BMKG: Waspadai Gelombang Tinggi di Laut Sulawesi

Gelombang tinggi dan angin kencang yang melanda Laut Sulawesi tidak menghentikan kegiatan transportasi laut ataupun aktivitas perikanan dari Manado, Sulawesi Utara. Namun, masyarakat tetap diminta waspada.

KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI

Muka air laut di Teluk Manado, Sulawesi Utara, tampak bergejolak oleh ombak, Rabu (2/12/2020).

MANADO, KOMPAS — Gelombang tinggi dan angin kencang yang melanda Laut Sulawesi tidak menghentikan kegiatan transportasi laut ataupun aktivitas perikanan dari Manado, Sulawesi Utara, Rabu (2/12/2020). Gelombang yang diperkirakan mencapai 2,5 meter itu diakibatkan sirkulasi udara bertekanan rendah di Filipina serta anomali iklim La Nina.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui Stasiun Meteorologi Maritim Bitung menerbitkan peringatan dini gelombang kategori moderat setinggi 1,25 meter hingga 2,5 meter pada Kamis-Jumat (3-4/12/2020) di Laut Sulawesi dan perairan Kepulauan Sangihe, Talaud, Sitaro, serta Bitung dan Likupang. Namun, sejak Rabu, tinggi gelombang di perairan Sulut dilaporkan telah menyentuh 2 meter.

Dari pantauan di lapangan, muka air laut di Teluk Manado terlihat lebih tinggi dan bergejolak. Di atas Jembatan Soekarno, Manado, angin bertiup sangat kencang dan dapat membuat sepeda motor yang melintas oleng. BMKG memperkirakan, kecepatan angin mencapai 20 knot. Ketinting tradisional pun ditambatkan, sementara para nelayan bersantai di tepi pantai.

Kendati begitu, kegiatan transportasi orang dan barang di Pelabuhan Manado terus berlangsung. Para tenaga kerja bongkar muat, termasuk Nurdin Isa (40), hilir mudik menggotong beras hingga perabotan rumah yang akan dibawa ke tiga kabupaten kepulauan. ”Dari kemarin gelombang tinggi, tetapi tidak ada penundaan keberangkatan kapal,” katanya.

KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI

Tenaga kerja bongkar muat menggotong barang-barang ke Kapal Motor Barcelona di Pelabuhan Manado, Sulawesi Utara, Rabu (2/12/2020).

Aktivitas di Pelabuhan Perikanan Tumumpa Manado juga berlangsung seperti biasa. Beberapa awak kapal memuat elpiji ke kapal sebelum berangkat lagi. ”Ombak tinggi tidak pengaruh, kami tetap melaut,” kata Johnly (17) ketika mengikat tali tambat Kapal Motor Rico yang diawakinya.

Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Manado Mozes Imanuel Karaeng mengatakan, kondisi laut saat ini masih cukup aman untuk pelayaran. Belum diperlukan langkah-langkah antisipatif terkait keselamatan pelayaran, seperti menunda keberangkatan, jika gelombang terpantau mencapai tinggi tertentu. ”Laporan dari kapal-kapal yang berlayar, keadaan di laut masih aman,” katanya.

Baca juga : Musim Angin Utara, Nelayan Kepri Butuh Alat Navigasi yang Memadai

BMKG mengimbau para nelayan dengan perahu kayu waspada ketika gelombang di atas 1,25 meter dan kecepatan angin melebihi 15 knot (27,78 km per jam). Adapun pelayaran feri perlu dipertimbangkan apabila gelombang mencapai 2,5 meter dan angin bertiup dengan laju 21 knot (38,89 km per jam).

Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Maritim Bitung Ricky Daniel Aror mengatakan, gelombang tinggi di Laut Sulawesi diakibatkan sirkulasi udara bertekanan rendah di wilayah Filipina. Ini membuat massa udara di daerah Sulut, yang tekanannya lebih tinggi, bergerak ke utara.

KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI

Sebuah perahu tampak terombang-ambing oleh ombak di Teluk Manado, Sulawesi Utara, Rabu (2/12/2020).

”Karena itu, Sulut mendapat dampak tidak langsung berupa angin kencang yang menyebabkan gelombang tinggi. Terakhir kami pantau, tekanan di pusat sirkulasi 1.006 milibar, naik dari 1.003 milibar 12 jam sebelumnya. Jadi, belum berpotensi menimbulkan siklon tropis baru, kecuali jika tekanannya makin turun,” kata Ricky.

Di samping itu, gelombang tinggi juga diperkuat oleh anomali iklim La Nina di Samudra Pasifik yang memicu penguapan air laut. Akibatnya, terbentuk awan kumulonimbus yang memicu hujan, angin kencang, dan gelombang tinggi.

Ricky mengatakan, BMKG mengamati perkembangan cuaca yang masih mungkin memburuk akibat munculnya siklon tropis. Menurut dia, di utara Papua, ada wilayah belokan angin yang akan bergerak ke barat menuju Halmahera dan Sulut. ”Bisa saja belokan ini membentuk sirkulasi baru, menggantikan sirkulasi di Filipina,” ujarnya.

Logistik pilkada

Terkait dengan ancaman cuaca buruk yang bertepatan dengan pelaksanaan Pilkada 2020, Rabu (9/12/2020), Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sulut menyatakan, logistik pemilu telah dikirim ke tiga kabupaten kepulauan di Sulut sejak 15 November lalu. Logistik ini antara lain surat suara, kotak suara, dan bilik pencoblosan surat suara.

Ketua KPU Sulut Ardiles Mewoh mengatakan, pengiriman ke kabupaten kepulauan harus didahulukan untuk menghindari cuaca buruk di perairan Sulut pada akhir tahun. ”Kami bertekad tepat waktu dalam mendistribusikan logistik pemilihan, terutama surat suara,” katanya.

Kendati begitu, komisioner KPU Sulut, Lanny Ointoe, mengatakan, alat pelindung diri (APD) bagi anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di kepulauan masih dalam proses pengiriman. ”Sebagian besar sudah terdistribusi, tinggal sarung tangan lateks dan thermo gun. Barang sudah ada di Manado, tinggal didistribusikan ke kabupaten/kota,” ucapnya.

Baca juga : 100 Tenaga Harian Lepas Lipat Surat Suara Pilkada 2020 di Manado