Waspadai 13 Titik Rawan Bencana di Jayapura, Papua
Sebanyak 13 titik daerah rawan bencana hidrometeorologi di Kota Jayapura. Pihak kepolisian dan pemda setempat menghimbau warga yang bermukim di 13 daerah ini meningkatkan mitigasi bencana.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·2 menit baca
KOMPAS/FABIO COSTA.
Tampak salah satu ruas jalan di Kota Jayapura yang terputus karena longsor pada Minggu (6/1/2019). Jalan ini termasuk salah satu jalur alternatif yang menghubungkan daerah Sentani ke Kota Jayapura.
JAYAPURA, KOMPAS — Warga Kota Jayapura, Papua, diimbau mewaspadai bencana hidrometeorologi di tengah curah hujan tinggi. Setidaknya terdapat 13 titik daerah rawan bencana banjir dan longsor di Kota Jayapura.
Hal ini disampaikan Kepala Kepolisian Resor Kota Jayapura Ajun Komisaris Besar Gustav Urbinas di Jayapura, Papua, Rabu (25/11/2020). Gustav mengatakan, 13 titik ini tersebar di sejumlah distrik atau kecamatan di Kota Jayapura, yakni daerah Entrop, Distrik Jayapura Selatan; daerah Dok V, Distrik Jayapura Utara; dan Distrik Abepura, seperti Kompleks Organda.
Pada 16 Maret 2019 terjadi bencana banjir bandang di Kabupaten Jayapura dan longsor di Kota Jayapura. Dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Papua, total kerugian akibat banjir bandang di Kabupaten Jayapura mencapai Rp 506 miliar. Jumlah korban meninggal 105 orang di Kabupaten Jayapura dan tujuh orang di Kota Jayapura.
KOMPAS/FABIO MARIA LOPES COSTA
Kapolresta Jayapura Ajun Komisaris Besar Gustav Urbinas
”Kami memetakan 13 titik rawan ini berdasarkan kejadian yang sering terjadi selama beberapa tahun terakhir. Warga yang bermukim di daerah-daerah tersebut harus meningkatkan kewaspadaan,” kata Gustav.
Gustav menuturkan, Polresta Jayapura menyiapkan 700 personel untuk mengantisipasi dampak bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan longsor. Ratusan personel ini bersiaga membantu proses evakuasi warga terdampak bencana.
”Kami juga melarang warga membuang sampah ke drainase dan sungai serta terlibat perambahan hutan. Kami akan menindak tegas apabila ada warga yang terlibat perambahan hutan,” ujarnya.
Wali Kota Jayapura Benhur Tommy Mano mengatakan, jajaran Pemkot Jayapura dalam posisi bersiaga menghadapi bencana hidrometeorologi akibat cuaca ekstrem dan fenomena La Nina.
KOMPAS/FABIO M LOPES COSTA
Kondisi hutan di Bukit Angkasa yang terletak di Kota Jayapura, Papua. Akibatnya, bencana banjir dan longsor pun melanda kota tersebut pada 22 Februari 2014.
”Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Jayapura bersama instansi terkait akan bersinergi untuk meningkatkan mitigasi bencana di tengah kondisi cuaca ekstrem saat ini,” tambahnya.
Kepala Subbidang Pelayanan Jasa Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah V Jayapura Ezri Ronsumbre memaparkan, berdasarkan hasil pantauan satelit wilayah, terlihat zona musim 339 dan zona musim 341 di Papua telah memasuki periode musim hujan sejak pertengahan Oktober.
KOMPAS/FABIO COSTA
Korban banjir di Distrik Heram, Kota Jayapura, Papua, yang menyelamatkan diri dengan perahu karet pada Sabtu (23/2/2019).
Zona musim 339 meliputi Kabupaten Jayapura, Kabupaten Sarmi bagian selatan dan tenggara, Kabupaten Tolikara bagian utara dan timur laut, Kabupaten Waropen bagian tenggara, serta Kabupaten Jayawijaya bagian timur laut. Sementara zona musim 341 meliputi Kota Jayapura, Kabupaten Keerom bagian utara, dan Kabupaten Jayapura bagian timur laut.
Dalam kondisi tersebut, potensi hujan lebat meningkat dan berdampak pada ancaman bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, pohon tumbang, dan banjir bandang.
”Kami mengimbau warga waspada banjir, pohon tumbang, dan longsor. Caranya adalah memperhatikan kondisi lingkungan tempat tinggal, seperti saluran air dan pohon-pohon tinggi, juga untuk masyarakat yang bertempat tinggi di wilayah bantaran sungai, kaki gunung, atau perbukitan,” tutur Ezri.