Penularan Covid-19 Masif, Jateng Gencarkan Tes dan Pelacakan
Peningkatan kasus di Jateng melonjak signifikan, terutama sekitar empat minggu terakhir atau setelah masa libur panjang akhir Oktober 2020. Separuh lebih angka kumulatif Jateng disumbang kasus dua bulan terakhir.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS - Kasus Covid-19 di Jawa Tengah terus melonjak. Kini tercatat 14 daerah dengan lebih dari 500 kasus aktif, dengan catatan tertinggi Kabupaten Wonosobo. Tes dan pelacakan kontak erat di provinsi tersebut memang meningkat, seiring penularan yang kian masif.
Berdasarkan data pada laman informasi Covid-19 Pemprov Jateng yang dimutakhirkan Senin (30/11/2020) pukul 12.00, terdapat 55.803 kasus positif kumulatif, dengan rincian 8.730 dirawat, 43.383 sembuh, dan 3.690 meninggal. Total ada penambahan 1.045 kasus positif dalam 24 jam terakhir.
Peningkatan kasus di Jateng melonjak signifikan, terutama sekitar empat pekan terakhir, atau setelah masa libur panjang akhir Oktober 2020. Pada periode 1 Oktober-30 November 2020, menurut data corona.jatengprov.go.id, tercatat penambahan 33.098 kasus positif. Artinya, separuh lebih angka kumulatif Jateng disumbang dalam dua bulan terakhir.
Sementara menurut laman dan media sosial Covid-19 setiap kabupaten/kota, hingga Senin (30/11/2020) pukul 18.00 tercatat ada 14 kabupaten/kota dengan kasus aktif (dirawat/isolasi) di atas 500.
Secara berurut-turut, yakni Wonosobo (1.287), Kabupaten Magelang (860 per 29 November), Solo (850 per 29 November), Kebumen (810), Purbalingga (753), Kota Semarang (739), Cilacap (715), Kabupaten Semarang (601), Boyolali (586), Kendal (577), Banyumas (565), Kota Tegal (541), Temanggung (515), dan Brebes (501). Padahal, pada 25 November 2020, hanya ada sembilan daerah dengan kasus aktif di atas 500.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Wonosobo Jaelan Sulat, Senin, membenarkan lonjakan kasus di daerah tersebut. Penambahan 3.000 kasus terjadi di kabupaten tersebut hanya dalam waktu empat bulan.
Penambahan angka itu muncul setelah ada upaya pelacakan dan pemeriksaan secara besar-besaran. "Namun, substansinya bukan di situ. Jumlah kasus di tempat kami, juga tempat lain, jelas disebabkan proses penularan yang masif di tengah masyarakat," kata Jaelan.
Menurut Jaelan, salah satu kendala yang ditemui ialah adanya warga yang merupakan kontak erat pasien positif menolak dites usap. Selain memicu kluster keluarga, pasien juga datang ke RS dalam kondisi sudah buruk. Di sisi lain, ia menerapkan kebijakan bahwa yang dinyatakan sembuh hanya mereka yang sudah dua kali negatif tes usap.
Kebijakan itu memang tak sesuai Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 Kementerian Kesehatan Revisi ke-5. Dalam pedoman tersebut, antara lain disebutkan bahwa pasien tanpa gejala (OTG) dapat dinyatakan sembuh setelah 10 hari isolasi, tanpa ada evaluasi tes usap. Namun, Dinkes Wonosobo punya argumentasi.
"Kami mengusulkan peraturan tentang pedoman pencegahan dan pengendalian Covid-19 revisi ke-5 itu segera direvisi. Ketentuan tracing dengan swab, misalnya, hanya untuk kontak erat yang bergejala, itu sangat berbahaya. Buktinya, kasus terus meningkat karena ditunggu hingga muncul gejala," kata Jaelan.
Epidemiolog dari Universitas Diponegoro, dr Ari Udijono, menuturkan, lonjakan kasus disebabkan kedisiplinan masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan sudah semakin melemah. Selain itu, ada kecenderungan kegiatan seperti hajatan menjelang akhir tahun dengan tidak diikuti protokol kesehatan.
Dalam hal ini, kata Ari, kepemimpinan menjadi penting, dari kepala daerah hingga tingkat terkecil, yakni keluarga. "Mau tidak mau, yang menjadi benteng ini memang di masyarakat sendiri, dimulai dari keluarga. Artinya, protokol kesehatan harus dibiasakan dari keluarga," ucap Ari.
Data pusat disanggah
Sementara itu, pada Senin, Pemprov Jateng menyanggah adanya penambahan kasus positif Covid-19 sebanyak 2.036 kasus di provinsi tersebut, seperti dilaporkan Satgas Penanganan Covid-19 pusat, Minggu (29/11). Setelah ditelusuri, dari data-data tersebut ada 519 data ganda.
“Selain itu, kami temukan juga ada 75 orang yang pada pekan sebelumnya sudah dirilis, kemarin dirilis lagi. Untuk temuan 519 yang dobel data itu, ada satu nama yang ditulis sampai 4-5 kali sehingga total data yang dobel sebanyak 694 kasus,” jelas Kepala Dinkes Jateng Yulianto Prabowo.
Adapun Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo meminta warga tidak resah dengan peningkatan kasus positif Covid-10 di Jateng seperti dirilis pemerintah pusat. Ia mengatakan bahwa masyarakat bisa mengakses data kasus Covid-19 lewat situs https://corona.jatengprov.go.id.
“Karena kawan-kawan selalu melakukan update data, maka Pemprov secara terbuka menyampaikan kepada publik melalui situs resmi itu,” katanya.
Ganjar juga membenarkan adanya perbedaan data antara pemerintah pusat dengan daerah. Sinkronisasi data pun dilakukan. “Bagian data Dinkes selalu komunikasi dengan pengelola data di Kemenkes dan Satgas agar rilis data tidak berbeda terlalu banyak,” ujarnya.