Kasus Covid-19 Meroket, Pemkot Tegal Siapkan Tempat Isolasi Pasien Tanpa Gejala
Jumlah pasien Covid-19 di Kota Tegal, Jawa Tengah, terus meroket. Mayoritas kasus berasal dari kluster keluarga. Untuk menekan risiko penyebaran di lingkungan keluarga, pemerintah setempat menyiapkan tempat isolasi.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
TEGAL, KOMPAS — Jumlah kasus Covid-19 di Kota Tegal, Jawa Tengah, terus meroket dalam sebulan terakhir. Penyumbang kasus Covid-19 tertinggi berasal dari kluster keluarga. Untuk menekan kasus itu, pemerintah daerah setempat menyiapkan dua lokasi khusus untuk pasien isolasi mandiri.
Hingga Senin (23/11/2020), jumlah akumulatif kasus Covid-19 di Kota Tegal mencapai 1.312 orang. Kasus aktifnya tercatat 384 orang dan 101 orang meninggal.
Sekitar sebulan lalu, Senin (26/10), jumlah kasus Covid-19 Kota Tegal dari April-Oktober 2020 sebanyak 530 orang. Jumlah itu jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah penambahan kasus yang dicatatkan Kota Tegal dalam waktu sebulan terakhir, yakni 782 kasus.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tegal Sri Primawati Indraswari mengatakan, penambahan jumlah kasus harian tertinggi terjadi pada Sabtu (14/11) dengan 123 kasus. Rata-rata penambahan kasus harian di Kota Tegal 50-60 orang per hari.
”Penyumbang terbesar penambahan kasus Covid-19 tertinggi berasal dari kluster keluarga. Faktor pemicunya adalah diabaikannya protokol kesehatan, seperti memakai masker dan menjaga jarak,” kata Prima kepada wartawan, Senin.
Untuk menekan risiko penularan di dalam keluarga, Pemkot Tegal menyediakan tempat isolasi mandiri khusus untuk pasien tanpa gejala di dua titik, yakni Rumah Susun Tegalsari dan Gedung Olahraga Tegal Selatan. Dua tempat tersebut bisa menampung hingga 124 pasien.
Selama menjalani isolasi di dua tempat itu, pasien akan dipantau kesehatannya oleh dokter dan perawat, diberi makanan dan minuman tiga kali sehari, serta berolahraga untuk meningkatkan imunitasnya. Adapun masa isolasi di dua tempat tersebut adalah 10 hari. Jika pasien mengeluhkan gejala, seperti sesak napas, demam, batuk, dan flu, masa isolasi akan ditambah tiga hari menjadi 13 hari.
”Kalau (pasien) memilih isolasi di rumah, ya, tidak masalah. Asalkan rumahnya memenuhi syarat dan (pasien serta keluarganya) tidak ke mana-mana,” kata Prima.
Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono mengimbau, masyarakat yang positif tanpa gejala untuk memanfaatkan ruang isolasi mandiri yang disiapkan pemerintah. Menurut dia, isolasi mandiri di rumah yang selama ini dilakukan masyarakat belum efektif memutus mata rantai penularan Covid-10.
”Isolasi mandiri di rumah itu sebenarnya tidak cukup (efektif). Kadang, protokol kesehatan yang penting seperti menjaga jarak tidak diterapkan,” kata Dedy.
Luar biasa
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tegal, Nur Fitriani, prihatin dengan lonjakan kasus Covid-19 itu. Fitriani meminta Pemkot Tegal mengambil kebijakan luar biasa untuk mengatasi persoalan ini.
”Dalam rapat paripurna, sudah berulang kali saya sampaikan agar pemkot tidak main-main. Harus ada kebijakan tegas, misalnya, pembatasan sosial skala mikro di daerah-daerah tertentu,” ujar Fitriani.
Selain pembatasan sosial skala mikro, Fitriani berharap pemerintah memberi bantuan pangan bagi pasien yang menjalani isolasi mandiri di rumah. Dengan begitu, proses isolasi mandiri berjalan optimal dan pasien tidak perlu ke luar rumah dengan alasan mencari makan.