Belum Tes Usap Ulang, Santri Kluster Pesantren di Kuningan Dipulangkan
Setelah menjalani isolasi mandiri di Pondok Pesantren Al-Mutawally, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, sebanyak 150 orang yang sebelumnya terkonfirmasi positif Covid-19 dipulangkan secara bertahap tanpa tes usap ulang.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·4 menit baca
KUNINGAN, KOMPAS — Setelah menjalani isolasi mandiri di Pondok Pesantren Al-Mutawally, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, sebanyak 150 orang yang sebelumnya terkonfirmasi positif Covid-19 dipulangkan bertahap. Padahal, mereka belum melakukan tes usap ulang.
Hingga Senin (30/11/2020) sore, lebih dari 100 santri dijemput orangtua dan keluarganya menggunakan kendaraan roda dua dan mobil. Para santri putra dan putri yang tadinya berada di lantai dua itu bertemu dan mencium tangan keluarganya. Mereka pulang membawa barang bawaannya.
Sebelum menjemput, orangtua dan wali santri harus menandatangani surat pernyataan di atas meterai. Surat itu berisi pernyataan kesediaan untuk memastikan santri menjalankan isolasi mandiri di rumah selama 10 hari. Jika ditemukan gejala Covid-19, orangtua segera berkoordinasi dengan pihak terkait.
”Kami mengundang orangtua santri untuk membahas pemulangan karena santri sudah 10 hari menjalani isolasi mandiri dan tidak ditemukan gejala Covid-19, seperti demam. Jadi, bisa dipulangkan. Ini sesuai pedoman Kementerian Kesehatan,” ujar Direktur Ponpes Al-Mutawally Didin Nurul Rosidin.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/Menkes/413/2020 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-19, isolasi dinyatakan selesai jika kasus positif tidak menunjukkan gejala selama 10 hari sejak menjalani tes usap tenggorokan. Kasus tidak lagi harus menjalani tes usap dengan metode reaksi rantai polimerase (PCR) ulang.
Menurut Didin, sebanyak 146 santri dan 4 guru yang dinyatakan terkonfirmasi positif Covid-19 menjalani tes usap pertama pada Jumat (20/11). Pihaknya meyakinkan, selama 10 hari menjalani isolasi mandiri, mereka tidak menunjukkan gejala, seperti demam.
Munculnya kluster penyebaran Covid-19 di pesantren itu bermula saat Dinas Kesehatan Kuningan menggelar tes uji cepat di ponpes pada Senin (16/11/2020). Tes tersebut merupakan upaya deteksi dini penyebaran Covid-19 di sejumlah pesantren.
Di pesantren yang berada di Kecamatan Cilimus itu, terdapat 388 santri dan 55 guru atau tenaga kependidikan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 125 orang menjalani tes uji cepat.
Hasilnya, semuanya menunjukkan nonreaktif. Namun, beberapa hari setelah itu, sejumlah santri mengeluh batuk, pilek, dan kehilangan penciuman. Tes usap tenggorokan berbasis antigen pun digelar untuk 433 orang.
Hasilnya, ada 156 orang positif. Selebihnya, sudah dipulangkan ke daerah masing-masing. Untuk memastikan temuan tersebut, sebanyak 156 orang lalu menjalani tes usap tenggorokan dengan metode PCR yang tingkat akurasinya paling tinggi. Hasilnya, 150 orang terkonfirmasi positif Covid-19.
”Selama isolasi, kami sudah memberikan yang terbaik, seperti makanan dan vitamin. Kami juga berkoordinasi dengan Satgas Covid-19 Cilimus dan Dinkes Kuningan,” lanjutnya.
Meski demikian, juru bicara Satgas Covid-19 Kuningan, Agus Mauludin, kaget ketika para santri dipulangkan. ”Kami ingin para santri ini melakukan pengecekan terakhir. Menurut rencana, tes swab lagi pada Rabu (2/12). Kalau hasilnya negatif, bisa pulang,” ujarnya.
Kalau di rumah, santri bertanggung jawab isolasi mandiri. Kami juga koordinasi dengan Satgas Covid-19 kecamatan untuk pengawasan.
Akan tetapi, jika santri, orangtua, dan pihak pesantren memaksa ingin pulang karena sudah 10 hari isolasi dan tidak merasa gejala Covid, pihaknya menghargai keputusan itu. ”Dengan catatan, kalau di rumah, santri bertanggung jawab isolasi mandiri. Kami juga koordinasi dengan Satgas Covid-19 kecamatan untuk pengawasan,” ungkapnya.
Pada saat yang sama, Dinkes Kuningan dan Pemerintah Desa Bojong menggelar tes usap massal bagi lebih dari 100 warga di sekitar Ponpes Al-Mutawally. Tes itu merupakan upaya pencegahan penyebaran Covid-19 di lingkungan pesantren.
Muslimin, salah seorang wali santri, memilih memulangkan keluarganya karena tidak ada gejala Covid-19. ”Nanti kalau pulang ke rumah, keluarga dikasih tahu supaya enggak dekat-dekat dulu dengan anak ini. Di rumah tinggal sama kakek dan neneknya,” ujar warga Cirebon ini.
Kepala Dinkes Kuningan Susi Lusiyanti mengatakan, pihaknya sudah berupaya mencegah penyebaran Covid-19 di pesantren. Selain sosialisasi protokol kesehatan dan pembagian masker, pihaknya juga menggelar tes uji cepat terhadap 1.500 santri di lima wilayah yang didominasi pesantren, seperti Cilimus dan Luragung.
Kluster penyebaran Covid-19 sebelumnya ditemukan di Ponpes Husnul Khotimah, September lalu. Sebanyak 550 orang yang terkonfirmasi positif saat itu telah dinyatakan sembuh.
Hingga kini, tercatat 1.221 kasus positif Covid-19 di Kuningan. Sebanyak 18 orang meninggal dan 290 lainnya masih menjalani karantina. Sebanyak 913 orang dinyatakan sembuh.