Peningkatan ”Traffic” Jadi Perhatian Pembangunan Tol Probowangi
Badan Pengatur Jalan Tol masih mengkaji potensi lalu lintas kendaraan yang nantinya akan melintasi Jalan Tol Probowangi. Lalu lintas kendaraan menjadi perhatian karena akan berdampak pada skema pembiayaan.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Badan Pengatur Jalan Tol mengkaji potensi lalu lintas kendaraan yang nantinya melintasi Jalan Tol Probowangi. Lalu lintas kendaraan menjadi perhatian khusus karena akan berdampak pada skema pembiayaan proyek nasional ini.
Tol Probolinggo-Banyuwangi (Probowangi) akan melintas di tiga kabupaten, yaitu Probolinggo, Situbondo, dan Banyuwangi. Di Probolinggo dan Banyuwangi, tol akan membentang masing-masing 30 km, sedangkan di Situbondo tol akan membentang sepanjang 110 km.
Hal itu disampaikan Kepala Badan Pengatur Jalan Tol Danang Parikesit di sela-sela kunjungan kerjanya di Banyuwangi, Jumat (27/11/2020). Danang mengungkapkan, Tol Probowangi menjadi perhatian pemerintah karena akan menuntaskan proyek besar Trans-Jawa yang menghubungkan Merak, Banten, hingga Ketapang, Banyuwangi.
”Tol ini juga menjadi perhatian karena ada beberapa kondisi yang berubah. Salah satunya pengkajian ulang terkait traffic (lalu lintas) kendaraan yang akan melintas. Kami berharap 2024, Tol Probowangi sudah rampung,” ujarnya.
Agar bisa rampung pada tahun 2024, lanjut Danang, ada beberapa strategi yang dilakukan. Strategi pertama terkait penyediaan lahan. Saat ini pembebasan lahan dilakukan dengan memprioritaskan Seksi I (Probolinggo Timur-Besuki) dan Seksi II (Banyuwangi).
Strategi lainya ialah terkait pembiayaan. Strategi ini akan sangat bergantung pada kajian Internal Rate of Return (IRR). IRR merupakan parameter pengukuran analisis suatu proyek atau investasi. Pengukuran ini sering digunakan untuk menghitung tingkat keuntungan suatu investasi.
”Karena IRR-nya rendah, ini akan berpengaruh pada dukungan skema pembiayaan. Kalau pertumbuhan di Banyuwangi bagus dan ekonomi bagus, hal itu bisa mendongkrak traffic kendaraan. Kita lihat saja apakah nanti (kajian) traffic-nya sesuai dengan rencana usaha,” ujar Danang.
Direktur Utama PT Jasa Marga Probolinggo-Banyuwangi Adi Prasetyanto mengatakan, saat ini pihaknya masih melakukan kajian ulang untuk memastikan potensi traffic kendaraan yang akan melintasi Tol Probowangi. Kajian potensi traffic tersebut nantinya akan berpengaruh pada strategi pembangunan dan kapan tol tersebut beroperasi.
”Merujuk pada kajian sebelumnya, traffic yang masuk dari kendaraan yang keluar di Leces (Probolinggo) sebanyak 7.000 kendaraan per hari. Sesampainya di Banyuwangi, traffic kendaraan ditargetkan bisa lebih dari 20.000 kendaraan per hari. Jumlah tersebut berasal dari sambungan pintu masuk Leces dan dari pintu-pintu lainnya di sepanjang Tol Probowangi,” ungkapnya.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, pihaknya terus berupaya untuk meyakinkan bahwa IRR Tol Probowangi sesuai dengan skema usaha BPJT. Hal ini dilakukan agar Tol Probowangi tetap menjadi prioritas pembangunan infrastruktur nasional.
”Saat ini IRR Tol Probowangi masih dinilai rendah. Akibatnya, prioritas pembangunan masih diarahkan ke daerah lain. Kami terus berusaha meyakinkan bahwa Banyuwangi punya prospek yang baik sehingga IRR-nya bisa dinilai tinggi,” tuturnya.
Menurut Anas, banyak aktivitas, atraksi, dan potensi Banyuwangi yang bisa menjadi daya tarik orang untuk ke Banyuwangi dengan melintasi Tol Probowangi. Ia berharap tren dan potensi perkembangan Banyuwangi menjadi salah satu faktor penilaian IRR Tol Probowangi.
Saat ini tahapan pembangunan Tol Probowangi masih berkutat di pembebasan lahan. Direktur Utama PT Jasa Marga Probolinggo-Banyuwangi Adi Prasetyanto mengatakan, baru 5 persen lahan yang dibebaskan. Lahan yang sudah dibebaskan tersebut ada di Seksi 1 Leces-Besuki.
Pejabat Pembuat Komitmen Probowangi Seksi 3 Banyuwangi Pungky Enggar mengatakan, di Banyuwangi, Tol Probowangi akan membentang sejauh 32,2 km. Jalan tol tersebut akan melintasi 9 desa di 2 kecamatan.
”Hingga saat ini belum ada lahan yang telah dibebaskan. Kami baru sampai pada tahapan penilaian harga tanah di Desa Watukebo, Kecamatan Wongsorejo. Sementara di desa lainnya masih dalam tahap pengukuran dan invetarisasi,” tutur dia.
Di Banyuwangi, 42 persen lahan yang akan dijadikan jalan tol merupakan lahan milik Perhutani. Adapun 78 persen lainnya merupakan lahan milik masyarakat yang mayoritas berupa perkebunan dan sebagian permukiman.