Rumah Sakit Rujukan Utama Penuh, Perayaan Natal di Sulawesi Utara Dibatasi
Lonjakan jumlah mingguan kasus Covid-19 di Sulawesi Utara ditandai dengan panjangnya antrean pasien di RSUP Kandou Manado. Demi mencegah lonjakan lebih tinggi jelang Natal, warga diimbau taat pada protokol kesehatan.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Lonjakan jumlah mingguan kasus Covid-19 di Sulawesi Utara ditandai dengan panjangnya antrean pasien yang membutuhkan alat bantu napas di instalasi gawat darurat rumah sakit rujukan utama. Demi mencegah lonjakan lebih tinggi pada akhir tahun, warga diimbau taat pada protokol kesehatan dalam perayaan Natal dan Tahun Baru.
Beredarnya kabar mengenai antrean panjang triase di instalasi gawat darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Pusat Prof dr RD Kandou, rumah sakit rujukan utama untuk seluruh Sulut yang terletak di Manado, dikonfirmasi dr Jimmy Panelewen, direktur utama rumah sakit tersebut, Minggu (29/11/2020). Pasien yang diterima di IGD ini mayoritas bergejala berat sehingga memerlukan topangan oksigen terus-menerus.
Menurut Jimmy, ada 172 ruang isolasi Covid-19 yang tersebar di empat ruang, yaitu Iriana F, Anggrek 1, Anggrek 2, dan Nyiur Melambai. Ruang isolasi di Iriana F dilengkapi dengan sistem tekanan udara negatif untuk 10 pasien Covid-19 bergejala berat dan gawat. ”Artinya, yang perlu ventilator atau mungkin memerlukan, tetapi sudah full,” katanya.
Ruang isolasi lainnya masih belum penuh, tetapi tidak bertekanan negatif dan hanya digunakan bagi pasien dengan gejala sedang. Jika ada pasien rujukan yang membutuhkan ventilator, RSUP Kandou akan memintanya dirujuk ke rumah sakit lain atau dirawat lebih lanjut terlebih dahulu.
Menurut Jimmy, RSUP Kandou memiliki 63 ventilator, tetapi hanya 11 ventilator yang dipakai untuk pasien Covid-19. Sisanya digunakan di ruang perawatan intensif (ICU) dan high care unit (HCU) untuk penyakit lain.
Kepala Bidang Medik RSUP Kandou dr Handry Takasenseran mengatakan, kebanyakan pasien yang mengantre di triase IGD adalah pasien bergejala sedang hingga berat yang membutuhkan topangan oksigen. Beberapa pasien tidak bisa langsung dipindahkan ke ruang yang kosong karena tidak ada lift menuju ruangan yang masih kosong.
Jimmy mengatakan, saat ini, RSUP Kandou sedang menyiapkan gedung baru dengan sistem tekanan udara negatif yang dapat memuat 28 pasien. ”Mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa digunakan. Tetapi, yang menjadi persoalan, kami harus memikirkan mobilisasi sumber daya manusianya juga,” katanya.
Ia menambahkan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Sulut agar aliran pasien rujukan dapat dikontrol. Rumah sakit lain diminta selektif. Di samping itu, ia juga meminta dinas untuk meningkatkan kedisiplinan masyarakat. ”Warga mulai bersikap seakan-akan Covid-19 ini bukan apa-apa,” kata Jimmy.
Sebelumnya, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Sulut dr Lidya Tulus mengatakan, per awal September, Sulut memiliki empat rumah sakit rujukan utama, 14 rumah sakit rujukan penunjang, dan 27 rumah sakit penunjang pelengkap. Secara keseluruhan, terdapat 1.191 tempat tidur khusus pasien Covid-19 di ruang-ruang isolasi rumah sakit itu.
Sementara itu, Satuan Tugas Covid-19 Sulut mencatat peningkatan jumlah kasus mingguan dari 201 kasus selama periode 2-8 November 2020 menjadi 322 kasus pada 9-15 November 2020. Pada periode 16-23 November 2020, jumlah kumulatif kasus melonjak lagi ke 404 kasus, atau 57,7 kasus per hari.
Juru Bicara Satgas Covid-19 Sulut dr Steaven Dandel mengatakan, memasuki pekan terakhir November, angka keterisian ruangan perawatan intensif (ICU) Covid 19 juga meningkat secara tajam. Menurut dia, RSUP Kandou sudah 90 persen penuh, sedangkan 36,18 persen dari seluruh ruang isolasi di Sulut telah terisi.
Karena itu, satgas dan Pemprov Sulut mengimbau umat Kristen dan seluruh warga Sulut untuk mengantisipasi lonjakan kasus akibat perayaan Natal dan Tahun Baru. Hal ini dituangkan dalam sebuah surat edaran gubernur Sulut.
”Ini bukan baru pertama kali dilaksanakan. Bulan Mei 2020, umat Islam juga merayakan Idul Fitri dengan pembatasan pelaksanaan shalat Id berjemaah. Saat itu, sinyal epidemiologis mengindikasikan peningkatan yang signifikan. Fenomena yang sama juga terjadi saat ini,” kata Steaven.
Semua pemimpin gereja pun diminta merayakan ibadah Natal melalui siaran langsung daring. ”Apabila tidak diantisipasi sejak dini, peningkatan kasus akan membebani sistem kesehatan kita dan ujungnya bisa katastropik. Pelayanan kesehatan untuk penyakit lain juga akan lumpuh,” kata Steaven.
Sebaliknya, Pejabat Sementara (Pjs) Gubernur Sulut Agus Fatoni mengatakan, umat Kristen di Sulut dapat melaksanakan ibadah Natal di masa pandemi dengan tetap menerapkan protokol kesehatan demi mencegah penyebaran Covid-19. Ibadah di gereja, lingkungan perumahan, ataupun rukun keluarga.
Menurut Fatoni, semua umat yang berkumpul harus mengenakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Sebelum masuk ke gereja, semuanya harus mengukurkan suhu tubuh. Umat yang tidak dapat hadir karena tergolong kelompok rentan dapat mengikuti siaran langsung ibadah. ”Jadi, memang pertemuan dan kerumunan harus dicegah. Tetapi, ibadah tidak dilarang, tetapi dibatasi,” kata Fatoni.