Waspadai Gelombang Tinggi di Perairan Laut Selatan Lombok
Gelombang tinggi berpotensi terjadi di kawasan perairan laut Selatan Lombok, NTB. Oleh karena itu, nelayan dan pengelola transportasi laut diminta untuk meningkatkan kewaspadaan.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Masyarakat dan pengelola transportasi laut diminta untuk mewaspadai potensi gelombang tinggi, terutama di kawasan perairan laut Selatan Lombok. Hal itu untuk menghindari kecelakaan laut yang semakin sering terjadi. Minggu ini, seorang nelayan asal Desa Sengkol, Lombok Tengah, hilang di kawasan tersebut dan hingga saat ini masih dalam pencarian.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Mataram Nanang Sigit PH, di Mataram, Selasa (1/12/2020), mengatakan, nelayan yang hilang tersebut bernama Hidayat (27). Ia dilaporkan melaut sejak hari Minggu (29/11/2020) dan belum kembali hingga saat ini.
Menurut Nanang, nelayan tersebut diduga mengalami kecelakaan. Itu karena perahu yang dia gunakan ditemukan oleh nelayan lain di Batu Nampar, Jerowaru, Lombok Timur, 54 kilometer tenggara Mataram, ibu kota Nusa Tenggara Barat (NTB).
”Perahunya ditemukan tidak jauh dari tempat biasa korban mencari gurita,” kata Nanang.
Menurut Nanang, setelah mendapat informasi itu pada Senin sore, ia langsung menerjunkan tim dari Pos Siaga SAR Mandalika, Kuta, untuk mencari Hidayat. Pencarian menggunakan kapal Rigid Inflatable Boat (RIB) 09 Mataram.
”Selain tim kami, juga ada bantuan dari nelayan setempat, penyelam tradisional, dan pihak terkait lainnya,” kata Nanang.
Selain menyusuri permukaan air, pencarian juga dilakukan dengan menyelam di sekitar lokasi kejadian. Namun, hingga hari kedua sejak dilaporkan, Hidayat belum ditemukan.
Perahunya ditemukan tidak jauh dari tempat biasa korban mencari gurita. (Nanang)
Sejauh ini, menurut I Gusti Lanang Wiswananda dari Hubungan Masyarakat Kantor SAR Mataram, pencarian terkendala gelombang tinggi di kawasan perairan laut Selatan Lombok.
Waspada
Kejadian di perairan laut Selatan Lombok termasuk sering terjadi. Dalam seminggu, kejadian yang menimpa Hidayat merupakan yang kedua. Sebelumnya, KM Kerinci Indah 02 GT 26 yang mengangkut 11 nelayan mengalami kecelakaan di perairan selatan Pulau Lombok, NTB, pada Selasa (17/11/2020) pukul 06.20 Wita. Kapal itu berangkat dari Teluk Benoa, Bali.
Dari 11 nelayan, tujuh berhasil ditemukan selamat. Sementara empat lainnya, hingga operasi dihentikan tidak ditemukan.
Sebelumnya, awal Februari lalu, Amaq Mawar (50), asal Lombok Tengah, hilang seusai memeriksa kerambanya di Laut Awang, Mertak, Kecamatan Pujut. Awang juga berada di Selatan Lombok.
Terkait itu, menurut I Gusti Agung Angga selaku Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Madjid mengatakan, masyarakat khususnya nelayan dan pengelola transpotasi laut, harus mewaspadai gelombang tinggi mencapai 2 meter atau lebih dalam tiga hari ke depan, yakni 1-3 Desember 2020.
Menurut Gusti, gelombang tinggi itu diperkirakan terjadi di Selat Lombok bagian selatan, Selat Alas bagian selatan, Samudra Hindia selatan NTB, dan Selat Sape bagian selatan.
Selain itu, menurut Nanang, bagi nelayan dan juga pengelola transportasi laut, harus tetap memperhatikan faktor keselamatan, yakni melengkapi diri dengan peralatan keamanan, seperti jaket atau pelampung selama berada di perairan. ”Termasuk tidak memaksakan diri melaut jika cuaca kurang bersahabat,” kata Nanang.