Nilai ekspor produk pertanian dan perkebunan dari Sulawesi Utara pada 2020 meningkat hingga lebih dari Rp 1 triliun dibandingkan tahun sebelumnya. Akses ekspor jalur laut maupun udara ke China dan Filipina dijajaki.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Nilai ekspor produk pertanian dan perkebunan dari Sulawesi Utara pada 2020 meningkat hingga lebih dari Rp 1 triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya sekalipun volume ekspor menurun. Balai Karantina Pertanian Manado yang menjadi koordinator ekspor terus mempersiapkan petani dan menjajaki jalur ekspor lain.
Selama Januari-November 2020, nilai ekspor pertanian dan perkebunan Sulut mencapai Rp 2,86 triliun. Jumlah ini meningkat dari periode yang sama pada 2019, yaitu Rp 1,65 triliun. ”Ekspor kami sudah 155 persen dari target Gratieks (Gerakan Tiga Kali Ekspor) yang ditetapkan Kementerian Pertanian, yaitu Rp 1,85 triliun,” kata analis perkarantinaan Balai Karantina Pertanian Kelas I Manado, James Assa, di Manado, Jumat (27/11/2020).
Performa yang meningkat ini terjadi ketika volume ekspor justru menurun dari 457.665,13 ton pada 2019 menjadi 340.672,83 ton tahun ini. Capaian ini juga hanya 66 persen dari target Gratieks sebesar 512.584,95 ton.
Sementara itu, jumlah komoditas yang diekspor meningkat dari 36 komoditas pada 2019 menjadi 68 komoditas pada 2020. Komoditas itu di antaranya air kelapa, kopra, bungkil kelapa, bubuk kelapa, bibit jagung, gula merah, bawang merah, cengkeh, dan pala biji. Peningkatan jumlah komoditas ini beriringan dengan pertambahan jumlah eksportir, yakni dari 38 eksportir menjadi 60 eksportir.
”Selama 2020, kami menerbitkan 1.593 PC (sertifikat fitosanitari) untuk memasuki pasar di 52 negara. Salah satu negara yang bisa kami jangkau adalah Republik Dominika,” ujar James.
Sebanyak 42,59 persen dari total ekspor produk pertanian dan perkebunan berlabuh ke China sebagai negara tujuan utama. India menjadi tujuan ekspor terbesar kedua dengan proporsi 14,8 persen, disusul Brasil (3,93 persen).
Kepala Balai Karantina Pertanian Manado Donni Muksydayan Saragih mengatakan, semangat untuk mengekspor semakin besar setelah rute penerbangan kargo dari Bandara Sam Ratulangi Manado ke Bandara Narita, Jepang, dibuka pada akhir September. Penerbangan yang sebelumnya hanya sekali sepekan kini sedang dijajaki untuk ditingkatkan menjadi dua kali.
Menurut Donni, dampak seperti peningkatan harga komoditas memang lebih dirasakan produsen perikanan tangkap karena besarnya permintaan tuna di Jepang. Sektor pertanian dan perkebunan lebih banyak mengirimkan sampel produk melalui jalur udara, tetapi beberapa komoditas sudah menemukan pembeli tetap di Jepang.
”Bawang merah, misalnya. Sulut bisa mengirim 1 ton setiap minggu. Tetapi, pasokan itu masih sangat jauh di bawah permintaan yang sampai puluhan ton. Pengiriman gula aren dari satu eksportir juga sudah mulai reguler meskipun sampai sekarang volumenya baru 600 kilogram,” kata Donni.
Untuk memenuhi permintaan, Balai Karantina Pertanian kini sedang mendampingi petani bawang merah di lahan seluas 47 hektar di Minahasa. Ekspor gula aren juga diperkirakan meningkat karena sudah ada satu eksportir lain yang menemukan pembeli di Jepang. Peluang ekspor juga terbuka bagi bunga krisan dari Tomohon.
Balai Karantina Pertanian yang ditunjuk sebagai koordinator upaya mendongkrak ekspor pertanian dan perkebunan pun kini harus ikut mempersiapkan hulu ekspor, yaitu para petani. Ekspor langsung ke Jepang, kata Donni, menjadi momentum untuk menyempurnakan sistem pertanian di Sulut demi memenuhi permintaan akan produk organik.
Ia mencontohkan, bawang merah tidak boleh memiliki kadar pestisida di atas 0,01 ppm (part per million), sedangkan pala harus bebas aflatoksin sehingga harus difumigasi terlebih dahulu. Semua produk makanan juga harus bebas organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK).
Dari segi administratif, para petani dan perusahaan pengekspor harus memiliki profil perusahaan yang juga memuat informasi cara bercocok tanam mereka, dari penanaman hingga perlakuan pascapanen. ”Kalau bisa memenuhi standar Jepang, pasti gampang menembus pasar negara-negara lain,” kata Donni.
Untuk sementara, Balai Karantina Pertanian Manado sedang berupaya membuka jalur ekspor baru, yaitu konektivitas antara Bitung dan China melalui jalur laut. Jalur perdagangan antara Sulut dan Mindanao (Filipina), baik via udara maupun laut, juga sedang diupayakan. Kendala terletak pada larangan pemasukan produk buah dan sayur ke Sulut sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor 42 dan 43 Tahun 2012.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut Edwin Kindangen berharap lebih banyak petani dan pengusaha Sulut yang memanfaatkan jalur ekspor Manado-Narita. Dalam rentang waktu 23 September hingga 18 November 2020, Sulut baru mengekspor 71,79 ton produk pertanian, perkebunan, dan perikanan.
Jumlah itu setara 8,97 ton dari kapasitas maksimal 25 ton per minggu. Volume ini bisa dipenuhi komoditas turunan kelapa. ”Januari-Oktober 2020, industri kelapa Sulut mengekspor 14 jenis produk kelapa dengan volume 558.363,13 ton. Pengusaha bisa memanfaatkan rute penerbangan kargo langsung ke Jepang,” katanya.