Vaksin Merah Putih Mulai Didistribusikan Triwulan IV-2021
Vaksin Covid-19 produksi dalam negeri ditargetkan bisa mulai didistribusikan pada triwulan IV tahun 2021. Saat ini, bibit vaksin yang dinamai vaksin Merah Putih itu masih dikembangkan oleh enam institusi.
Oleh
HARIS FIRDAUS/ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS —Pemerintah menyatakan, vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh sejumlah institusi di Indonesia ditargetkan bisa mulai didistribusikan pada triwulan IV tahun 2021. Saat ini, bibit vaksin yang dinamai vaksin Merah Putih itu masih dikembangkan oleh enam institusi riset dan perguruan tinggi di laboratorium.
”Mudah-mudahan di triwulan IV-2021, vaksin Merah Putih mulai bisa didistribusikan kepada masyarakat,” kata Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro dalam Rapat Kerja Kementerian Ristek/BRIN yang disiarkan secara daring, Jumat (27/11/2020), di Yogyakarta.
Bambang menjelaskan, vaksin Merah Putih merupakan vaksin Covid-19 yang bibitnya diteliti dan dikembangkan oleh peneliti di Indonesia, menggunakan isolat virus yang menyebar di Indonesia, serta akan diproduksi oleh perusahaan Indonesia. Dia menambahkan, sampai sekarang, bibit vaksin Merah Putih itu masih dalam pengembangan.
Menurut Bambang, sesudah pengembangan itu selesai, bibit vaksin Merah Putih akan diserahkan kepada perusahaan Bio Farma yang bakal mengoordinasikan proses produksi vaksin tersebut. ”Insya Allah penyerahan bibit vaksin itu akan dilakukan pada triwulan pertama tahun depan,” ujarnya.
Setelah itu, Bambang memaparkan, vaksin Merah Putih harus menjalani uji klinis yang terbagi ke dalam tiga tahap. Uji klinis tersebut akan dilakukan pada manusia untuk memastikan keamanan dan efektivitas vaksin tersebut. Sesudah uji klinis tersebut selesai dengan hasil memuaskan, vaksin Merah Putih harus mendapat izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
”Tentu membutuhkan izin juga dari BPOM untuk melakukan vaksinasi. Apabila proses itu bisa dilalui, baru kita memproduksi massal dan produk tersebut mulai bisa diberikan pada masyarakat melalui program vaksinasi,” ungkap Bambang.
Sebelumnya, dalam kunjungan di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Kamis (26/11/2020), Bambang mengatakan, penelitian atau pengembangan bibit vaksin Merah Putih masih dilakukan oleh enam institusi, yakni Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Universitas Airlangga, Institut Teknologi Bandung, Universitas Indonesia, dan Universitas Gadjah Mada.
”Keenamnya masih di laboratorium untuk pengembangan bibit vaksin. Tiga di antaranya sudah mendekati uji pada hewan atau uji praklinis,” kata Bambang.
Tiga lembaga yang mengembangkan bibit vaksin lebih cepat itu adalah Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Universitas Indonesia, dan Universitas Airlangga. Menurut rencana, tiga institusi tersebut akan memulai uji praklinis pada hewan pada Desember 2020.
Bambang menyatakan, vaksin Merah Putih akan diutamakan untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri terlebih dulu. Dia menuturkan, untuk mencapai kekebalan massal terhadap Covid-19, sekitar dua pertiga penduduk Indonesia atau sebanyak 180 juta orang harus menjalani vaksinasi. Sementara itu, jika satu orang harus divaksin sebanyak dua kali, dibutuhkan 360 juta dosis vaksin.
”Kita juga harus mengantisipasi kemungkinan vaksinasi berikutnya pada periode setelahnya. Oleh karena itu, kita benar-benar fokus pada pemenuhan kebutuhan dalam negeri,” tutur Bambang.
Akan tetapi, Bambang menyebut, jika kebutuhan vaksinasi di Indonesia sudah terpenuhi, tidak tertutup kemungkinan vaksin Merah Putih akan ditawarkan ke negara lain. ”Tentunya kita siap nantinya setelah vaksin ini melalui uji klinis, mendapatkan izin, dan diproduksi,” paparnya.
Tim pengembangan
Bambang memaparkan, Kementerian Ristek/BRIN telah menerbitkan surat keputusan tentang tim pengembangan vaksin Merah Putih. Surat keputusan itu diberikan kepada enam institusi yang saat ini sedang mengembangkan bibit vaksin Merah Putih.
Dengan adanya surat keputusan itu, pengembangan bibit vaksin Merah Putih diharapkan bisa berlangsung lebih cepat. ”Tugas tim itu adalah memastikan pengembangan bibit vaksin bisa dilakukan dengan secepat mungkin. Selain itu, mereka juga akan dipertemukan dengan mitra industri dalam pengembangan vaksin,” ujar Bambang.
Dalam keterangan tertulisnya, Wakil Dekan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM Yodi Mahendradhata mengatakan, ada dua pakar dari UGM yang terpilih masuk tim pengembangan vaksin Merah Putih. Dua orang tersebut adalah ahli mikrobiologi Tri Wibawa dan ahli kesehatan anak Ida Safitri Laksanawati.
Yodi menambahkan, saat ini, tim peneliti UGM masih terus melakukan riset pengembangan vaksin Merah Putih di laboratorium milik FKKMK UGM. Selain itu, tim peneliti UGM juga terlibat dalam pengembangan beberapa inovasi lain untuk membantu mengatasi pandemi Covid-19.