Aktivitas Vulkanik Menurun, Gunung Raung Kembali ke Status Normal
Hasil pemantauan Pos Pengamatan Gunung Api Raung menunjukkan adanya penurunan aktifitas vulkanik. Hal ini menjadi dasar PVMBG untuk menurunkan status Gunung Raung dari Waspada (level II) menjadi Normal (level I)
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
Kompas
Buruh tebu beristirahat dengan latar belakang Gunung Raung di Desa Sumber Arum, Songgon, Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (25/7). Pengamatan yang di lakukan PVMBG di pos pengamatan, terjadi satu kali gempa tektonik jauh dengan amplitudo 32 sampai 47 Lg 229.
BANYUWANGI, KOMPAS –Aktivitas vulkanik Gunung Raung di Jawa Timur menurun. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi pun menetapkan status Raung dari Waspada Level II menjadi Normal Level I.
Gunung Raung terletak di perbatasan Kabupaten Banyuwangi, Bondowoso dan Situbondo dengan ketinggian 3.332 meter. Gunung api ini berbentuk strato berkaldera, dengan kawah utama pada bagian puncak, berbentuk elips dengan ukuran 1750 x 2250 meter dan kedalaman 400-550 m dari bibir kawah.
Penurunan status Gunung Raung disampaikan langsung Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kasbani ketika dihubungi dari Banyuwangi, Jumat (27/11/2020). Kasbani mengungkapkan, pada tanggal 1 Oktober dan 2 Oktober masih terjadi erupsi yang menghasilkan kolom erupsi setinggi maksimum 300 m dari atas puncak, berwarna kelabu tebal.
Namun sejak tanggal 4 Oktober hingga 27 November pukul 06.00 WIB, sudah tidak teramati adanya hembusan gas atau pun kejadian erupsi efusif maupun eksplosif. "Atas pengamatan tersebut kami menilai ada penurunan aktivitas vulkanik yang menjadi dasar kami untuk menurunkan status Gunung Raung dari Waspada Level II menjadi Normal Level I,” ungkap Kasbani.
Gunung Raung semburkan asap pekat kearah barat daya terlihat dari Desa Sumber Arum, Songgon, Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (25/7). Pengamatan yang di lakukan PVMBG di pos pengamatan, terjadi satu kali gempa tektonik jauh dengan amplitudo 32 sampai 47 Lg 229.
Selain itu PVMBG juga mencatat bahwa sejak 15 November 2020 jenis gempa yang terekam hanya gempa tektonik jauh dan tektonik lokal. Hasil pengukuran deformasi dengan menggunakan GPS Geodetik kontinyu pada 3 (tiga) stasiun permanen menunjukkan pola deflasi (pengempesan) tubuh gunung api.
Kasbani mengatakan, potensi ancaman bahaya erupsi Gunung Raung juga semakin mereda. Sebelumnya ada potensi muncul aliran lava, lontaran batuan pijar di dasar kawah bahkan pada saat erupsi meningkat, jarak lontaran material batuan pijar dapat mencapai bibir kawah. Namun saat ini potensi ancaman bahaya hanya berupa embusan gas-gas vulkanik yang sebarannya terbatas di dasar kawah.
Gunung Raung terakhir mengalami erupsi besar pada pertengahan 2015. Pada 17 Juli 2020 aktivitas vulkanik Gunung Raung kembali meningkat dengan ditandai erupsi kecil. Sejak saat itu, Gunung Raung berstatus Waspada (Level II).
Kepala Pos Pemantauan Gunung Api Raung Mukijo mengatakan, saat dinyatakan berstatus Waspada (Level II), PVMBG merekomendasikan untuk mengkosongkan wilayah di radius 3 km dari bibir kawah. Saat itu pendakian ke Gunung Raung juga ditutup.
Asap keluar dari gunung anakan di tengah kaldera Gunung Raung (3.332 mdpl) yang berada di perbatasan wilayah Kabupaten Banyuwangi, Bondowoso, dan Jember, Jawa Timur, Jumat (30/9/2016).
“Sekarang setelah status menjadi Normal (level I), warga sudah kami izinkan untuk beraktivitas hingga di sekitar kawah. Jalur pendakian juga sudah dibuka. Namun kami tetap merekomendasikan agar tidak ada yang turun ke kawah atau bermalam di sekitar kawah,” tuturnya.
Sekarang setelah status menjadi Normal (level I), warga sudah kami izinkan untuk beraktivitas hingga di sekitar kawah (Mukijo)
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Banyuwangi Eka Muharram menambahkan, kendati status Gunung Raung sudah kembali normal, pihaknya terus berkoordinasi dengan Pos Pemantauan Gunung Api Raung. Hal itu dilakukan guna mengantisipasi bila sewaktu-waktu aktivitas Gunung Raung kembali meningkat.
“Kami juga akan terus berkoordinasi untuk memastikan tidak ada masyarakat atau wisatawan yang turun ke dasar kawah. Sesuai rekomendasi PVMBG, kami juga tidak merekomendasikan siapapun untuk menginap di sekitar kawah,” tutur Eka.