Melepas Status Termiskin “Kota Walet”
Lewat Pilkada 2020, nasib Kebumen ditentukan pilihan warga, terbang atau tenggelam. Dengan banyak potensi, pemimpin baru mesti mengangkat kesejahteraan warga agar terlepas dari predikat daerah termiskin di Jawa Tengah.
Berada di perlintasan jalur selatan, Kabupaten Kebumen menjadi daerah termiskin di Jawa Tengah. Konflik agraria dan korupsi membebani daerah yang dilimpahi potensi hasil buah-buahan dan wisata ini. Pilkada menjadi momentum Kebumen mampu berkembang atau terpuruk di antara daerah lain.
Setiap musim buah, sepanjang jalur pantai selatan atau yang dikenal dengan jalur jalan lintas selatan antara Kebumen dan Purworejo selalu menjamur lapak-lapak penjual buah-buahan. Produknya beragam, mulai dari melon, semangka, hingga jambu air. Namun, petani dihadang beragam soal.
Salah satunya soal kesulitan mendapat pupuk subsidi. Penyebabnya beragam, mulai dari kurangnya sosialisasi, tidak tergabung dalam kelompok, hingga tidak memiliki kebun sendiri. ”Yang sangat saya harapkan, siapa pun yang menjadi pemimpin, kalau bisa tolong dimudahkan untuk mencari pupuk,” kata Sudarman (60), petani asal Desa Caruban, Kecamatan Adimulyo, Kebumen, Kamis (22/10/2020).
Menurut Sudarman, ketersediaan pupuk subsidi sangat jarang dan sulit didapatkan. Jika harus membeli pupuk nonsubsidi urea, petani harus merogoh kocek Rp 280.000 hingga Rp 300.000 per 50 kilogram (kg). Adapun pupuk subsidi hanya Rp 90.000 per 50 kg.
Baca juga: Geliat Jalur Selatan Jawa
Hal serupa juga dikeluhkan Salimin (66), petani melon di Desa Setrojenar, Kecamatan Buluspesantren. ”Inginnya pupuk jangan ribet. Harus pakai kartu tani, tapi saya tidak punya karena tidak ikut kelompok,” kata Salimin yang menanam 10.000 batang melon dengan menyewa tanah desa seharga Rp 600.000 selama satu periode tanam atau sekitar tiga bulan.
Tak hanya soal budidaya, petani di pesisir selatan Kebumen juga masih dibayangi penyelesaian konflik agraria menahun antara warga dan TNI. Ini masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah daerah. Masyarakat menginginkan konflik tidak berkepanjangan.
”Inginnya pemimpin yang bisa menyelesaikan konflik. Sekarang ini, seolah-olah rakyat sudah tidak percaya kepada pemerintah,” kata Parijo (40), petani cabai di Desa Brecong, Kecamatan Buluspesantren, yang berharap ingin bertani dengan nyaman tanpa konflik yang terus berulang.
Secara struktur ekonomi, produk domestik regional bruto (PDRB) Kebumen didominasi sektor pertanian. Untuk meningkatkan kesejahteraan warga, sektor itulah yang perlu dikembangkan. (Rahab)
Kepala Pusat Pengembangan Perdesaan dan Pemberdayaan Masyarakat Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Rahab menyampaikan, secara struktur ekonomi, produk domestik regional bruto (PDRB) Kebumen didominasi sektor pertanian. Untuk meningkatkan kesejahteraan warga, sektor itulah yang perlu dikembangkan.
”Kebumen basisnya agrokultulral. Di sana rata-rata banyak sawah tadah hujan sehingga air dan pupuk jadi kebutuhan. Untuk itu, terkait pola distribusi pupuk subsidi, tata kelolanya harus diperbaiki,” kata Rahab yang juga asal Kebumen.
Tak hanya di sisi produksi, pemasaran hasil pertanian juga perlu diperhatikan agar ketika panen raya, harga tidak anjlok. Perlu inovasi dan pengelompokan sentra komoditas unggulan per kecamatan. ”Misalnya sentra jambu biji di kecamatan A, belimbing di kecamatan B, semangka di C, dan seterusnya. Kalau semua tanam semangka, ya kacau,” katanya.
Potensi wisata
Selain petanian, dalam tiga tahun terakhir, sektor wisata di pesisir Kebumen juga terus bersolek seiring tersambungnya jalur pansela sepanjang 38,4 kilometer, khususnya Kebumen-Purworejo. Sejak itu, wisata baru pantai-pantai di sepanjang pesisir mulai dibuka setelah hanya ada Pantai Petanahan dan Menganti.
Kini di sepanjang jalur pansela itu terdapat papan petunjuk sejumlah pantai baru, seperti Pantai Suwuk, Sawangan, dan Brecong. Bahkan, dua tahun terakhir, Kelompok Sadar Wisata Gajah Gunung Desa Jogosimo di Kecamatan Klirong konsisten membangun konservasi penyu lekang. Wisata edukasi pengenalan dan pelepasliaran tukik atau anak penyu di Laguna Kalibuntu menjadi daya tarik lain di muara Sungai Luk Ulo ini.
Baca juga: Memacu Adrenalin di Pantai Selatan
Tidak hanya itu, tawaran jip wisata susur pantai juga tersedia. Pengunjung bisa menikmati pantai dari wilayah Setrojenar dengan kontur landai hingga Pantai Menganti di balik tebing kapur nan curam. Bahkan, gumuk pasir pun menjadi medan yang menantang adrenalin wisatawan.
Jika di wilayah selatan obyek turisme pantai bermunculan, pariwisata di wilayah utara tak kalah menggeliat dengan peresmian kawasan taman bumi atau Geopark Karangsambung-Karangbolong. Wisata edukasi mengenal serta mempelajari lantai samudra purba yang terangkat ke permukaan ini potensial dikembangkan. Taman Bumi Karangsambung-Karangbolong punya beragam morfologi, mulai dari perbukitan, lembah, dataran, hingga pantai.
Wilayahnya seluas 543.599 kilometer persegi dan mencakup 117 desa dari 12 kecamatan di Kebumen. Di taman bumi ini terdapat 59 situs utama terdiri dari 41 situs geologi (geosite), 8 situs biologi, dan 10 situs budaya. Dari Karangsambung sampai Karangbolong, terhampar enam periode sejarah geologi sejak 117 juta tahun lalu.
Mengenai pengembangan sektor wisata, Rahab menilai Kebumen punya kekayaan lengkap, mulai dari laut, tebing, hingga gunung. Apalagi, waktu tempuh bandara baru di Kulonprogo (Daerah Istimewa Yogyakarta) dengan daerah berjuluk ”Kota Walet” karena merupakan salah satu penghasil sarang burung walet tersebut hanya 40-60 menit.
Baca juga: Pemkab Kebumen Mediasi Sengketa Tanah Warga dan TNI AD di Urut Sewu
”Tantangannya adalah pengelolaan dan promosi. Bagaimana strategi supaya wisatawan berlama-lama di Kebumen. Bicara wisata tidak cuma destinasi, tapi juga sektor pendukung, seperti UMKM. Sekarang belum jadi primadona. Kalau dikembangkan, wisata bisa tumbuh signifikan,” katanya.
Adapun di wilayah utara, menurut Rahab, perbaikan infrastruktur jalan masih jadi pekerjaan rumah. Jika akses susah, pengunjung akan berpikir ulang.
Baca juga: Cara Asyik Mengenal Lantai Samudra Purba
Kemiskinan dan korupsi
Menengok data Badan Pusat Statistik tentang persentase penduduk miskin menurut kabupaten/kota di Provinsi Jateng pada 1996-2019, persentase penduduk miskin di Jateng sebesar 10,8 persen. Sementara di Kebumen justru lebih besar, mencapai 16,82 persen.
Jika melihat perbandingan persentase penduduk miskin dari 35 kabupaten/kota se-Jateng, persentase penduduk miskin di Kebumen menduduki peringkat pertama, disusul Wonosobo (16,63 persen), Brebes (16,22 persen), Pemalang (15,41 persen), dan Purbalingga (15,03 persen). Kebumen juga memiliki persentase penduduk miskin terbesar dibandingkan daerah-daerah tetangga, yakni Banjarnegara (14,76 persen), Banyumas (12,53 persen), dan Purworejo (11,45 persen).
Selain belum optimalnya potensi pertanian dan wisata, Pemerintah Kabupaten Kebumen juga terbebani kasus korupsi mantan Bupati Kebumen M Yahya Fuad yang pada 2016 terjerat kasus suap sejumlah proyek dan sudah divonis 4 tahun penjara. Kasus ini juga menjerat mantan Sekretaris Daerah Adi Pandoyo yang divonis sama, 4 tahun.
Adapun Pilkada Kebumen 2020, hanya akan diikuti calon tunggal pasangan Arif Sugiyanto yang merupakan wakil bupati petahana, dengan Ristawati Purwaningsih, kader PDI-P Kebumen. Pasangan ini meraup seluruh dukungan sembilan partai politik yang memiliki kursi di DPRD Kebumen, yakni PDI-P, PKB, Gerindra, Golkar, PPP, Nasdem, PAN, Demokrat, dan PKS. Mereka akan melawan kotak kosong.
Terkait beban sejarah adanya bupati yang terjerat korupsi, Arif berkomitmen menjalankan birokrasi secara terbuka dan profesional. Penempatan jabatan dilakukan sesuai kompetensi.
Terkait predikat kabupaten termiskin di Jateng, Arif menilai akibat ketidaktepatan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKAS). Dia mengklaim, dari total sekitar 638.000 orang yang terdata di DTKAS, sekitar 84.000 jiwa tidak valid.
”Imbasnya program jadi tidak tepat sasaran. Saya akan membetulkan DTKS, menyinkronkan semua program, jadi OPD (organisasi perangkat daerah) yang menangani kemiskinan akan dibuat badan tersendiri sehingga tidak jalan sendiri-sendiri,” kata Arif.
Arif mengatakan, jika terpilih, juga akan menggenjot kewirausahaan dengan menyiapkan akses permodalan dan membentuk wadah kumpul bakul supaya tidak terjerat rentenir serta mempromosikan produk unggulan Kebumen lewat pemasaran digital.
Ditanya mengenai konflik agraria yang berkepanjangan, Arif hanya mengatakan, hal itu menjadi keprihatinannya dan selaku pemerintah daerah, dia akan hadir di tengah masyarakat. Terkait beban sejarah adanya bupati yang terjerat korupsi, dia berkomitmen menjalankan birokrasi secara terbuka dan profesional. Penempatan jabatan dilakukan sesuai kompetensi.
”Akan ada festival anggaran, seperti pekan raya atau pasar malam. Nanti di sana dipaparkan anggaran Rp 2,7 triliun dari APBD itu larinya ke mana saja,” kata Arif.
Lewat Pilkada 2020 ini, nasib Kebumen ditentukan pilihan warga. Terbang atau tenggelam. Dengan beragam potensi, pemimpin baru selanjutnya mesti membuktikan komitmen mengangkat kesejahteraan masyarakat agar terlepas dari predikat kabupaten termiskin di Jateng.