Sejumlah Sekolah di Maluku Lakukan Pembelajaran Tatap Muka
Sejumlah sekolah di Maluku sudah menyelenggarakan pembelajaran tatap muka di kelas. Pihak sekolah beralasan daerah mereka bebas dari Covid-19 dan menganggap pembelajaran jarak jauh tidak efektif.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Sejumlah sekolah di Maluku sudah memberlakukan pemberlajaran tatap muka. Selain berada di zona hijau, langkah itu diambil pihak sekolah karena pembelajaran jarak jauh dianggap tidak efektif. Namun, Satuan Tugas Covid-19 Maluku mengingatkan, sekolah tidak boleh mengambil keputusan sendiri tanpa rekomendasi yang tepat.
Nustina Rumuar, guru kelas I SMK Negeri 4 Seram Timur, yang dihubungi pada Senin (23/11/2020) siang mengatakan, pembelajaran di sekolah berlangsung 4,5 jam, mulai pukul 7.30 WIT. Pembelajaran dilakukan pada Senin sampai Sabtu dan efektif berlaku sejak pertengahan Oktober, atau setelah daerah itu masuk kategori zona hijau.
”Hampir semua sekolah di sini sudah melangsungkan pembelajaran tatap muka. Kami merasa tidak terlalu berisiko. Di daerah ini tidak ditemukan lagi kasus Covid-19. Namun, semua protokol kesehatan tetap dijalankan secara tertib,” kata guru mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi itu.
Selain pertimbangan itu, lanjut Nustina, pembelajaran tatap muka sangat diperlukan karena pembelajaran jarak jauh dianggap tidak efektif. Siswa ketinggalan banyak materi pelajaran. Kekhawatirannya, setelah tamat sekolah, siswa tidak memiliki bekal cukup melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.
Normalina Nisdoam, guru SD Sabuai di pedalaman Pulau Seram, yang dihubungi secara terpisah, menuturkan, orangtua meminta pembelajaran tatap muka dilangsungkan. Di rumah, anak-anak tidak serius belajar. Akibatnya, tugas yang diberikan guru menumpuk.
Menurut Normalina, pembelajaran kini fokus mengejar materi dasar yang masih tertinggal. Di kelas I, misalnya, banyak peserta didik belum mampu membaca dan menulis dengan baik.
”Kami fokus pada membaca, menulis, dan berhitung. Kalau ini tidak tuntas, siswa akan kesulitan. Waktu tersisa satu semester ke depan, mudah-mudahan bisa tercapai,” katanya.
Ketua Harian Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Maluku Kasrul Selang mengatakan, pembelajaran tatap muka hanya diperbolehkan bagi daerah zona hijau. Namun, pelaksanaannya harus tetap berdasarkan rekomendasi dari Satgas Covid-19 setempat. Pihak sekolah tidak boleh memutuskan sendiri tanpa rekomendasi. Apabila tidak ditaati, Satgas Covid-19 berwenang menghentikan pembelajaran.
Kasrul khawatir pelaksanaan pembelajaran berpotensi menimbulkan kluster baru. Saat ini, ada yang sudah kembali ke zona hijau dan sebagian besar masih terdapat kasus. Sejauh ini, belum pernah ada kasus Covid-19 di kluster lembaga pendidikan di wilayah Maluku. ”Tetap harus diwaspadai,” katanya.
Menurut data di laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, jumah sekolah dasar atau sederajat di Maluku sebanyak 1.941 unit, sekolah menengah pertama atau sederajat 808, sekolah menengah atas atau sederajat 351, dan sekolah menengah kejuruan 113. Total ada 3.213 lembaga pendidikan dasar hingga menengah di Maluku.
Sementara itu, dalam siaran pers Satuan Tugas Covid-19 Maluku, hingga Senin malam, jumlah kasus Covid-19 di Maluku sebanyak 4.271. Sebanyak 3.680 pasien di sembuh, sedangkan 60 orang lainnya meninggal. Dari 11 kabupaten/kota di Maluku, kasus aktif tidak ditemukan di dua daerah, yakni Kota Tual dan Kabupaten Buru Selatan.