Kasus pertama diketahui pada Jumat (27/11), saat ada satu siswa batuk pilek. Hari itu juga ia langsung dites usap dan ternyata terkonfirmasi positif Covid-19. Lalu tes dilakukan pada 156 orang di lingkungan sekolah itu.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
JEPARA, KOMPAS — Satu SMP swasta berasrama di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, menjadi kluster penularan setelah ditemukan sedikitnya 10 orang terkonfirmasi positif Covid-19. Hal tersebut terdeteksi saat para siswa tengah melakukan simulasi pembelajaran tatap muka pekan lalu.
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Pemkab Jepara Moh Ali, saat dihubungi dari Semarang, Minggu (29/11/2020) malam, mengatakan, kasus pertama diketahui pada Jumat (27/11/2020). Saat itu ada satu siswa peserta simulasi batuk pilek. Hari itu juga ia langsung dites usap dan ternyata terkonfirmasi positif Covid-19.
Penelusuran pun dilakukan dengan mengetes total 156 orang, yang antara lain terdiri dari siwa, guru, penjaga sekolah, dan pengasuh. Namun, menurut Ali, hasil tes usap tersebut baru keluar sebagian dan diketahui sedikitnya ada 10 orang yang terkonfirmasi positif Covid-19. Kesepuluh orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 itu tanpa gejala.
”Karena ini sekolah berasrama, begitu diketahui ada kontak, siswa diisolasi di sana. Siswa sekolah ini dari sejumlah daerah, tetapi sebagian besar asal Jepara,” kata Ali.
Ali menjelaskan, selama ini Pemkab Jepara belum mengizinkan adanya pembelajaran tatap muka di sekolah. Namun, setelah ada keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim bahwa pembelajaran tatap muka bisa dilakukan Januari 2021, pihaknya pun mulai bersiap.
”Sebagai persiapan untuk Januari nanti, kami memang memiliki program skrining untuk tes usap di sekolah-sekolah. Paling tidak pada pengelola, guru, tata usaha, dan lainnya,” ujar Ali.
Menurut data pada laman informasi Covid-19 Kabupaten Jepara, yang dimutakhirkan pada Sabtu (28/11) malam, terdapat 2.584 kasus positif kumulatif dengan rincian 413 orang dirawat/isolasi, 1.978 orang sembuh, dan 193 orang meninggal. Adapun tingkat keterisian RS, kata Ali, sekitar 60 persen.
Menurut Ali, kasus Covid-19 meningkat pada November 2020. ”Selain tracing (penelusuran) dan tes yang kami gencarkan, peningkatan kasus karena kepatuhan masyarakat akan protokol kesehatan yang menurun. Masyarakat seperti ada pada titik jenuh sehingga abai. Namun, sosialisasi terus kami lakukan,” ujarnya.
Terus melonjak
Hingga Minggu (29/11), lonjakan kasus masih terjadi di Jateng. Menurut data pada laman informasi Covid-19 Pemprov Jateng, terdapat 54.758 kasus positif kumulatif dengan rincian 8.615 dirawat, 42.507 sembuh, dan 3.636 meninggal. Ada penambahan 937 kasus positif dalam 24 jam terakhir.
Bahkan, menurut laporan media harian Satgas Penanganan Covid-19 pusat, Minggu (29/11/2020), terdapat tambahan 2.036 kasus positif di Jateng atau tertinggi di Indonesia. Itu merupakan rekor kasus harian provinsi tertingi yang dilaporkan satgas pusat selama pandemi.
Dalam lebih dari dua pekan terakhir, Jateng juga konsisten berada di urutan dua provinsi dengan penambahan kasus harian terbanyak setelah DKI Jakarta. Salah satu kabupaten penyumbang tambahan kasus terbanyak di Jateng yakni Kabupaten Wonosobo.
Menurut data pada laman Covid-19 Pemkab Wonosobo, Minggu (29/11/2020), terdapat 3.050 kasus positif kumulatif. Rinciannya adalah 1.262 orang dirawat, 1.637 sembuh, dan 151 meninggal.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Wonosobo Jaelan Sulat menuturkan, kasus meningkat karena kedisiplinan masyarakat yang mengendur. Kluster keluarga dominan, antara lain, karena sejumlah warga menolak dites sehingga menulari anggota keluarganya.
Saat ini, menurut Jaelan, mobilitas warga sudah semakin meninggi, termasuk antardaerah. ”Karena itu, akan sulit jika kabupaten/kota menjalankan kebijakan sendiri-sendiri. Contohnya, di sekeliling kami juga daerah-daerah yang kasusnya juga tinggi. Ini harus diselesaikan bersama-sama,” ujarnya.