Simulasi Pilkada 2020 di Manado, Seorang KPPS Reaktif Tes Cepat
Penyelenggara Pilkada 2020 di Manado, Sulawesi Utara, menyempurnakan persiapan pemilihan wali kota dan gubernur dengan menggelar simulasi yang diikuti 200 pemilih. Satu anggota KPPS reaktif Covid-19.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·3 menit baca
MANADO, KOMPAS — Penyelenggara Pilkada 2020 di Manado, Sulawesi Utara, menyempurnakan persiapan pemilihan wali kota dan gubernur lewat simulasi yang diikuti 200 pemilih. Komisi Pemilihan Umum Manado menjamin semua anggota kelompok penyelenggara pemungutan suara telah bebas Covid-19 meski hanya melalui tes cepat.
Simulasi dilaksanakan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) 014 dan 015, Sabtu (21/11/2020) pagi, di Lapangan Bantik, Kelurahan Malalayang I, Manado. Sedikitnya 200 warga yang telah terdaftar sebagai pemilih tetap dari kelurahan itu diundang mengikuti proses pemungutan suara sebagaimana direncanakan pada 9 Desember.
Warga datang sesuai jam yang ditetapkan surat undangan pemungutan suara. Mereka diminta mengantre untuk memeriksakan suhu tubuh di pintu masuk tempat pemungutan suara (TPS) kemudian mencuci tangan dan mengenakan sarung tangan plastik sekali pakai. Setelah menyerahkan surat undangan dan menerima surat suara, mereka mencoblos di bilik suara, memasukkannya ke kotak suara, keluar TPS, dan mencuci tangan lagi.
Tidak ada warga yang bersuhu tubuh di atas ambang 37,3 derajat celsius. Namun, salah satu warga, Handy Rewah (54), diminta berperan sebagai pemilih yang sedang demam. Ia pun diarahkan ke bilik khusus dengan sekat plastik dan dilayani anggota KPPS yang mengenakan baju hazmat.
”Saya gugup, kenapa saya yang jadi percobaan,” katanya sambil tertawa.
Komisioner Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat, dan SDM KPU Manado M Sahrul Setiawan mengatakan, Lapangan Bantik akan menjadi lokasi TPS 014 dan 015. Tes cepat Covid-19 salah satu anggota dari KPPS 014 menunjukkan hasil reaktif sehingga ia dibatalkan bertugas. Sampel usapnya langsung diambil untuk tes molekuler.
Menurut Sahrul, setiap anggota KPPS juga akan mengikuti tes cepat sebelum hari pemungutan suara. Jika reaktif, ia akan batal bertugas. ”Tugas KPPS, kan, hanya 9 Desember saja, jadi nanti akan digelar (tes cepat) lagi. Kalau reaktif langsung di-swab untuk dapat kepastian dia positif atau tidak,” katanya.
Meski hanya dua KPPS yang mengikuti simulasi, Sahrul yakin 6.853 anggota KPPS yang tersebar di 979 TPS tetap siap melaksanakan tugasnya. Pengalaman simulasi akan dijadikan bahan bimbingan teknis (bimtek) yang akan digelar dua kali bagi para anggota KPPS.
”Bimtek sudah jalan di beberapa TPS. Pembiasaan para petugas, ya, nanti saat bimtek itu. Kami akan beri buku panduan juga untuk pemantapan. Kami juga akan beri pelatihan aplikasi Sirekap (Sistem Informasi Rekapitulasi Elektronik) yang langsung digunakan hari ini juga,” ujar Sahrul.
Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Manado Marwan Kawinda menilai pelaksanaan simulasi berjalan sesuai harapan. KPPS ia nilai telah melaksanakan tugas dengan baik. Penerapan protokol kesehatan menjadi fokus utama pengawasan Bawaslu.
”Amanat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2020, pilkada tetap dilaksanakan dengan memerhatikan protokol kesehatan pencegah Covid-19. Jadi, pilkada tetap jalan, tetapi tidak mengorbankan kesehatan masyarakat. Itu yang menjadi perhatian Bawaslu,” katanya.
Bawaslu Manado juga telah menyiapkan 979 pengawas pemilu di setiap TPS. Mereka akan mengawasi ketaatan KPPS dalam mengadakan tempat cuci tangan, cairan pembersih tangan, disinfeksi berkala, dan perlengkapan lainnya. Semua orang di TPS juga harus mengenakan masker. ”Kalau ada pemilih yang tidak pakai, sepertinya KPU akan memfasilitasi,” katanya.
Marwan juga menggarisbawahi pentingnya kecermatan anggota KPPS dalam menggunakan baju hazmat. Jika ada pemilih yang datang dengan suhu tubuh di atas 37,3 derajat celsius, setidaknya dua anggota KPPS harus langsung mengenakan alat pelindung diri lengkap dan tidak boleh melepasnya hingga TPS ditutup pada 13.00 Wita.
”Kalau semua sudah dilayani, baru boleh dilepas. Tetapi, baju hazmat dipakai hanya kalau ada yang suhu tubuhnya di atas ambang batas, jangan langsung dipakai agar pemilih tidak takut,” katanya.