa Dewi Kilisuci, putri Airlangga, dan Goa Selo Bale yang menjadi tempat bertapa dari Buto Locoyo, salah satu abdi Jayabaya (Kediri).