Banjir Lumpuhkan Kota Tebing Tinggi, Ribuan Warga Mengungsi
Kota Tebing Tinggi di Sumatera Utara lumpuh akibat banjir. Sebanyak 3.222 warga mengungsi, aktivitas perdagangan dan industri berhenti, serta kemacetan lalu lintas memanjang di jalan nasional.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
TEBING TINGGI, KOMPAS — Kota Tebing Tinggi di Sumatera Utara lumpuh akibat banjir yang menggenangi wilayahnya hingga ketinggian satu meter. Sebanyak 3.222 warga mengungsi karena rumahnya terendam banjir. Aktivitas perdagangan dan industri di kota itu juga berhenti. Kemacetan panjang terjadi di sejumlah ruas jalan kota dan jalan nasional.
”Saat ini kami fokus melakukan tindakan tanggap darurat untuk menolong warga yang terdampak,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Tebing Tinggi Wahid Sitorus, Sabtu (28/11/2020).
Wahid mengatakan, mereka sudah mewaspadai hujan deras yang turun di Tebing Tinggi selama beberapa hari belakangan. Debit air di Sungai Padang yang membelah kota pun terus meningkat. Apalagi, hujan deras juga turun di daerah hulu sungai, yakni Kabupaten Simalungun.
”Air pun meluap dari Sungai Padang dan menggenangi lima kecamatan di Tebing Tinggi sejak Jumat,” kata Wahid.
Wahid mengatakan, sebanyak 3.222 warga mengungsi ke rumah keluarga, tetangga, dan rumah ibadah yang tidak tergenang banjir, atau ke posko yang didirikan pemerintah. Wahid menyebutkan, mereka mendirikan 13 posko penanganan banjir di sejumlah kelurahan yang terdampak.
Saat ini kami fokus melakukan tindakan tanggap darurat untuk menolong warga yang terdampak. (Wahid Sitorus)
Wahid mengatakan, banjir di Kota Tebing Tinggi selalu berulang setiap musim hujan. Menurut dia, hal itu terjadi karena Sungai Padang dan Sungai Bahilang tidak mampu menampung debit air yang begitu besar dari daerah hulu di Kabupaten Simalungun. Risiko terendam banjir pun semakin tinggi karena karena wilayah kota tersebut termasuk rendah.
Setiap musim hujan datang, aktivitas ekonomi Tebing Tinggi sering sekali lumpuh. Ekonomi masyarakat sangat terdampak karena roda ekonomi kota itu terutama ditopang oleh sektor perdagangan dan industri. Di kota tersebut, antara lain, terdapat pabrik karet remah yang mengolah bahan olah karet dari Simalungun, Serdang Bedagai, dan Batubara.
Tidak beroperasi
Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia Sumut Edy Irwansyah mengatakan, tiga pabrik karet remah di kota tersebut tidak beroperasi sejak Jumat karena terendam banjir. ”Semua pabrik terpaksa berhenti beroperasi untuk sementara karena banjir yang cukup parah,” kata Edy.
Berhentinya produksi di ketiga pabrik tersebut, kata Edy, cukup memengaruhi industri karet Sumut karena kontribusinya yang cukup besar. Ia pun berharap, banjir bisa segera ditangani untuk jangka pendek dan jangka panjang agar tidak selalu terulang setiap tahun.
Muhammad Fadli (41), warga Kecamatan Tebing Tinggi Kota, mengatakan, mereka masih tetap waspada karena banjir tak kunjung surut sementara hujan sudah datang lagi. Sebagian warga pun masih tetap bertahan di rumahnya menunggu air surut. ”Kami bersiap mengungsi jika air naik lagi,” katanya.
Fadli mengatakan, sebagian warga yang rumahnya berada di dekat sungai harus mengungsi karena air yang masuk ke rumahnya sangat tinggi.
Kepala Kepolisian Resor Tebing Tinggi Ajun Komisaris Besar James P Hutagaol mengatakan, mereka berfokus mengevakuasi warga yang terjebak di rumahnya yang tergenang banjir. ”Kami mengevakuasi warga ke tempat yang lebih aman dengan menggunakan perahu karet,” katanya.
Arus lalu lintas di sejumlah ruas jalan pun dialihkan ke jalan alternatif karena masih tergenang banjir. Antrean panjang pun terjadi di Jalan Medan- Pematang Siantar dan Jalan Medan-Kisaran hingga lebih dari 10 kilometer karena banjir tersebut. Kemacetan terjadi hingga Gerbang Tol Tebing Tinggi.