Kemunculan Buaya Resahkan Warga Pulau Terluar Kalsel
Kemunculan buaya di perairan Pulau Sembilan, Kabupaten Kotabaru akhir-akhir ini meresahkan warga di pulau terluar Kalimantan Selatan tersebut. Warga berharap ada penanganan dari pihak terkait sebelum jatuh korban.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
KOTABARU, KOMPAS — Kemunculan buaya di perairan Pulau Sembilan, Kabupaten Kotabaru, akhir-akhir ini meresahkan warga di pulau terluar Kalimantan Selatan itu. Jumlah buaya yang kerap muncul di lautan sana diperkirakan 10 ekor. Warga berharap ada penanganan dari pihak terkait sebelum jatuh korban.
Busdar (34), warga Kecamatan Pulau Sembilan yang tinggal di Pulau Marabatuan, menuturkan, kemunculan buaya di perairan Pulau Sembilan, sekitar Pulau Marabatuan sudah sejak sebulan lalu. Kawanan buaya itu kerap terlihat hilir mudik di pesisir pantai sekitar perkampungan dan muncul di sejumlah titik.
Pulau Marabatuan merupakan pusat Kecamatan Pulau Sembilan. Pusat kecamatan ini berjarak sekitar 131 kilometer dari ibu kota kabupaten di Kotabaru. Kawasan ini hanya bisa ditempuh menggunakan kapal laut selama lebih kurang 11 jam.
”Seumur hidup sebagai orang pulau, baru kali ini kami melihat buaya muncul di laut sekitar kampung. Tentu saja, kemunculan hewan yang dikenal ganas itu sangat meresahkan warga, terutama anak-anak yang biasa mandi dan berenang di laut,” katanya saat dihubungi dari Banjarmasin, Senin (30/11/2020).
Busdar mengatakan pernah melihat kemunculan buaya itu sekitar pukul 09.00 Wita. Ukurannya cukup besar, dengan panjang tubuh diperkirakan mencapai 3-4 meter. Beberapa warga juga pernah melihat kemunculan delapan ekor buaya sekaligus di sebelah utara perkampungan. Kemunculannya tidak menentu, bisa pagi, siang, sore, ataupun malam.
”Yang lebih mengerikan lagi, buaya itu sering muncul di area nelayan menambat kapal. Kalau tidak segera ditangani, kehadiran buaya itu bisa membahayakan masyarakat pulau,” ujar aktivis Yayasan Penyu Indonesia itu.
Busdar juga khawatir karena beberapa warga setempat sudah berencana memburu buaya-buaya itu jika tak kunjung ada penanganan dari pihak yang berwenang dan berkompeten. Mereka berpikir jika tidak segera ditangkap dan dibunuh, buaya itu akan terus mengancam keselamatan warga pulau yang selama ini tak pernah diusik oleh buaya.
”Saya tidak sependapat dengan pemikiran beberapa warga. Memburu buaya bukanlah solusi. Apalagi, buaya termasuk satwa liar yang keberadaannya dilindungi undang-undang,” katanya.
Yang lebih mengerikan lagi, buaya itu sering muncul di area nelayan menambat kapal. Kalau tidak segera ditangani, kehadiran buaya itu bisa membahayakan masyarakat pulau
Busdar masih berharap instansi terkait dalam penanganan satwa liar bisa segera turun untuk mengatasi kemunculan buaya di Pulau Sembilan. ”Saya menginginkan solusi terbaik, yaitu bagaimana agar buaya tidak disakiti oleh warga dan warga juga tidak disakiti serta dibuat resah oleh buaya,” tuturnya.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Selatan, Mahrus Aryadi mengatakan, pihaknya sudah mendapat informasi tentang buaya yang berkeliaran di perairan Pulau Sembilan. BKSDA Kalsel juga mendapatkan foto dan video buaya itu dari warga setempat. ”Jika diperhatikan, itu termasuk jenis buaya muara,” ujarnya.
Menindaklanjuti kemunculan buaya itu, menurut Mahrus, BKSDA Kalsel akan segera mengecek ke lokasi untuk memastikan apakah tempat itu merupakan habitat buaya. ”Jika tempat tersebut memang habitat buaya, maka kami akan melakukan sosialisasi kepada warga dan memasang plang peringatan untuk berhati-hati. Jika bukan habitatnya, kami akan melakukan translokasi buaya ke habitat terdekat,” katanya.