Pasien Covid-19 Melonjak, Pemkab Cirebon Baru Siapkan Tempat Isolasi
Peningkatan kasus Covid-19 di Kabupaten Cirebon masih tinggi. Belum adanya tempat isolasi khusus bagi pasien tanpa gejala dinilai menjadi pemicunya. Pemerintah pun menyiapkan dua tempat isolasi
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS – Kasus positif Covid-19 di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, terus melonjak dan kini telah menelan 134 korban jiwa. Belum adanya tempat isolasi khusus bagi pasien tanpa gejala dinilai menjadi pemicunya. Pemerintah daerah kini tengah menyiapkan dua tempat isolasi.
Hingga Kamis (26/11/2020), kasus positif Covid-19 di Cirebon mencapai 2.160 orang, tertinggi di Jabar bagian timur. Dari jumlah itu, 1.192 kasus merupakan orang tanpa gejala (OTG). Mereka tidak menunjukkan gejala, seperti demam dan batuk, meski terpapar virus korona baru.
Dari total kasus positif, sebanyak 134 orang meninggal dunia. Sedangkan 1.206 orang lainnya dinyatakan sembuh. Adapun, yang masih dalam perawatan di rumah sakit sebanyak 351 orang dan 469 orang menjalani isolasi mandiri karena tanpa gejala. Belum ada tempat khusus isolasi mandiri bagi pasien OTG.
Pemkab Cirebon baru menyiapkan GOR Watubelah di pusat kota Kabupaten Cirebon dan eks RSUD Arjawinangun di bagian barat Cirebon sebagai tempat isolasi. GOR Watubelah sempat dijadikan tempat isolasi dan tes masif beberapa bulan lalu. Sedangkan eks RSUD Arjawinangun sudah bertahun-tahun tak digunakan.
Sekretaris Daerah Kabupaten Cirebon Rahmat Sutrisno belum bisa memastikan kapan kedua tempat itu digunakan sebagai fasilitas isolasi mandiri. Pihaknya juga belum mengetahui kapasitas tempat tersebut.
“Kami analisa dulu kebutuhannya. Kalau sudah siap, baru dipergunakan,” ucapnya.
Menurut dia, tempat isolasi sangat diperlukan karena pemicu lonjakan kasus Covid-19 di Cirebon karena pasien tanpa gejala masih bisa berinteraksi dengan lingkungannya. “Jadi, rencananya (OTG) akan dirawat agar tidak berinteraksi dengan yang lain,” ujarnya.
Kebutuhan akan tempat isolasi mandiri bagi OTG sudah dibahas sejak rapat Satuan Tugas Covid-19 Kabupaten Cirebon akhir September lalu. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Eni Suhaeni mengakui, masih ada pasien yang keluar rumah untuk bekerja.
“Petugas puskesmas tidak mungkin memantau kasus isolasi mandiri 24 jam. Dibutuhkan peran RT, RW, dan desa,” ucapnya. Itu sebabnya, tempat isolasi mandiri khusus dibutuhkan untuk mengawasi pasien.
Covid-19 ini masih bakal panjang, tetapi masyarakat ada yang abai dan tidak peduli
Apalagi, pasien kerap tinggal bersama lebih dari satu keluarga sehingga anggota keluarga lainnya rentan tertular. Lebih dari 50 persen kasus Covid-19 di Cirebon merupakan kluster keluarga.
Pihaknya sudah berupaya bekerja sama dengan hotel untuk menjadi tempat isolasi mandiri, seperti yang dilakukan Pemerintah Kota Cirebon. Namun, hingga kini, belum ada kepastian dan kesepakatan terkait hal itu.
Di tengah kondisi itu, sejumlah warga di daerah Widasari, Desa Sutawinangun, Kedawung menolak rencana sebuah tempat penginapan dijadikan tempat isolasi mandiri. Warga memasang spanduk penolakan tersebut.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon, Catur Setiya Sulistiyana menilai, tempat isolasi khusus bagi OTG mendesak karena kapasitas rumah sakit terbatas. “Kadang, lingkungan masyarakat juga tidak mau menerima pasien positif Covid-19,” ungkapnya.
Meski demikian, masyarakat juga harus mendukung pengendalian Covid-19 dengan disiplin menjalankan protokol kesehatan. “Covid-19 ini masih bakal panjang, tetapi masyarakat ada yang abai dan tidak peduli,” ucapnya.