Aktivitas Gunung Semeru Meningkat, Waspadai Potensi Dampaknya
Aktivitas vulkanik Gunung Semeru di Jawa Timur meningkat. Jumlah gempa guguran naik dan terjadi beberapa kali guguran awan panas. Warga diminta mewaspadai sejumlah potensi dampaknya.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Aktivitas vulkanik Gunung Semeru di Jawa Timur meningkat. Jumlah gempa guguran naik dan terjadi beberapa kali guguran awan panas. Warga diminta mewaspadai sejumlah potensi dampaknya, di antaranya lontaran batuan pijar di sekitar puncak, awan panas, hujan abu, serta guguran lava dan lahar di aliran sungai yang berhulu di sekitar wilayah puncak.
Hingga Selasa (1/12/2020), status Gunung Semeru masih Waspada (Level II). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi mengimbau masyarakat dan pengunjung tidak beraktivitas dalam radius 1 kilometer dari kawah aktif (Jonggring Saloko) dan 4 km ke arah selatan-tenggara yang merupakan arah bukaan kawah.
”Pengamatan visual menunjukkan kenaikan jumlah gempa guguran dan beberapa kali guguran awan panas. Kenaikan ini diakibatkan ketidakstabilan kubah lava di puncak,” ujar Kepala PVMBG Kasbani melalui keterangan tertulis, Selasa (1/12/2020).
Letusan Semeru umumnya bertipe vulkanian dan strombolian, yaitu berupa penghancuran kubah lava dan pembentukan kubah lava baru. Hal ini menyebabkan guguran awan panas yang menjadi karakteristik Semeru.
Pada Selasa pukul 01.23, teramati guguran awan panas dengan jarak luncur dua hingga 11 km ke arah Besuk Kobokan di sektor tenggara dari puncak. Hingga pukul 06.00, aktivitas vulkanik didominasi gempa guguran dan beberapa kali guguran awan panas.
Sebelumnya, pada 1 Oktober–20 November, kegempaan didominasi gempa letusan dengan rata-rata 40 kejadian per hari. Setelah itu, intensitas gempa letusan cenderung menurun dan terjadi kenaikan gempa guguran.
PVMBG mengimbau warga dan pengunjung tidak beraktivitas dalam radius 1 kilometer dari kawah aktif (Jonggring Saloko) dan 4 km ke arah selatan-tenggara yang merupakan bukaan kawah.
Seiring meningkatnya aktivitas vulkanik Semeru, warga diminta mematuhi rekomendasi radius potensi bahaya yang telah ditetapkan. ”Radius dan jarak rekomendasi ini akan terus dievaluasi untuk mengantisipasi jika terjadi gejala perubahan ancaman bahaya,” ujarnya.
Selain itu, pendakian Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang pun ditutup sementara. Penutupan dilakukan dengan memperhatikan perkembangan aktivitas vulkanik gunung tersebut.
”Untuk mewaspadai guguran kubah lava di bawah Jonggring Saloka serta mengutamakan kepentingan keselamatan jiwa pendaki, pendakian Gunung Semeru ditutup secara total sejak 30 November 2020 sampai batas waktu yang belum ditentukan,” kata Pelaksana Tugas Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Agus Budi Santosa (Kompas.id, 30/11/2020).
Saat ini, 20 gunung aktif di Indonesia berstatus di atas normal dan empat gunung berstatus Siaga (Level III), yaitu Gunung Merapi, Sinabung, Karangetang, dan Ile Lewotolok.
Sementara itu, 16 gunung berstatus Waspada, yaitu Soputan, Agung, Banda Api, Bromo, Rinjani, Lokon, Gamalama, dan Sangeangapi. Selain itu, Gunung Rokatenda, Ibu, Gamkonora, Semeru, Anak Krakatau, Marapi, Dukono, dan Kerinci.