Jejak Kaki Satwa Liar Ditemukan di Jalur Evakuasi Lereng Merapi
Sejumlah jejak kaki satwa liar ditemukan pada jalur evakuasi warga di lereng Merapi, Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, DIY. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk memastikan jenis satwa.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Sejumlah jejak kaki satwa liar ditemukan pada jalur evakuasi erupsi Merapi, di Dusun Ngancar, Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Belum dapat dipastikan jenis satwa liar yang meninggalkan jejak kaki tersebut. Penelitian lebih lanjut akan dilakukan terkait hal itu.
Berdasarkan pantauan, Senin (23/11/2020), jejak kaki satwa liar itu tampak jelas pada jalur evakuasi warga di Jalan Suruh-Singlar, di Dusun Ngancar, Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Jejak kaki tertinggal pada jalur evakuasi yang tengah dibangun. Jalan tersebut berupa jalan beton.
Bintara Pembina Desa Glagaharjo Kopral Satu Eko Widodo mengatakan, jejak kaki itu pertama kali teramati warga setempat pada Jumat (20/11/2020). Lokasi ditemukannya jejak kaki itu tak jauh dari rumah Eko. Ia langsung menanyai warga yang berkerumun menyaksikan jejak kaki itu ditemukan.
”Jadi, awalnya ada seorang warga yang akan menutup jalan yang baru saja dicor dengan plastik. Tetapi, warga tersebut melihat ada jejak kaki satwa yang diduga macan tutul. Dia lari ketakutan. Lebih kurang itu pukul 02.30. Dari jejak kaki yang ada, diperkirakan ada 2-3 satwa yang melintas,” kata Eko.
Eko menjelaskan, pada 2018, pihaknya bersama Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) sempat mengecek keberadaan macan tutul di dusun tersebut. Kala itu, ada warga yang melaporkan melihat sosok macan tutul saat sedang mencari rumput. Lokasinya tidak jauh dari ditemukannya jejak kaki satwa liar pada 2020 ini.
”Saat itu, kami pasang kamera juga. Kami menggali informasi dari beberapa warga. Itu ada yang mengaku melihat satwa berjenis macan tutul. Ada lebih dari dua orang yang mengaku melihat satwa liar itu. Tetapi, sampai sekarang belum diketahui keberadaannya. Baru dari keterangan warga saja,” kata Eko.
Eko meminta masyarakat tidak mengaitkan temuan jejak satwa liar dengan tingginya aktivitas Merapi. Sebab, adanya kabar satwa liar beredar di lokasi tersebut juga sempat ditemukan kala aktivitas Merapi tidak setinggi saat ini. Konflik antara satwa liar dan masyarakat juga belum pernah terjadi di daerah tersebut.
Kepala Seksi Pengelolaan Wilayah I Balai Taman Nasional Gunung Merapi Wiryawan mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan apakah jejak kaki satwa yang tertinggal itu merupakan jejak macan tutul. Masih perlu pengecekan lebih lanjut. Belum didapati pula deskripsi yang jelas mengenai satwa tersebut dari warga sekitar.
”Dari tanda jejak kaki belum bisa dipastikan kalau itu jejak macan tutul. Kami sudah konfirmasi kepada masyarakat sekitar bahwa tidak ada deskripsi jelas akan hewan tersebut. Dokumentasi terkait satwa tersebut juga tidak ada,” kata Wiryawan.
Wiryawan menyatakan, saat ini pihaknya akan mengumpulkan bukti-bukti mengenai temuan jejak kaki itu untuk dianalisis lebih lanjut. Ia harus menemukan deskripsi yang mendetail akan jenis satwa tersebut. Salah satu langkah yang dilakukannya juga mengumpulkan informasi dari warga sekitar. Pihaknya juga menjalin koordinasi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta, mengingat adanya temuan itu di luar kawasan Balai TNGM.
Kami harus mewawancarai pihak-pihak yang menemukan jejak kaki itu. Bagaimana ditemukannya, jejaknya juga seperti apa. Kami harus memastikan itu satwa apa. (Muhammad Wahyudi)
Secara terpisah, Kepala BKSDA Yogyakarta Muhammad Wahyudi menyatakan akan segera menindaklanjuti temuan jejak kaki tersebut. Pihaknya siap berkoordinasi dengan Balai TNGM guna mencari kebenaran adanya satwa liar di lereng Merapi itu. ”Kami harus mewawancarai pihak-pihak yang menemukan jejak kaki itu. Bagaimana ditemukannya, jejaknya juga seperti apa. Kami harus memastikan itu satwa apa,” ujarnya.