Utamakan Edukasi Protokol Kesehatan Sebelum Pembelajaran Tatap Muka
Pembelajaran tatap muka dimulai Januari 2021 dengan protokol kesehatan. Protokol kesehatan hendaknya disiapkan secara matang sebelum proses belajar tatap muka dimulai, termasuk memberikan edukasi kepada sekolah.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·4 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Pembelajaran tatap muka dimulai Januari 2021 dengan protokol kesehatan. Protokol kesehatan hendaknya disiapkan secara matang sebelum proses belajar tatap muka dimulai, termasuk memberikan edukasi kepada pihak sekolah terlebih dahulu.
Kepala Departemen Kedokteran Komunitas Universitas Tanjungpura Pontianak Agus Fitriangga, Kamis (26/11/2020), mengatakan, setelah sekian lama siswa belajar daring, akhirnya sekolah dibuka. Hal ini berita gembira sekaligus mencemaskan.
Para siswa tentu perlu diberi pengarahan terkait protokol kesehatan. Tak hanya itu, pihak sekolah dan siswa perlu diedukasi sebelum proses belajar dimulai. ”Edukasi itu, misalnya, siswa mungkin tidak perlu mencium tangan guru,” ujar Agus.
Tempat cuci tangan harus disiapkan. Peran puskesmas dan sekolah juga perlu disiapkan. Jangan sampai semangat menjalankan protokol kesehatan hanya berlangsung di hari pertama setelah itu tidak.
Guru-guru di sekolah juga mesti diedukasi terkait protokol kesehatan sehingga bisa dijalankan optimal. Institusi akademik, seperti Fakultas Kedokteran, juga perlu dilibatkan memberikan edukasi ke sekolah-sekolah.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Barat Sugeng Hariadi mengatakan, sebelum belajar tatap muka dilakukan, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan sekolah. Hal itu meliputi kebersihan lingkungan sekolah dan sarana-prasarana protokol kesehatan.
”Yang perlu disiapkan pengukur suhu tubuh dan tempat cuci tangan yang idealnya ada di setiap pintu masuk kelas. Kalau sulit air, sediakan di beberapa lokasi saja,” kata Sugeng.
Satu kelas maksimal hanya bisa diisi 50 persen dari jumlah siswa. Jadi, misalnya di suatu SMA/SMK terdapat 36 siswa dalam satu kelas, berarti hanya 18 orang saja yang bisa memgikuti pelajaran dalam satu sesi. ”Belajarnya bergiliran,” ujarnya.
Sebelum belajar tatap muka dilakukan, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan sekolah. Hal itu meliputi kebersihan lingkungan sekolah dan sarana-prasarana protokol kesehatan.
Sekolah-sekolah sudah diperintahkan mendata guru-guru, tenaga pendidik dan siswa yang memiliki penyakit penyerta (komorbid) yang mungkin tidak perlu dilibatkan belajar tatap muka. Kalaupun dilibatkan, mungkin dalam kondisi terkontrol.
Tempat duduk juga mesti diatur. Kantin-kantin tidak boleh dibuka. Olahraga dan ekstrakurikuler pun belum boleh dilaksanakan. Adapun kurikulum mesti disederhanakan.
Pengawas pembina sekolah akan memantau kesiapan sekolah menjalankan protokol. Selain itu dibantu TNI-Polri mengecek kesiapan sekolah. Sekolah juga harus melaporkan kesiapannya ke puskesmas terdekat sehingga perkembangan terpantau.
Untuk menentukan jumlah sekolah yang akan menjalani proses belajar tatap muka pada Januari 2021, bupati/wali kota akan berkoordinasi dengan pemerintah provinsi terkait situasi di daerah. Selain itu, tergantung sejauh mana persiapan sarana-prasarana. Guru juga rapat dengan komite untuk meminta izin terlebih dahulu.
Setelah diketahui ada izin dari orangtua murid atau tidak, baru disampaikan kepada dinas pendidikan dan kebudayaan kabupaten/kota ataupun provinsi. Dinas pendidikan dan kebudayaan setelah itu melaporkan ke kepala daerah masing-masing.
”Kalau memang kepala daerah mengizinkan, maka akan dibuka. Kalau, misalnya, ada zona merah pastinya tidak diizinkan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Sugeng mengatakan, belajar daring selama ini banyak mendapat keluhan dari orangtua murid. Orangtua murid harus mendampingi anak-anak belajar, padahal mereka harus bekerja mencari nafkah.
Selain itu, ada anggapan dari masyarakat jika belajar tanpa tatap muka, seolah pihak sekolah tidak bekerja. Orangtua juga ada memaksa anaknya membantu bekerja karena anaknya tidak belajar saat belajar daring. ”Hal ini dapat menimbulkan rawan putus sekolah,” ungkap Sugeng.
Satgas Covid-19 Kalbar juga telah melaksanakan evaluasi penanganan Covid-19 pada Selasa (24/11). Seusai rapat evaluasi, Gubernur Kalbar Sutarmidji mengatakan, jika proses belajar tatap muka berlangsung, guru dan kepala sekolah hendaknya peduli terhadap perkembangan kelas.
”Guru harus peka terhadap protokol kesehatan di kelas dan perkembangan kesehatan siswanya,” kata Sutarmidji.
Jika misalnya ada siswa menunjukkan tanda-tanda sakit, guru harus responsif. Berdasarkan pengalaman, saat ada sekolah yang melakukan uji coba pembelajaran tatap muka beberapa bulan lalu, ada siswa yang sudah menunjukkan tanda-tanda kehilangan penciuman tetapi kepala sekolah di salah tidak responsif. ”Kepala sekolah nanti harus betul-betul diberi pengarahan,” ujar Sutarmidji.
Terkait perkembangan Covid-19 di Kalbar, berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar hingga Rabu (25/11) pukul 21.00 secara kumulatif kasus konfirmasi Covid-19 di Kalbar sebanyak 2.312 orang. Sebanyak 1.787 orang di antaranya sudah sembuh dan 22 orang meninggal. Sebanyak 503 orang masih diisolasi.